13 Customer pertama (4)

Saat Akbar yang melirik kearah Nita yang terlihat kesal dengan sikapnya barusan itu, Akbar yang masih sayang nyawa dan tahu kalau berbohong sudah tidak berguna lagi itu pun akhirnya berkata yang sebenarnya.

"Aku cuma takut saja, karena kalau perkiraanku tepat, mungkin kau bisa terluka."

"Eh, terluka? Terluka karena apa?"

"Tidak akan kuberitahu walaupun kau memaksa dan mengahajarku sekalipun," kata Akbar yang mulai mempertegas diri.

Nita hanya geram saja melihat Akbar yang bersikap seenaknya sendiri itu, apalagi dia juga merasa kalau Akbar juga sedang meremehkannya, dan untuk membuktikan kalau apa saja anggapan si Akbar padanya itu salah, Nita pun dengan tegas mengatakan ...

"Kak, aku memang kurang pintar kalau disuruh menyelesaika masalah yang berhubungan dengan otak, tapi kalau berhubungan dengan perkelahian, anggapan kakak salah 360 derajat, jika kakak mau bilang ada orang yang mau membuatku celaka, akan aku habisi dia saat ini juga kalau aku mau."

"(Eh gubluk, 360 derajat itu tidak berubah sama sekali tahu!)"

"Dan lagipula ini hari pertamaku disini, jadi mana mungkin aku meninggalkan kesan "tidak minat" dengan club yang gaje ini kak, aku ini masih tetap ingin sekolah, jadi kalau dengan keluar dari club ini bisa membuat bu Helda mencabut beasiswa atau mengeluarkanku dari sekolah ini, aku akan tetap bertahan disini meski kakak melakukan yang aneh-aneh sekalipun."

"Ok, kalau begitu lepas bajumu atau kau kukeluarkan dari sini, bagaimana?"

...

...

KRETEK-KRETEK

"Hohoho, aku bisa berdalih perlindungan diri lho my darling kak Akbar," kata Nita sambil tersenyum sinis dan meremas-remas tanganya yang menandakan dia siap bertarung sampai darah penghabisan.

"(Ah, apa mungkin ini sebabnya dia dipaksa bu Helda untuk membantuku ya? Aku gak butuh orang keras kepala tahu) Pftt, ahahahaha, ternyata otakmu masih main ya, kukira otakmu mati karena karatan seperti otak si Patrcik yang sempat ketukar karena jatuh dari jurang itu, hilang deh kesempatan seumur hidupku untuk melihat dada rata itu beneran rata atau masih ada bentuknya, ahahaha," kata Akbar yang tertawa lepas mendengar jawaban logis si Nita.

"(Nih kakak kelas minta diruqiya dengan Salib ya?)" kata Nita sambil menatap dengan tatapan yang jika bisa diartikan menjadi kata-kata akan berbunyi "MATEK MATEK MATEEEK (MATI MATI MATIIII!!)"

"Ahahaha....haaaaa, terserah deh, tapi walaupun kau boleh ikut, aku akan tetap bersikeras, aku tidak akan memberitahumu apa-apa dulu karena aku tidak mau bertanggung jawab soal apa yang akan terjadi nanti, untuk saat ini saja sih," kata Akbar kemudian pada si Nita.

"Heeee, keras kepala banget deh, jangan remehkan aku kalau masalah berantem kak, memangnya kakak lupa kenapa aku bisa masuk kesini?" kata Nita yang melas karena keteguhan hati si Akbar.

"Ya ya, karena membunuh 7 orang di bawah umur kan?" kata Akbar.

"(Kalau begitu sekarang aku sudah masuk sel penjara dasar anak daj....eh sebentar) Baiklah kalau begitu akan kembali saja ke kelas, tapi maaf kak, sebelum kembali boleh aku tanya 1 hal konyol?"

"Kenapa garam rasanya asin?, jawabannya karena aku sayang kam..."

"Apa kakak pernah dihajar habis-habisan oleh banyak orang sekaligus?"

...

...

Akbar terdiam sejenak memikirkan jawaban apa yang harus dia berikan untuk menjawab pertanyaan Nita yang tidak terdengar "konyol" barusan, dan karena tahu tidak ada lagi waktu untuk menjelaskan karena waktunya masuk kedalam kelas, Akbarpun menjawab dengan kata-kata sakti umat manusia saat ditanyai "punya pacar belum", yaitu...

"Ra...ha....si....a" kata Akbar sambil memainkan telunjuknya.

"(Haaaa, benar juga ya, mana mungkin ada yang mau terang-terangan menjawab pertanyaan seperti itu) Ahahaha, ok lah kalau begitu, aku kembali ke kelas dulu ya kakak kelas sialan, sampai jumpa," kata Nita yang hanya tersenyum mendengar jawaban simple Akbar barusan.

"Ya wahai adik kelasku yang bangsat, hati-hati di jalan karena jalan tidak punya hati," kata Akbar tanpa menoleh.

"Ya, tapi jangan jelaskan dulu arti teka-teki itu sebelum aku datang," kata Nita mengingatkan Akbar soal sesuatu.

"Kalau kau masih bernafas," jawab Akbar simple tapi menusuk hati.

"Kalau tidak?"

"Tenang, akan kuberitahu hal itu setelah kau di kubur, sekalian sambil kirim doa-doa seperti doa mau makan atau masuk kamar mandi."

Nita hanya terseyum kecil saja mendengarkan lawakan Akbar yang keterlaluan jika didengarkan oleh manusia bisa bermental lemah sambil menunjuk 2 jari tengahnya, dan setelah si Nita menutup pintu ruangan dan suara langkah kakinya makin terdengar menjauh, si Akbar yang sebenarnya khawatir soal apa yang akan terjadi itu pun segera saja bangun dari tidurnya dan mulai mengeluarkan ponsel untuk memulai menebak-nebak prediksinya.

"Pertama, si Nita yang tidak diterima di SMA Negeri manapun walaupun dengan sertifikat yang banyak, kedua, hari ini dia berantem dengan 7 anak sekolah lain sekaligus ketahuan bu Saraswati, ketiga, dihari ini pun bu Helda itu juga menyuruh Nita masuk ke clubku untuk membantuku menyelesaikan urusanku, keempat, secara kebetulan di hari ini pun kasus pertama dari sekian lamanya adalah kasus cinta yang tidak biasa, dan ke lima, si Rian tidak mengatakan nama ceweknya itu seolah dia disuruh merahasiakan siapa nama ceweknya itu dan bersikap biasa saja walau mungkin dia sudah tahu kalau dirinya pasti akan ditolak, aku memang tidak tahu bagaimana si Nita bisa ditolak di berbagai SMA Negeri dengan prestasinya itu, tapi kalau dugaanku soal bu Helda itu sekarang sedang bermain-main denganku ini benar, maka bisa kutebak kalau perempuan itu ..."

Lalu sebelum melanjutkan ucapannya, HP si Akbar yang daritadi sedang memanggil seseorang saat dia bicara sendiri daritadi itupun mulai diangkat oleh seseorang.

TREEKK!

[HEEEEE?!!..HA...HALOO.....A....A...ADA PERLU APA SAMPAI KA..]

[Jangan banyak kaget dan bicara, cukup diam sampai aku selesai bicara, lalu jawab pertanyaanku ini, dan ingat, jangan BO-HONG]

avataravatar
Next chapter