12 Customer pertama (3)

Lagi-lagi si Nita yang mengerti situasi yang dihadapi oleh Rian itu pun langsung menarik si Akbar lagi kebelakang dan membisikan pemikirannya padanya dengan pelan agar Rian tidak mendengarkan ucapannya.

"Kak Akbar, aku memang kurang ahli kalau masalah teka-teki seperti itu, tapi walaupun begitu saat memikirkan sikap teman cewek si Rian yang entengan ini, aku bisa merasakan kalau cewek Rian ini mungkin akan ..."

"Apa yang membuatmu berpikir aku tidak bisa menebaknya, kau yang kurang pintar saja mengerti, apa lagi aku kan?" kata Akbar dengan entengnya, atau lebih tepatnya lagi, dengan sombongnya.

"Bajingan kau, tapi kak, ini bukannya aneh ya? Kalau hal ini mudah disadari banyak orang, kenapa si Rian ini malah tidak menyadarinya sih?" kata Nita lagi.

"Memangnya ada orang yang mau menerima kenyataan yang menyakitkan, tidak semua orang mau menerimanya Nit, jadi mereka membuat angan-angan kosong agar perasaan mereka tidak tersakiti tahu," kata Akbar menjelaskan seindah mungkin sebagai pencitraan.

"Tapi bukannya dia akan menjadi lebih sakit kalau sudah tahu kenyataannya ya?"

"Itulah sebabnya kita harus belajar yang namanya merelakan honey."

BUUAKK!!

"Cuih, najis, siapa yang kau panggil honey tadi ha?" kata Nita yang kesal dengan pujian si Akbar barusan sambil memukul pipinya.

"Aku ngomong dengan tembok sialan, tidak mungkin aku panggil honey pada perawan yang semaunya sendiri sepertimu," kata Akbar yang kesal karena merasa serba salah dihadapan Nita itu.

"A....anu, maaf menggangu kesenangan kalian berdua, tapi a..apa kalian bisa membantuku atau tidak ya?" kata Rian yang lagi-lagi merasa diabaikan itu.

"Ah benar juga, bagaimana kak Akbar? aapa kakak masih mau mengurus masalah ini? Karena aku tidak tahu sama sekali soal teka-teki itu lho," kata Nita tanpa dosa seolah dirinya tidak melakukan apa-apa pada si Akbar.

"Sebenarnya sih bisa saja kujelaskan sekarang berkat ucapan cewek yang tadi kau anggap tidak penting itu, tapi karena dalam waktu 4...3...2..1.."

TEET-TEET-TETT

...

...

"Bel istirahat sudah berakhir, maka aku akan menjelaskannya saat pulang sekolah saja," kata Akbar sambil tersenyum kepada 2 adik kelasnya itu setelah melihat jam di dinding ruangannya.

...

"(Sumpah? Dia hafalin jam-jam bel akan berbunyi? Dia ini terlalu malas atau terlalu rajin sih?)"

"Ha? Sepulang sekolah? Kalau kakak sudah tahu apa maksud dari AmikailB ini, kenapa tidak kakak jelaskan saja sekarang? Tidak sampai setengah jam seperti khutbah jum'at kan?" kata Rian yang heran dengan sikap Akbar yang berbasa-basi itu.

"Ya, dan kalau sepulang sekolah nanti, waktu kita cuma sampai 10 menit saja kak? Belum lagi dipotong waktu kakak menjelaskannya, memangnya itu cukup untuk menemukan cewek itu?" tanya si Nita.

"Percayalah, sekali aku bilang kubantu ya pasti akan aku bantu, jadi kau masih mau kubantu atau tidak ha?" kata Akbar dengan tatapan tajamnya ke arah Rian.

?

"(Ya ampun, memang dia agak berubah saat mengurus pelanggan seperti yang dia katakan sih, tapi tatapan itu...)"

"Eh, i..iya, ma..maaf kalau aku meragukan kakak, a..akan aku turuti ucapan kakak, na.. nanti sepulang sekolah aku akan datang kesini lagi," kata Rian yang ketakutan melihat tatapan si Akbar.

"Baguslah kau bisa mengerti, jadi sekarang kembalilah kekelasmu dan belajar giat, jangan sampai uang dari kerja keras orang tuamu jadi mubazir ya," kata Akbar kemudian yang langsung saja tersenyum pada si Rian seakan dia lupa dengan tingkahnya 2 detik yang lalu.

"(Ka...kakak kelas yang 1 ini tidak waras) Ba...baik, aku pamit dulu ya, nanti saat pulang aku akan datang seperti yang kakak perintahkan, pe..permisi," kata Rian kemudian sambil pergi keluar ruangan.

Dan setelah si Rian keluar dari ruangan itu, Nita yang kurang suka dengan sikap si Akbar barusan itupun mengomentarinya.

"Hei kak Akbar, bukannya sikapmu itu akan membuat tempat ini makin sepi? Bagaimana kalau dia tidak akan kembali kesini karena takut dengan sikapmu itu?" tanya Nita pada si Akbar

"Itu kata orang yang memukul ketua clubnya dihadapan customer," jawab Akbar sambil berjalan menuju kasurnya.

"Lebih baik ketimbang membuat customer takut kan?" balas si Nita.

"Terserah deh kau mau bilang apa, yang pasti aku bisa tahu kalau dia pasti akan tetap datang kesini lagi karena dia terpaksa, jadi kau tidak usah khawatir soal dia datang atau tidak," kata Akbar sambil tidur dikasurnya itu.

"(Bukan itu maksudku dasar senior bod ...)"

"Dan daripada kau membicarakan masalah sepele ini, sebaiknya kau kembali kekelasmu saja sana, bisa-bisa kau nanti dimarahi guru lho," kata Akbar yang mengalihkan pembicaraan.

"Jangan mengalihkan pembicaraan seenaknya kak, memangnya kakak tidak lihat apa yang kakak sendiri lakukan?"

"Tenang, setelah ini kelasku akan diajari guru yang selalu telat 10 menit karena terlalu asyik ngopi dan ngobrol dengan pemilik warung kopi yang cantik, berbeda dengan gurumu setelah ini yang akan kesal melihat murid telat 1 menit saat pelajarannya sudah dimulai."

"(Kakak ini lebih tahu kebiasaan orang daripada nama orangnya itu sendi...eh tunggu, darimana dia bisa tahu guru apa yang akan mengajar di kelas...)"

"Oh ya hampir lupa, Nita."

"Eh, ada apa kak."

"Untuk masalah yang satu ini, lebih baik kau tidak usah ikut campur deh, jadi sepulang sekolah kau tidak apa-apa pulang."

!!!

"HAA?! KENAPA??!"

"Ya tidak apa-apa, bukannya hari pertama kerja selalu dimudahkan, seperti awal masuk sekolahmu itu lho," kata Akbar menjelaskan tanpa menoleh kearah Nita.

"KE...NA....PA?!" tanya Nita lagi sambil melotot.

avataravatar
Next chapter