21 Di balik layar (3)

Di saat si Bela memperkuat cekikannya, dia merasa terganggu, karena bukannya melawan atau meminta ampun, bu Helda malah tersenyum lebar kearahnya.

"Hei bangsat! Kenapa bisa-bisanya kau tersenyum disaat begini ha?! Kau pikir kau akan masuk surga apa?!"

"Ahahahaha, oh Ratu para Queen of the School, apa yang membuatmu berpikir i cinta dengan that boy ha? Aku cuma mau playing dengannya saja kok, jadi jangan salah faham ya, ah, tapi wait a menit, is that mean dia lebih suka main dengan me daripada you ya? khehehehe," kata bu Helda sambil menjulurkan lidahnya sebagai tanda mengejek.

"Sayang sekali di sini sudah sepi, jadi aku bisa membunuhmu dengan tenang perempuan sialan."

"Sayangnya juga, i have a bad news untukmu Bel," kata bu Helda sambil menunjukan HP nya yang sempat dia ambil dari saku celananya kearah Nita yang isinya adalah pesan bertulisan...

[JIKA KAU DIAM-DIAM MENGHUBUNGI SI BELA SEPERTI ITU, KATAKAN PADANYA UNTUK TIDAK MENDEKATIKU LAGI, KARENA AKU SUDAH TIDAK MENGANGGAPNYA SIAPA-SIAPA LAGI, JIKA TIDAK, KAU HARUS TINGKATKAN JUMLAH POINTKU 4X LIPAT]

???

"Kak Akbar...a...apa maksudmu ..."

BBBZZTTTT!!

!!!

...

...

"Apa aku terlalu fast? Apa dia juga sudah read bagian bawahnya?"

Bela pun langsung tergeletak seketika saat dia merasa ada sesuatu yang menyetrum lehernya, dan setelah menyingkirkan tubuh Bela dari tubuhnya, segera saja bu Helda yang menyetrum Bela dengan stun gun yang dia simpan di saku celananya itu pun bangun dari lantai dan segera merapikan bajunya.

"Well, dia sudah menunjukan sisi gelapnya, itu artinya sudah dalam kondisi sangat-sangat serius, i hope dia bisa mengetahui kalau si Akbar benar-benar tidak ingin berhubungan dengannya lagi, dan semoga saja dia belum membaca bagian "point" itu."

"Tapi ya stupid amatlah, kalau pun tahu pasti Akbar should know berbuat apakan? Ahahahaha, salah dia juga sih, kenapa he pakai menulis soal masalah "point" itu segala? Dasar cowok yang tidak bisa carefull," kata bu Helda sambil memasukan stun gunnya kedalam saku celananya.

Lalu setelah merenggangkan badannya yang agak kaku karena terlalu lama duduk di kursi itu, bu Helda pun mulai mengingat-ingat kembali rencanan apa yang akan dia lakukan setelah ini.

"Ok, membuat si Bela sadar kalau Akbar tidak ingin dekat dengannya lagi sesuai keinginan Akbar sudah selesai, next rapikan barang hasil kerusuhan yang dibuat Bela when menjadi "PEMARAH", hapus bukti yang dibawa si Bela, terus setelah itu bring Bela yang pingsan karena stun gun kerumahnya dan said si Bela belum makan apa-apa sejak pagi tadi, lalu yang terakhir, home dan baca komik terbaruku deh, ah indahnya hidupku ini," kata bu Helda yang megingat-ingat susunan rencana yang akan dia lakukan kali ini.

Setelah dia telah merapikan semua barang yang berantakan karena kelakuan Bela barusan dan menghapus rekaman yang menjadi bukti kejahatan pemerasannya kepada para siswa itu, bu Helda pun segera membawa Nita yang pingsan untuk diantarkan pulang menuju rumahnya sesuai rencananya.

Tapi saat perjalanan menuju mobilnya yang ada di garasi sekolah, bu Helda sempat kepikiran soal sesuatu mengenai permintaan Akbar yang ingin si Bela agar tidak mempedulikannya lagi itu.

"Weird deh, aku cuma order Akbar menyelesaikan taruhannya saja, aku kan tidak melarangnya untuk tetap berhubungan baik dengan bekas "keluarga lama" nya, tapi why dia sampai sengotot itu ingin menjauh dari them ya? Kalau aku sih agree saja dia dengan si Bela, karena mantan adiknya inikan atletic, beautiful, dan juga smar ..."

...

...

".... Ah i see, istri rasa adik rasanya pasti awkward ya? Ahahaha, memang pemikiran anak itu more far and realistik daripada aku yang tidak waras ini ya? Ahahahahaha," kata bu Helda yang malah mengatakan hal yang ambigu.

----

TUUTT

TUUTT

TRECK!!

[Ya, ini siapa ya?]

[Ini dari bahasa arab dari kata "besar"]

[Ha? Vahasa Arab kata bes.....EH, DAJJAL?!]

[BANGSAT!! BAGAIMANA BISA BAHASA ARAB "BESAR" ITU ANAK DAJJAL HA??!! CEPAT MINTA MAAF KE ORANG-ORANG ARAB SANA!!]

[Ya-ya aku tahu itu kau oh kakak kelasku yang terlaknat, tapi memangnya darimana kau bisa tahu nomerku ha? Seingatku aku belum memberimu nomer teleponku deh?]

[Aku punya banyak cara yang tak akan dimengerti oleh orang yang bahasa Arabnya hancur sepertimu]

[(Hahaha, kurang diajar nih kakak kelas)]

[Stop dulu debatnya, sekarang dengarkan pertanyaanku dulu Nita]

[Ya ya, pacarmu cantik dan perawan walaupun aku belum melihat wujudnya, jadi tidak perlu kakak...]

[Apa kau tidak apa-apa? Apa kau terluka?]

?

[He? Apa maksud pertanyaan kakak barusan?]

[Maksudku apa kau baik-baik saja? Kau tidak baru saja bertengkar atau sejenisnya kan?]

[Ti..tidak kok, aku ini baru saja sampai dirumah]

[(Hooo, syukurlah kalau begitu, kukira sekarang anak ini sedang dalam masalah besar, ternyata dia belum bertindak sejauh itu rupanya, aku harap dia benar-benar tidak cari masalah dengan Nita)]

[Tunggu kak Akbar, kak Akbar seperti mengatakan kalau aku sepertinya sedang diincar oleh orang jahat deh, memangnya apa yang baru saja terjadi?]

[Tidak, aku cuma khawatir kalau kau diincar 7 anak yang kau habisi itu, kau tahukan kalau manusia itu sifatnya pendendam]

[Ahahahaha, serius kakak khawarir soal itu? Kalau cuma itu sih tenang saja kak, aku bisa menangai mereka sendirian kok, kakak lupa kalau aku ini bisa dapat beasiswa dari bu Helda karena apa ha?]

[Ya, karena kau penggemar Drama religi Ind*siar kelas berat]

[Lebih baik cinta produk lokal dari pada produk luar negeri tahu, weeee]

[Terserah deh, sudah dulu ya aku tutup dulu, kalau ada masalah, don't forget to call me, Dar-Ling]

[EH?! SI.....SIAPA YANG KAU SEBUT DARLING TADI HA?! DASAR NAJ....]

[Sayonara]

TREKK!

...

...

Dan setelah memastikan kalau si Nita sudah pulang dengan keadaan selamat dan tubuh yang masih utuh, Akbar yang baru saja mematikan teleponnya itu jadi bisa bernafas lega dibuatnya.

"Haaaaaa, walau aku tidak tahu sebab sebenarnya wanita itu menyuruh Nita masuk clubku, tapi sepertinya aku sedikit mengerti lagi kenapa bu Helda memilih gadis tomboi ini deh, hehehe."

"Dan well, tinggal 11 bulan lagi sampai taruhannya berakhir, ayo kita lihat apa akan ada perkembangan yang terjadi bahkan setelah kau masuk..... Oh wahai gadis tomboi yang perkasa," kata Akbar sambil tersenyum lebar karena membayangkan sesuatu yang menarik di massa depan.

Dan mulai hari ini, dimulailah cerita kegiatan penyelesaian masalah yang tidak biasa dari "Helper Club" dengan cara penyelesaian yang tidak biasa oleh ketua dan wakilnya yang tidak biasa, sekaligus di tengah-tengah misteri dari kepala sekolah yang tidak biasa mentalnya itu.

avataravatar
Next chapter