34 Dasar kau ...

Beberapa waktu yang lalu.

"Aku ingin kau jadi pacarku."

?

"A..ah maaf, aku masih terlalu shock dengan banyak hal sampai aku tidak bisa mendengar dengan jelas ucapanmu, bi..bisa ulangi lagi apa yang kau ucapkan?" tanya Mona sambil membersihkan telinganya.

"Baiklah kalau begitu, aku akan mengulanginya lagi, Mona."

"Ya?"

"Aku ingin kau jadi jadi pacarku."

….

….

!!!

BRAAK

Langsung saja Mona yang sadar kalau ternyata dia tidak salah dengar itu langsung tergeletak ditanah karena hati sucinya tidak sanggup lagi menahan serangan Akbar yang tidak ada habisnya itu.

"AAAH!! MONA?! KA..KAMU BAIK-BAIK SAJA?!" tanya Akbar sambil menghampiri Mona yang ambruk itu.

"(Ah sial, aku sudah tidak kuat lagi, dia benar-benar tahu bagaimana cara membuat wanita sakit jiwa)" kata Mona yang benar-benar kalah telak karena hatinya mulai berdeba-debar kencang itu.

"Tunggu sebentar, biar aku bawa kau ke kasurku," kata Akbar yang panic itu sambil mengendong Nita dan membawanya ke kasur kesukannya.

!!!

"(Ba..bangsat! Ini pertama kalinya ada seorang cowok yang berani menggendongku seperti tuan putri, y..y..yaaaa tidak buruk juga sebagai pengalaman pertamaku)" kata Mona yang hanya malu-malu kucing saja melihat tingkah Akbar yang panik.

Setelah Akbar meletakan Mona dikasurnya, segera saja Akbar yang tanggap dengan hal-hal darurat seperti ini memegang dahi si Mona untuk mengecek suhu tubuhnya, dan ketika dia tahu kalau panas tubuh Mona tidak berubah bahkan dia sampai mulai berkeringat, dia pun memutuskan untuk memanggil petugas UKS.

"Sial, aku tidak tahu kalau ternyata kau sedang sakit parah, tidur saja kau disini Mon, aku akan memanggil petugas UKS dulu untuk mengurus…."

"Tunggu."

Akbar langsung saja berhenti berjalan keluar ketika tiba-tiba Mona yang tergeletak lemah itu mengegam tanganya, dan dia jadi lebih heran ketika tiba-tiba Mona bangun dari tidurnya.

"Hei, kenapa kau bangun? Cepat kembali tidur sana! Tugas orang sakit itu cuma beristirahat sampai dia sembuh tahu," kata Akbar dengan nada tegas yang masih tidak sadar kalau dirinya tidak peka, saking tidak pekanya bahkan sampai membuat kita ingin berkata goblok.

"(Tapi kalau dia memang menyatakan cinta kepadaku, lalu kenapa dia tadi memaksaku untuk menyatakan cinta kepada…., ah, apa mungkin karena tadi ada si Lisa jadi dia tidak enak mengatakannya secara langsung?)" kata Mona yang masih saja bisa memikirkan hal lain di dalam kehaluannya.

"Woi Mona! Ka..kau baik-baik sajakan? Ke..kenapa kau tiba-tiba melamun begitu," kata Akbar yang sempat heran melihat Mona memegang tangannya tanpa mengatakan apa-apa.

"Tenang saja, aku tidak apa-apa kok, tadi aku cuma berlebihan saja karena terlalu kaget dengan ucapanmu itu," kata Mona menjelaskan sambil menyeka keringatnya.

"(Tapi tubuh panasmu itu mengatakan kalau kau itu tidak "tidak apa-apa" tahu)" komentar Akbar.

"A..anu jadi, bi..bisa beritahu aku kenapa?" tanya Mona yang tiba-tiba saja melihat kearah bawah seakan takut melihatnya.

"Ha? Beritahu apa?"

Mendengar pertanyaan Akbar yang satu ini, Mona merasa geram karenanya, tidak menyangka kalau ternyata Akbar dia tidak sepeka yang dia duga, tapi karena dia merasa malu ketika melihat kearah Akbar, diapun mulai bicara sambil melihat kearah bawah lantai.

"Bo...bodoh! Ma..maksudku kenapa kau ingin jadi pacarmu? Me..memang sih aku senang karena ada orang yang menyatakan cinta padaku setelah sekian lama, ka..karena rata-rata para cowok yang menjadi temanku lebih suka mengganggapku sebagai teman mereka daripada menggangapku sebagai wanita. Ta..tapi aku hanya..hanya tidak mengira saja kalau dari semua orang, ma..malah kau yang jarang aku ajak bicara a..akan jadi yang pertama kalinya, ja..jadi aku bingung harus berbuat apa."

?

"(Tunggu dulu? What the hell?)"

"Dan lagi, a....aku juga sudah terlanjur suka dengan si Jupri terlebih dahulu, ja..jadi aku minta maaf, karena aku merasa ti..tidak sopan kalau tiba-tiba aku menerima perasaan orang lain disaat aku suka dengan seseorang, Ah! Ta..tapi ini bukan berarti a..aku membencimu kok, pa..paling tidak kita masih bisa berteman dan…...y..yaaa... ka..kau tahukan aku mau bilang apa?"

Melihat sikap "wow" dan kata-kata yang "woah" dari Mona barusan, Akbar pun ter "terangkan" dengan apa yang sedang terjadi saat ini, dan agar keadaan tidak makin ngawur, dia pun memutuskan untuk mengembalikan Mona dari kehaluannya.

"(Kenapa tiba-tiba dia bisa jadi feminism begini? Apa aku harus tetap membiarkannya tetap begini agar dia benar-benar jadi seorang "wanita"? Ta..tapi ya tetap saja ini harus dibereskan sebelum tambah parah woi) Woman, bisa kau diam sebentar? Sepertinya kau salah paham dengan apa yang ingin aku katakan deh," kata Akbar yang langsung saja menyela Mona yang sedang berbunga-bunga itu.

?

"(Eh?)"

"Saat aku bilang "aku ingin kau jadi pacarku" itu bukan berarti aku ingin menyatakan cintaku padamu tahu."

??

"(He?)"

"Sebenarnya saat itu aku ingin mengatakan kalau aku ingin kau mencoba mengatakan "aku ingin kau jadi pacarku" sebagai latihan untuk menembak si Jupri saat pulang nanti, karena aku ingin lihat apa kau bisa mengatakannya dengan lancar atau tidak, tapi sepertinya kau salah faham terlalu jauh ya?" kata Akbar sambil mulai tersenyum sinis.

???

"(HEEEEEEEEEEEEEEEEEEEE???)"

"Pfft, bwahahaha, tidak apa-tidak apa, lagipula ini juga salahku yang terlalu ambigu memberikan informasi, harusnya aku tidak langsung mengatakan hal sensitive seperti itu saat bicara kepada perempuan, apalagi setengah-setengah seperti itu, jadi ok lah aku bisa mentoleransi kalau kau bisa salah faham seperti itu," kata Akbar dengan santainya sambil menepuk-nepuk pundak Mona yang tergeletak itu.

!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Mendengar ucapan Akbar yang benar-benar mengejutkan dan menghancurkan hatinya sekaligus itu, energi-energi negative yang entah datang dari dimensi apa tiba-tiba saja memenuhi tubuh si Mona yang tergeletak di kasur, dan karena merasa dirinya tiba-tiba saja memiliki kekuatan untuk membunuh seseorang, langsung saja sambil tersenyum sinis, Mona pun bangun dari kasur si Akbar dan berkata kepadanya.

"A..ahahaha, jadi kau mau mengatakan, kalau semua ucapanmu tadi, cuma omong kosong?"

"Ya sebenarnya aku tidak mau mengatakannya itu omong kosong sih, karena itu terlalu kasar, jadi aku lebih memilih kalau itu cuma "salah faham" saja," kata Akbar yang tidak peka sama sekali dengan pesan kematian si Mona itu.

"Astaga, sepertinya kaulah yang akan masuk rumah sakit Akbar," kata sebuah sosok misterius yang kecewa dengan sikap si Akbar.

"Ha? Apa maksud ucapanmu itu Luci …."

"Hei Akbar, kau tadi minta aku untuk latihan mengatakan "aku ingin kamu jadi pacarku" ya?" kata Mona sambil tersenyum manis.

"Eh, i..iya, karena seperti yang sudah aku bilang, aku ingin melihat …."

"Jadi apa boleh aku lakukan itu sekarang? Karena sepertinya kita tidak punya banyak waktu lagi karena pelajaran kita selanjutnya akan dimulai deh."

"Oh tentu saja, justru lebih cepat lebih baik, tapi apa kau yakin bisa melakukannya dengan kondisimu sekarang?" kata Akbar yang benar-benar sangat "lugu" itu.

"Tidak apa-apa kok, justru suatu alasan tertentu, sekarang aku sedang bersemangat dan saaaangat bertenaga lho."

"Bagus, berpikir optimis adalah kunci menjadi cewek idaman, beruntung sekali Jupri disukai cewek babar tapi imut sepertimu, nah kalau begitu ayo coba kita dengarkan sekarang," kata Akbar kemudian sambil duduk dikursi tamu dan bersiap mendengarkan ucapan si Mona.

!!!

Mendengar ucapan Akbar yang tanpa dia sadari benar-benar menusuk hatinya itu, Mona makin tersenyum lebar dibuatnya, tentu saja melihat sikap dan perasaan yang sedang berlawanan satu sama lain itu, sosok yang bernama "Lucifer" hanya menggeleng-geleng kepala dengan apa yang akan terjadi selanjutntya.

"(Kali ini, aku tidak akan membantumu Akbar, karena dalam hal ini memang kau yang salah lho, jadi paling tidak jangan mati ya?)" kata sosok yang Akbar panggil sebagi Lucifer itu sambil duduk di kasur milik Akbar, menanti kejadian menarik yang akan terjadi dalam hitungan detik.

"Baiklah kita coba hitung mundur, 1…..2...dan....Action!"

Setelah mendengar aba-aba dari Akbar barusan, Mona yang yang benar-benar sedang menahan "sesuatu" yang amat berat dihatinya itu pun berusaha sebaik mungkin untuk bersikap tenang, dan setelah menghirup nafas panjang, Mona pun mulai menjalankan aksinya.

"Hmmmmmm, haaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa, kau tahu? Ini pertama kalinya aku melakukan hal ini, jadi maaf jika aku tidak bisa menahan diri saat mengucapkan hal ini," kata Mona yang mengeluarkan aura kedewasaan.

"(Oh, dia improvisasi ya? Pembukaan yang lumayan untuk seorang gadis tomboy, mantaplah, aku akan beri skor 75)" kata Akbar yang hanya mengangguk-angguk kagum dengan ucapan Mona barusan.

"Nah kalau begitu Akbar, apa kau sudah siap mendengarkan ucapanku?" kata Mona yang tersenyum manis itu.

"(Hohoho, senyuman para wanita memang senjata yang mematikan kalau mereka sedang menyatakan cin…)"

?

"(Eh? Tunggu sebentar, kenapa dia memakai namaku?) Hei Mona, ceritanyakan sekarang kau bicara dengan kak Jupri, jadi seharusnya kan kau memanggil nama Jupri, jadi kenapa aku yang…"

"Hei Akbar, hmmmmffff!!!" kata Mona yang menghirup nafas panjang dan memasang kuda-kuda pencak silatnya.

"Eh?"

"dasar kau, Jan-COOOOOOOOOOOOOOOOOO OOOOOOOOOOK!!!!!!!!!!"

!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

DUUUAR!!!!...…..NAMEXXXX!!!!

BRAAAAK!

avataravatar
Next chapter