20 Di balik layar (2)

"So, Joker bergender perempuan or "Ratu para ratu sekolah", ada urusan apa you datang kesini?" tanya bu Helda kemudian pada muridnya yang kasar itu.

"Ahahaha, berhenti bersikap tidak tahu seperti itu jelmaan kuntil son, ibu tahu aku ingin membicarakan apakan?" jawab Bela yang dengan beraninya berkata kasar pada kepala sekolahnya, dengan senyum pula.

"Ah, soal ternyata yang datang bukannya you future husband tapi malah 2 adik kelas yang imut ya? Aku turut berduka soal itu, mengheningkan cipta, dimulai," kata bu Helda mengejek.

BRAKKK!!

"Ahahahaha, jangan bercanda dasar kamus Inggris rusak yang bernyawa, tadi malam aku sudah sangat senang ketika ibu juga bilang akan berencana mempertemukanku dengan kakakku, tapi apa kenyataannya? Ibu berbohong dasar sialan! Bahkan kak Akbar sampai tahu soal rencana ini tahu, sia-sia aku sampai meminjam kunci ruangan Lab kimia dan bersembunyi diruangan itu hampir selama 10 menit untuk memberikan kejutan seperti ucapan ibu itu!!" kata Bela yang memukul meja bu Helda sambil teringat kejadian saat istirahat tadi.

Beberapa saat yang lalu...

[Jangan banyak kaget dan bicara, cukup diam sampai aku selesai bicara, lalu jawab pertanyaanku ini, dan ingat.....jangan BO-HONG]

[I..iya, baiklah kalau itu bisa membantu kakak (OMG, ini telepon pertamanya setelah sekian lama, apa ini pertanda baik?)]

[Apa tadi malam atau beberapa waktu yang lalu kau ditelepon bu Helda untuk melakukan sesuatu?]

!!!

[(Lho, kok dia bisa tahu?! Bu..bukannya bu Helda bilang ini kejutan untuknya ya?)]

...

!!!

[(Waduuuh!! Gobloknya aku!! Kenapa aku lupa tanya kejutannya ini dalam rangka apaaan ke orang tua itu?!) E..eeh, me...memangnya kenapa kakak tanya hal itu?]

[Hari ini aku ada pelanggan yang bernama Rian dari kelas 10, dia bilang ingin mencari tempat wanitanya berada melalui teka-teki yang diberikan wanita itu]

[Teka-teki?]

[Ya, dan teka-teki itu menunjuk ke LAB KIMIA, di dalam lemari PE-NYIM-PA-NAN]

!!!

[(Lho-lho-lho-lho-lho? Ko...kok dia malah sudah tahu soal tempat itu? Bukannya itu tempat yang disuruh bu Helda agar aku bersembunyi untuk kejutan nanti?)]

[Aku tahu kalau tidak ada siswa yang bisa meminjam kunci LAB selain para OSIS, jadi aku mau tanya juga siapa orang OSIS yang sekarang meminjam kunci LAB Kimia]

[Ah...itu.....ma..mana aku tahukan? Kan bukan aku saja yang jadi OSIS, ah..ahahaha]

...

...

[Kau tidak pandai menipu Bel]

[AH TUNGGU KAKAK!! AKU INI....]

TREEKK

...

"Hooooo, si Akbar bisa menebak dan bahkan call kau ya? (that boy benar-benar sangat menakutkan kalau sudah berususan dengan orang yang sedang dia tolong)" kata bu Helda yang memuji kehebatan Akbar dalam hatinya itu.

"Ahahaha, dan juga aku yang tidak tahu apa-apa soal si Rian itu pun terpaksa terus melakukan keinginan ibu yang sia-sia itu, karena aku benar-benar panik dan bingung harus berbuat apa tahu!"

"(Hohoho, tepat seperti dugaanku, dia pasti masih akan terus melakukan apa yang kusuruh karena she not know apa yang terjadikan?) Heee, memangnya kenapa you tidak telepon aku ha? Dasar idiot."

"Ahahaha, sudah kok, dua-puluh-lima kali kampret!! Kenapa ibu malah OFF di saat penting begitu ha?!"

?

"Oh jadi itu kau ya? Sorry ya, aku pikir itu para orang tua diknas yang banyak bicara daripada bertindak itu (tapi L-I-E, ahahahaha)" kata bu Helda yang menikmati ekspresi putus asa Bela.

"Haaa, sudah cukup membahas masalah bodoh yang sudah terjadi, sekarang aku mau tanya 2 hal yang mungkin akan jadi masalah massa depanku," kata Bela kemudian yang akhirnya bisa menenangkan diri setelah puas meluapkan emosi-emosinya.

"Oh, soal anak baru itu dan my plan for Akbar kan?"

"Apa maksud ibu menyuruh si Nita itu untuk membantu si Akbar dalam menyelesaikan masalahnya itu ha? Ibu sendiri tahu kan kak Akbar itu seperti apa orangnya sejak kejadian itu menimpannya?"

"Yes, tapi itu demi kepentingannya sendiri agar he bisa memenangkan taruhannya kok, jadi kau tenang saja Bel."

...

...

"Ahahaha, taruhan lagi-taruhan lagi, ya ampun lord, sejak kejadian itu kalian terus-terusan saja membahas masalah taruhan kalian, sebenarnya apa sih yang kalian pertaruhkan ini? Sampai kak Akbar minggat dari rumah tidak lama dari kecelakaan itu dan sampai ibu juga jadi membuat rencana-rencana gila begini?" kata Bela yang merasa pusing memikirkan masalah yang sebenarnya sedang dihadapi oleh kakakanya dan bu Helda.

"Pri-va-si-on."

"Terus, memangnya kenapa ibu malah ingin kak Akbar memenangkan taruhannya dengan ibu? Bukannya seharusnya saat bertaruh ibu harus membuat kak Akbar kalah?"

"on-si-va-pri."

"Haaaa, massa bodohlah dengan taruhan kalian itu, tapi yang penting disini adalah, apa ibu bisa beritahu aku, semua rencanan dan hal konyol ini adalah rencana ibu untuk kak Akbar, bisa ibu jelaskan apa maksud dari kata rencana itu?"

"Rencanaku dengan taruhan itu not berbeda far kok, bisa dibilang rencanaku itu untuk membuat taruhan jadi lebih interesting sih, you tahu aku suka membuat hal become lebih menarikkan?"

"Ahahaha, aku tidak paham dengan ucapan ibu barusan, berhentilah basa-basi bu Helda, aku tahu tahu kalau kau yang menyuruh 7 orang dari SMA sebelah menyerang murid baru dan mengancam siswa yang tidak menuruti perintahmu dengan dicabut beasiswanya lho, semuanya percakapanmu tadi sudah aku rekam di sini, jadi aku bisa saja membuatmu dalam masalah yang besar saat ini juga tahu," kata Bela yang mulai mengancam bu Helda sambil menunjukan HP nya.

"Dan sayangnya kau tidak bisa melakukan that juga Bela."

"Oh ya? Kenapa?"

"Because I will make si Akbar yang kau cintai itu bisa terkena masalah yang lebih besar and menyalahkannya padamu, dan kau pasti tahu apa yang akan terjadi selanjutnya? The clue is PEN-YE-SA-LAN, ahahahahahaha," kata bu Helda yang membalas ancaman si Bela.

!!!

Mendengar ucapan dari bu Helda barusan, Bela menjadi geram dibuatnya, karena dia tidak mengira kalau bu Helda akan menggunakan kakaknya sebagai alat pengancam dirinya itu.

"(Sialan, dia sudah tahu kelemahanku, apa lagi yang harus aku lakukan untuk menghadapi makhluk hina ini ya?)" kata Bela yang kesal itu.

"Tapi, dengan senang hati akan kuberitahukan semuanya to you kok."

...

?

"Ha? Ya…yang benar?"

"Ya, with one syarat yang easy."

"(Aku punya firasat buruk soal ini, tapi mumpung ada kesempatan, aku coba saja deh) Dan apa syaratnya itu?"

"Aku tidak mau membicarakannya to siapa pun termasuk kau.....expect dengan si "PEMARAH", ehehehehe," kata bu Helda sambil tersenyum lebar kearah Bela.

?

Tanpa banyak bicara lagi, langsung saja Bela meloncat dari kursinya lalu menjaga jarak ketika melihat sikap bu Helda yang terlihat mencurigakan barusan, karena dia tahu bu Helda pasti akan melakukan hal yang tidak "terduga" setelah ini.

"Ucapanmu tidak masuk akal bu Helda, dan aku juga tidak punya waktu untuk meladenimu lagi, jadi selamat tinggal," kata Bela yang memutuskan untuk segera keluar dari ruangan itu.

"(Hehehe, let make this more menarik) Aahhh, ternyata cuma sekecil itu rasa penasaranmu pada info yang berhubungan dengan si Akbar, dan kau bilang kau adalah adiknya? Weeakkk."

!!!

"HEI!! ASAL KAU TAHU SAJA ORANG GILA!! MESKI AKU TERLIHAT CUEK DAN TIDAK PEDULI, TAPI AKU ADALAH ORANG YANG PALING MEMIKIRKAN KAKAK!! JADI JIKA KAU TIDAK INGIN MEMBANTU MEMPERBAIKI HUBUNGANKU DENGAN KAK AKBAR, LEBIH BAIK..."

"Akbar atau "KAKAK" mu ha? Pilih salah satu dong dasar son of bitch dari nera ..."

...

...

...

!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

DRAP-DRAP-DRAP

BRAAAAKKKK!!!

Setelah mendengarkan ucapan bu Helda barusan, Bela yang sudah tidak sabaran lagi menahan amarahnya yang terpendam dalam hatinya itu pun berlari kearah bu Helda lalu meloncat kearahnya dengan tangannya yang mencekik lehernya.

Melihat Bela melakukan hal yang sudah dia perkirakan sebelumnya, bu Helda hanya tersenyum ketika dia juga melihat sosok lain dari Bela yang ceria dan suka tertawa itu.

"Ahahahahaha, yes, mata itulah yang ingin kulihat, mata serba serius sang sin "PE-MA-RAH", ahahaha!" kata bu Helda yang hanya tersenyum dan tertawa kecil saja walaupun dirinya dilukai oleh murid sekolahnya itu.

"Persetan! Persetan dengan semua ucapan dan rencana sintingmu itu! Kak Akbar itu tetap akan jadi milikku! Tak peduli apa yang kau rencanakan padanya!! Aku tak akan memberikan dia pada siapa pun termasuk kau dasar orang gila! JADI MATILAH KAU SEKARANG SIALAAN!!" kata si Bela yang dimana ekspresi dan sifatnya saat ini berbanding terbalik 180 derajat dari biasanya sambil mempererat cekikannya.

avataravatar
Next chapter