4 Hell(?) club and it punishment

TEET-TEET

TEET-TEET

Akhirnya saat jam sudah menunjukan pukul 09.15, bel istirahat pun di bunyikan dan segera saja semua murid yang sudah terlalu lapar dan haus menghadapi pelajaran yang masih mereka bingung untuk apa dan bagaiman penerapannya di kehidupan sehari-hari itupun berbondong-bondong keluar kelas menyerbu kantin yang sudah menyiapkan berbagai macam makanan dan minuman.

Tapi sayangnya, karena pelanggaran sangar dan tidak wajar bagi kaum hawa yang dia lakukan pagi tadi sekaligus tidak sengaja bertemu langsung dengan guru BK nya, murid yang berinsial N pun harus melakukan hukuman yang sudah diberikan kepadanya tadi pagi.

"Ah kampret deh, padahal aku ingin makan di kantin dulu baru menuju ruangan di lantai 2 itu, tapi kelihatannya orang tua itu akan memberikan ceramah Jum'at an kalau aku terlambat 5 detik deh, diakan tipe orang yang detail tentang semua hal," kata Nita mengomel soal kelakuan bu Saraswati.

"Maaf ya, aku rasa wanita berumur 30 tahunan masih belum pantas disebut orang tua Nita, aku sarankan kau sebut wanita itu "kakak" untuk keselamatanmu deh, tapi kalau "ibu" juga tidak masalah sih kalau dia sudah kawin."

"Ahahaha, umur 30 tahunan dipanggil kakak? Teori sesat macam apa it ..."

Dan Nita pun terdiam seribu bahasa ketika tahu kalau orang yang baru memberikan teori alam yang sesat secara cuma-cuma tadi adalah orang yang jadi subjek ejekannya, yaitu bu Saraswati.

"(Fuck!! Da...darimana makhluk astral ini datang ha?!) Bu...bu...bu Saraswati!! Ke..kenapa ibu ada disini?! Bu..bukannya ibu ...."

"Ah, aku terlalu bosan disana, jadi aku kepikiran untuk ke kelasmu saja, dan kebetulan kita berpapasan deh."

"Ta..ta...ta...ta...tapi tapi ..."

"Tenang, ibu tidak marah dengan ejekanmu tadi itu, karena memang masih banyak anak yang sepemikiran denganmu karena masih kurang pengalaman kok, jadi jangan dianggap serius ya? Yaaaaaa walaupun ujung-ujungnya mereka aku skors beberapa Minggu juga sih, hehehe," kata bu Saraswati yang entah senyumannya itu termasuk senyuman tulus atau sinis.

"(Huhuhu...ja...jadi yang mana? Ibu ingin memaafkanku atau memeringatiku sih? Pilih salah satu dong, aku tuh gak bisa diginiin)" kata Nita yang mau menangis karena kebingungan.

"Sudah jangan banyak melamun gitu, ayo kita segera pergi ke ruangan Hell Club itu," kata bu Saraswati kemudian sambil berjalan pergi.

"(Oh syukurlah dia bersikap massa bodoh, sepertinya aku harus mulai hati-hati kalau bicara dengan orang in....)"

...

...

?

"Eh, I...ibu tadi bilang apa? He...Hell Club?" tanya Nita.

"Ha? Bukannya ibu sudah memberitahumu tadi saat di ruang BK?" kata bu Saraswati balik bertanya.

"Ti..tidak kok, i..ibu tadi cuma bilang "Datanglah kesini lagi saat jam istirahat" begitu."

"Ah begitu ya, kalau begitu maaf deh ibu lupa bilang soal nama clubnya," kata bu Saraswati simple sambil terus berjalan tanpa rasa dosa sama sekali.

"Eh..tu..tunggu bu Saraswati, He...Hell Club itu ruangan apa?" tanya Nita yang mengikuti bu Saraswati dari belakang.

"Kau akan tahu setelah melihatnya sendiri, berhenti bicara dan ikut sajalah dasar cewek renkarnasi Bruce Lee," kata bu Sarasawati tanpa menoleh kearah Nita yang tidak tahu apa-apa itu.

"(Duh ya Rab, a...a...aku mencium bau-bau penyiksaan nih, tapi memangnya apa hubungannya neraka dengan hukuman yang modern ya?)" kata Nita yang malah kepikiran hal lain itu.

---

Akhirnya, setelah pergi ke arah belakang sekolah, tibalah mereka dibangunan yang dimaksud oleh bu Saraswati tadi, dan Nita hanya terdiam saja ketika melihat nama gedung yang di maksud bu Saraswati yang ternyata berbeda sekali dengan papan nama yang tertera di samping pintu masuk bangunan itu yang berbunyi "HELPER CLUB".

"He...Helper club? I..ini bukannya seperti ruangan untuk tukang bersih-bersih sekolah istirahata atau me..menyimpan alat bersih-bersihnya kan?" tanya Nita penasaran pada bu Saraswati yang mengeluarkan sebuah Spidol berwarna merah dari saku celananya.

"Cih, dia sudah membersihkannya. Ya, ini memang ruangan untuk tukang bersih-bersih sekolah sekaligus ruangan club yang tidak jelas lho," kata bu Saraswati sambil mencoret huruf "PER" di papan nama ruangan itu dengan spidol dan kemudian mengantinya dengan kata "L" berukuran besar.

!!!

Mendengar penjelasan dari bu Saraswati barusan, tidak perlu pikir panjang lagi seperti saat mengerjakan soal Logaritma Math-the-matikha si Nita pun bisa menebak apa hukuman yang harus dia lakukan setelah ini.

"A...ahahaha...ma...maksud ibu...sa...saya harus membersihkan sekolah ya? (lalu apa hubungannya dengan hukuman yang modern coba?)" kata Nita kemudian.

"Lebih buruk daripada itu, kau harus jadi anggota club ini juga Nit" kata bu Saraswati sambil membuka pintu ruangan itu.

...

...

?

"(Ha?, a...aku harus...apa?)"

"Hei anak Dajjal, aku punya berita buru untukmu."

"Oh bu Psikopat, datang tak diundang-pulang kutendang, kau makin lama makin mirip jelangkung saja ya? Hanya saja lebih menyebalkan dan keriputan."

Dan Nita hanya makin terdiam tidak mengerti ketika dia melihat didalam bangunan itu bukannya ada alat-alat kebersihan seperti perkiraannya, malahan terdapat 4 kursi, 1 lemari, 1 meja, 1 dispanser, 1 kasur kayu yang dimana di kasur itu terlihat ada seorang siswa yang masih mengunakan seragam sekolah itu sedang tiduran tengkurap membelakangi mereka, dan barang-barang lainnya.

"(He...a...apa-apaan ini? APA-APAAN INI? APA AKU SEDANG MASUK ACARA PRANK ATAU SEJENISNYA HA?!)" tanya Nita gagalpaham.com dengan situasi yang sedang terjadi.

"Bukan Psikopat, tapi Psikolog, dan berhentilah bersikap tidak sopan seperti itu setiap kali aku datang kesini bocah tengik, mau diskor selamanya ya?" kata bu Saraswati yang terlihat kesal itu sambil duduk dikursi yang tersedia.

"(Eh, ps..psikolog?)"

"Itu kata wanita sok suci yang suka mencoret nama ruangan se-enak-nya dengan spidol merah sekolah, memangnya ibu tidak punya uang buat beli spidol sendiri apa? Miskin sekali guru BK sekolah kita ini ya? Apa kita harus minta sumbangan kepada wali murid dan buat #safeguruBK di Internet?" kata anak itu tanpa menoleh kearah bu Saraswati dan masih saja tiduran, ya teman-teman sekalian, TI-DUR-RAN.

!!!

"(Oh sial, di..dia nekat banget, a…apa dia masih bisa selamat setelah ini?)" kata Nita yang kaget dengan keberanian anak itu yang berani bicara kasar dengan orang yang lebih tua dan tidak tahu diri.

"Ah terserah deh, karena aku tidak mau kelamaan diruangan beraura negatif ini, aku akan langsung bicara ke intinya saja, jadi dengarkan baik-baik," kata bu Saraswati yang berusaha besabar itu.

?

"(Apa? CUMA BEGITU SAJA REAKSINYA??!! MANA LOTOTANNYA YANG MENAKUTKAN SAAT ITU HAA?!)" kata Nita yang merasakan ketidak adilan.

"Kali ini apa yang "dia" minta?" tanya anak itu.

"Simplenya, bu kepala sekolah kita yang terhormat ingin anak ini masuk kedalam club sesatmu ini, kau sudah paham?" kata bu Saraswati menjelasakan dengan singkat-padat-jelas-dan bernada mengesalkan.

...

...

?

Dan di saat bersamaan dengan Nita yang kaget dan ingin meminta kepastian, bocah yang ternyata sama kagetnya dengan ucapan bu Saraswati itu pun sama-sama mengatakan...

"APAAA?! SI "BU HELDA" ITU INGIN AKU APA?!"

"APAAA?! BU KEPALA SEKOLAH INGIN AKU APA?!"

?

"(Kenapa dia ikut-ikutan ngomong sih?)" kata siswa itu dan si Nita sendiri yang saling berpandangan.

"Ah, kalian serasi banget, sekalian saja kawin lari juga sana, biar aku yang buatkan udangannya, gak gratis dan bunga 100% lho, gregetkan?" kata bu Saraswati mengejek sambil membuka sesuatu di HP nya.

"Tu...tunggu dulu bu Saraswati, i...ibu sedang bercandakan? Ti..tidak mungkin ibu kepala sekolah ingin muridnya ..."

Sebelum si Nita melanjutkan pertanyaan seharga 1 Miliar rupiah seperti quiz "WHO WANT TO BE A MILIONERE" itu, segera saja bu Saraswati menunjukan suatu pesan di HP nya pada Nita.

"Tolong dibacakan dengan ejaan yang benar dan juga nada yang keras ya," kata bu Saraswati pada Nita.

"Eh....i..itu....."H...H....Hooney....untuk hukuman si...si anak baru sebaiknya jangan di keluarkan from my school, ka...karena usahaku u...untuk mencari dan mengundang agar dia bisa bersekolah di sini akan sia-sia seperti cin...cinta bertepuk sebelah tangan lho, sebaiknya jadikan saja she member "Helper Club" si Akbar agar dia tidak kesepian seperti Little N*ruto yang belum jadi Hokage, lagipula anehkan kalau sebuah club hanya ada 1 orang saja...k..khukhukhu....dan...se..setelah membaca pesan ini dengan tergagap karena terlalu ka..kaget atau takut, i hope you bisa akrab dengan si Akbar itu ya Nita, salam sesama tomb ..."

!!!

"AHHH!! BU HELDA BISA MENEBAK KALAU AKU YANG MEMBACANYA!!. TU...TUNGGU DULU!! I..ITU SENGAJAKAN?!...IBU DAN BU KEPALA SEKOLAH SENGAJAKAN?!!" kata Nita yang baru sadar kalau ada kejangalan di SMS bagian akhir tadi.

"(Ueek...a..aku tidak menyangka kalau dia juga akan mengatakan kata "Ho..Honey" nya dengan fasih, bi...bikin merinding saja nih anak)" kata bu Saraswati yang sempat mual mendengar kata Honey tadi.

"Tunggu dulu bu Saraswati, aku sama sekali belum mendengar apavpun soal ini tahu! Dan memangnya aku terlihat kesusahan sampai harus meminta anggota baru untuk membantu mengurus masalahku apa?" kata anak yang dipanggil si "Akbar" tadi yang protes soal ucapan bu kepala sekolah itu sambil bangun dari tidurnya dan duduk bersila di kasur.

"I..iya bu, walau memang murid disekolah ini dibolehkan masuk ke 2 club yang berbeda, tapi saya hanya ingin ikut ke club pencak silat saja lho, jadi apakah hukuman saya ..."

"Hei-hei, kalau ini perintah dari penjaga kantin atau satpam sekolah bisa saja aku batalkan dan kalau mau kukeluarkan juga mereka dari sekolah ini tahu, tapi ini perintah dari kepala sekolah oi, apa yang membuat kalian berpikir aku bisa menolak pendapat orang yang memberikanku gaji ha? Jangan lupa kalau ini sekolah Swasta yang dibuat seseorang woi," tanya bu Saraswati dengan wajah malas dan mulai membuka sesatu lagi di HP nya.

"Tapi paling tidak kami juga punya hak untuk mendapatkan kebebasan untuk memilihkan? Kita bayar SPP disekolah ini juga tahu " kata Akbar yang masih membela hak-nya sebagai seorang murid.

!

"(Wa…waduh…ka..kalau sudah membahas masalah itu, a…aku tidak ikut berkomentar deh)" kata Nita yang hanya diam saja ketika Akbar mulai membawa-bawa masalah SPP.

"Ah, banyak bicara kalian berdua, coba baca lagi nih."

Dan lagi-lagi bu Saraswati-pun menunjukan HP nya kearah Nita seperti tadi, karena sudah tahu apa yang harus dilakukan, Nitapun segera membaca isi pesan HP itu seperti tadi.

"Itu...."Oh ya tambahan untuk both of you, kalau kalian reject pendapatku ini, kalian akan ke....kena big problem lho, un...untuk si Nita, kau akan dikeluarkan da...dari sekolah ini.da...dan untuk my darling Akbar tercinta, ka...kau akan makin kesulitan to solve "urusan" mu lho jika kau tidak menerima that girl di clubmu itu, jadi lakukanlah yang seharusnya kalian lakukan ya? Bye-bye"" kata Nita yang membaca pesan itu dengan tergagap karena tidak percaya dengan isi pesan yang terdengar memaksa itu.

.....

…..

"Nah, kalian sudah mengerti jawaban pertanyaan kalian sendirikan?"

"(Aku makin kesulitan? Memangnya apa yang telah dilakukan cewek gagap ini sampai orang itu mengira dia bisa mempermudah "urusan" ku ha? Bahkan dia sampai diancam dikeluarkan kalau tidak bergabung denganku lho)" tanya si Akbar yang sempat melirik kearah si Nita.

"A...ah...ahahaha, aku memang sudah tahu kalau ibu kepala sekolah itu aneh saat dia bicara di penyambutan murid baru dulu, tapi i..ini pasti cuma bercandakan? Dan me..memangnya ada murid sekolah yang bisa di keluarkan dari sekolah hanya karena tidak ikut club? I..ini pasti cuma ..."

"Memang tidak ada sih Nita, tapi kalau dikeluarkan karena masalah kekerasan sudah banyak lho kasusnya. Dan juga akan kuperjelas untukmu Nita, karena bu kepala sekolah tidak ingin siswa baru yang baru saja dia rekut sampai diberi beasiswa khusus sepertimu itu keluar dari sekolahnya, jadi dia cuma memberikan hukuman yang sebanding dengan hukuman dikeluarkan dari sekolah oi, apa kau sudah paham?" kata bu Saraswati menjelaskan sebuah alasan kenapa bu kepala sekolah melakukan hal itu.

"Tapi tunggu dulu bu, tetap saja hal ini masih aku pertanyakan, apa yang membuat ibu berpikir kalau masuk kedalam clubku itu sebanding dengan hukuman dikeluarkan dari sekolah ha?" tanya Akbar kemudian.

"Entahlah, aku ini cuma melakukan hal yang dia inginkan saja, dan aku ini bukan dia, dia juga bukan aku tahu, jadi memangnya siapa yang bisa menebak isi pikirannya itu ha?" kata bu Sarasawati membela diri.

"Ta...tapi bagaiman dengan club pencak ..."

"Tuhkan! Diaa bahkan sudah punya rencan sendiri untuk masuk club apa tahu! Jadi apa kalian berdua tidak bisa …."

"Yaelah, kan tinggal ikut 2 club sajakan? Begitu saja kok repot"

"Ah tapikan..."

"Karena urusan ibu sudah selesai dengan kalian, ibu pamit pergi dulu ya, selamat berkenalan anak-anak labil," kata bu Saraswati meninggalkan 2 anak itu berduaan.

!!!

Melihat guru BK itu malah meninggalkan dirinya dengan seorang wanita yang baru dia kenal beberapa menit didalam suatu ruangan, Akbar yang jalan pikirnya masih waras itupun memanggil bu Saraswati.

"TUNGGU PSIKOPAT TUA YANG SOK MUDA!! APA YANG KAU PIKIRKAN MENINGGALKAN SEORANG CEWEK DAN COWOK DALAM 1 RUANGAN HA?!!" kata Akbar yang membentak-bentak.

"Memangnya kau itu tipe cowok yang berani melakukan hal itu pada seorang cewek apa? Dasar bocah culun tidak tahu manner, dan sekali lagi, bukan Psikopat tua! Tapi Psikolog muda!!" kata bu Saraswati yang terus saja berjalan keluar ruangan tanpa menoleh sedikit pun karena saking kesalnya, ditambah juga dengan salam jari tengah darinya.

Dan ketika bu Saraswati sudah keluar tanpa menutup pintu, 2 anak labil yang sama-sama canggung dengan suasana mereka itupun bingung harus berkata apa terhadap satu sama lain.

avataravatar
Next chapter