18 Bela Abadeir (2)

Mendengar si Bela terlihat memaksa dirinya untuk menjawab pertanyaannya itu, Nita yang tidak bisa berbuat apa-apa lagi pada kakak kelasnya yang aneh itu akhirnya hanya menuruti saja keinginannya.

"(Haaaaaa, yang satunya seenaknya sendiri dan tidak sopan, yang satunya pelawak amatir dan tidak sabaran, benar-benar saudara yang kompak) Dengar ya kak Bela, saat pertama kali aku masuk kedalam sekolah ini, aku sudah punya tujuan ikut club pencak silat saja karena aku ingin melanjutkan kegiatan SMP ku, tapi karena aku berantem dengan anak dari sekolah sebelah yang kurang ngajar dan secara kebetulan juga ketahuan guru BK, aku dihukum membantu kak Akbar mengurus Clubnya itu tahu, aku sama sekali tidak ada niat untui masuk, dan juga kalau bisa aku ingin sekali keluar dari Clubnya itu kak, karena aku pikir masuk kedalam 2 club itu akan makan banyak waktu."

"(Wow, beneran dihukum karena berantem dong, aku kira bu Saraswati bercanda soal itu) Lalu, kenapa tidak kau lakukan adik kelasku yang manis? Walaupun kau pantas dihukum, bukannya kau punya hak untuk menolak ke bu Saraswati karena hukuman ini kesannya terlalu "maksa"?" tanya Bela sambil mempererat pelukannya.

"Ukh, te..terserah kakak percaya atau tidak, tapi aku tidak bisa keluar karena bu Helda akan mengancam akan mencabut beasiswaku."

...

...

"Bu Helda, akan mencabut beasiswamu katamu?"

"Ya, aku bisa tahu kalau kakak tidak percaya, tapi sayangnya kenyataan memang kadang menyebalkan kak," kata Nita yang sebal sendiri dengan ucapannya.

Setelah mendengarkan ucapan dari Nita barusan, Bela sempat terdiam sejenak sambil merengakan pelukannya yang tadi sangat erat, dan karena merasa dirinya seperti suatu adegan film yang ambigu, Nita yang merasa tidak enakan dipeluk terus-terusan oleh seorang yang baru dia kenal beberapa menit itu pun berterus terang.

"Anu kak Bela, bisa kakak lepasin pelukan kakak? Aku takut ada orang bodoh yang nanti salah faham soal kelakuan kakak ini," kata Nita kemudian yang tidak suka dipeluk terlalu lama itu.

"Ppfft...hahaha ..."

"(He?)"

"AHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAAHAHAHA!!!!"

?

Nita hanya terdiam saja ketika melihat si Bela tertawa lepas seperti orang yang diruqyah dengan kitab Suci dan disiram air Baptis secara bersamaan itu, lalu sambil terus tertawa terbahak-bahak, Bela pun melepaskan pelukannya dan mulai mengomentari perbincangannya tadi.

"AHAHAHAHA, ma...maaf.....a...aku pikir tadi kau itu pacar simpanan kakakku atau sejenisnya, karena aku kaget sih setelah sekian lama sendiri tiba-tiba saja dia menerima orang di clubnya, perempuan pula, ternyata kau itu diancam bu Helda toh, ahahahahaha.....haaaaa, memang tidak mungkin ya penyendiri sepertinya itu punya pacar," kata Bela yang akhirnya bisa mengendalikan tawanya lagi.

"(Bahkan adiknya sendiri ikut komentar soal sikapnya itu lho, apa kau juga jaga jarak dengan keluargamu kak Akbar?)" tanya Nita yang malah kepikiran dengan nasib si Akbar.

"Tapi Nita, walaupun si Akbar itu penyendiri dan kadang sikapnya keterlaluan, dia sebenarnya anak yang pintar dan baik kok, jadi kakak mohon jangan bersikap kasar padanya ya? Karena bisa makin liar dia kalau tidak punya teman ngobrol sama sekali," kata Bela yang kemudian memohon pada Nita.

"Ah, tenang saja kak Bela, kalau itu aku sudah tahu kok, aku akan berusaha agar bisa akrab dengan kak Akbar (walau dengan cara yang kasar sih)" kata Nita yang sempat teringat dengan perlakuannya pada Akbar.

"Ahahahaha, terimah kasih ya Nita, kau memang adik kelas yang baik deh, rasanya ingin kuangkat kau jadi adik tiriku saja, mau ya? Mau ya?" kata Bela kemudian sambil memeluk dan mengelus-ngelus mukannya ke pipi Nita.

"Bisa tidak kakak berhenti memeluku, aku ini bukan guling bernyawa," kata Nita yang bosan dengan kelakuan Bela.

"Iya-iya maaf, pipimu lembut banget seperti ranjang tidur PSK sih, aku jadi ketagihan, ahahahaha."

"(Itu pujian atau hinaan ya Lord? Dan memangnya dosa apa aku sampai sering dapat perlakuan seperti ini sih?)"

"Oh ya, boleh kita tukeran nomer telepon? Nanti kalau kau atau kakakku punya masalah yang tidak bisa kalian selesaikan, kau bisa menghubungiku, nanti akan aku tolong sekuat tenaga deh," kata Bela kemudian sambil mengeluarkan HP nya yang ingin bertukar nomer HP dengan adik kelasnya yang baru dia kenal itu.

"Tukar nomer ya, boleh kok, sebentar ya" kata Nita yang setuju-setuju saja dengan permintaan Bela sambil mengeluarkan HP nya juga.

Kemudian 2 gadis yang baru saja berkenalan dengan cara yang tidak biasa itupun saling bertukar nomer telepon agar bisa saling menghubungi apabila ingin meminta bantuan satu sama lain.

Dan setelah saling menerima kontak telepon, segera saja Nita yang merasa urusannya sudah selesai itu berpamitan kepada Bela untuk pergi pulang kerumah.

"Karena urusanku disini sudah selesai, aku pulang dulu ya kak Bela, sampai jumpa lagi kak" kata Bela sambil berjalan pergi.

"Ok, maaf kalau tadi aku merepotkan ya, oh iya, mungkin ke depannya aku akan banyak tanya ke kamu soal kakakku, jadi tolong bantuannya ya," kata Bela yang masih menetap karena masih ada urusan yang belum diselesaikan.

"(Hee? Memangnya dia mau tanya apa soal kakaknya sendiri? Bukanya dia bisa langsung saja menanyakan ke kakaknya itu? Tapi ya tereserahlah, mungkin saja itu soal hal yang tidak boleh di dengar oleh seorang cowok) No problem kak, selama aku bisa membantu, aku akan melakukan sebisanya, kalau begitu sampai jumpa lagi ya kak Bela!" kata Nita sambil melambaikan tangannya kepada Bela.

"Ya, hati-hati dijalan ya, karena belakangan ini banyak orang jahat berkeliaran," balas Bela dengan senyuman manisnya yang memberikan peringatan pada Nita.

Akhirnya, hari pertama Nita sebagai anggota Helper Club sekaligus wakil ketua Club yang penuh dengan banyak kejadian yang tidak biasa dengan orang-orang yang sikapnya tidak biasa itu pun selesai dia jalani dengan penuh perjuangan dan banyak cobaan tes kesabaran.

"Jujur saja, sepertinya kegiatan club ini lebih menarik daripada yang aku bayangkan deh, dan walau pelanggan pertamaku gagal bahagia, tapi aku harus menjadikannya batu loncatan agak aku bisa lebih baik, yosh!! Untuk kedepannya aku harus lebih bersemangat lagi!!" kata Nita yang berambisi itu

Sedangkan di sisi lain, Bela yang hanya melihat Nita dari kejauhan itu hanya memandanginya dengan senyuman sinis.

"(Ahahahaha, syukurlah hubungannya dengan kak Akbar itu cuma teman saja, kalau begitu dia tidak perlu aku waspadai deh)" kata Bela yang merasa lega karena dugaannya akan sesuatu itu ternyata salah.

Kemudian Bela pun mengeluarkan HP nya untuk melihat pukul berpakah sekarang, dan setelah merasa dia masih punya waktu luang, diapun mulai berjalan perlahan menuju suatu tempat.

"Mungkin sebelum aku pulang kerumah, aku coba mampir dulu ke kakak ah," kata Bela yang berjalan menuju arah gedung Helper Club.

---

Beberapa saat kemudian, setelah pernyataan cinta yang tidak ada romantisnya sama sekali yang membuat kebanyakkan para penggemar novel ROMANCE kecewa berat, lebih tepatnya di depan gedung Helper Club, seseorang terlihat sedang berusaha untuk memanggil si Akbar yang berada di dalam ruangannya itu.

"Permisi, saya mau cek meteran PDAM dan PLN."

...

"Permisi, Pizza Hut ekstra besar gratisannya sudah datang, boleh saya masuk sebelum dingin."

...

"SELAMAT!! ANDA MENDAPATKAN HADIAH CEK SEBESAR 5 JUTA RUPIAH!! SILAHKAN KELUAR DAN TANDA TANGANI CEKNYA DULU BAPAK AKBAR."

….

"ITS POLICE!! OPEN THE DOOR!! WIBU-WIBU-WIBU!!!"

....

....

Setelah berbagai cara telah dia lakukan tapi tetap saja tidak mendapatkan respons dari Akbar yang ada didalam ruangan itu, Bela yang sudah kelelahan itu pun menyerah dan mulai berterus terang.

"Ahahaha, ka...kak Akbar, aku akan berhenti bercanda, jadi apa boleh aku masuk sekarang?" kata Bela meminta izin masuk pada kakaknya yang sudah kehabisan ide untuk beralasan lagi.

"Club sudah tutup, jadi aku tidak mau menerima tamu, pulanglah kerumah mu dasar petugas PLN-PDAM, PIZZA DRIVER, TUKANG PHP dan POLISI gadungan," kata Akbar dari dalam ruangannya.

"Ahahaha, jangan begitu dong kak, massa kau tidak mau bicara dengan adikmu ini? Kau pasti punya masalah yang ingin dibicarakan? Misalnya kapan gaji guru Honorer dinaikan menjadi UMR atau kapan UU hukuman mati Koruptor dibuat begitu," kata Nita yang menjelaskan topic masalah yang mungkin ingin dibicarakan itu.

"Tidak ada "tahayyul" dan "dongeng tidur" pemerintahan negara yang perlu aku bicarakan denganmu, jadi cepatlah terbang dari sini atau. kau ....."

"Aku sudah bertemu dengan si Nita itu lho."

?

...

...

"Ahahaha, dia itu anak baik yang aktif dan kelihatannya suka sekali menolong orang, kira-kira dia bisa dapat beasiswa dan diterima disini karena apa ya? Apa karena prestasinya? Atau karena ulah bu Helda? Atau malah kedua-duanya? Dan juga kenapa dia dipaksa juga masuk kedalam Club kakak ya? Hmmm, masih menjadi misteri," kata Bela sambil bersandar dipintu ruangan.

"Sudah kubilang, apapun yang terjadi antara aku dan kepala sekolah bukan urusanmu, jadi berhentilah ikut campur dalam masalah ini Bel."

"Memang aku tidak peduli dengan urusan kepala sekolah sih, tapi jika itu ada urusannya dengamu juga, maka aku akan ikut campur baik kau suka atau tidak, karena kita ini saudarakan? Ahahahaha."

"Bel, kuperingati kau, jangan-ikut-cam-pur."

"Tapi kak, saudara itu kan sudah seharusnya saling tolong menol ..."

BRAAAKKK!!!

!!!

Langsung saja Bela menjauhi pintu ketika dia merasa si Akbar menendang pintu itu sangat keras dari dalam, dan setelah beberapa saat tidak ada respons sama sekali, Bela pun berusaha untuk berdamai dengan si Akbar, tapi si Akbar...

"Eh, kak Akbar, a...aku minta maaf, aku ....."

!!!

BRAK-BRAK-BRAAAK!!!

"BERHENTI MEMANGGILKU KAKAK SIALAN!!! KITA BUKANLAH SAUDARA DAN KAU ITU BUKAN ADIKKU LAGIIIII!! JADI ENYALAH ATAU AKU TIDAK AKAN MENGUBRISMU SAMA SEKALI DASAR ETAN ALASS!!!"

???!!!

...

...

Setelah mendengarkan ucapan Akbar yang penuh emosi sampai-sampai dia memukul pintu ruangannya, Bela yang sempat terdiam saja mendengar ucapan yang menusuk dari si Akbar itu pun memutuskan untuk meninggalkan kakaknya yang terlihat sudah tidak bisa diajak bicara lagi, tapi sebelum pergi, Bela pun sempat berkata...

"Tidak peduli sebenci apa kakak terhadapku dan "mama", tapi aku akan tetap menyayangi kakak kok, jadi.....jaga diri kakak baik-baik," kata Bela yang akhirnya meninggalkan kakaknya yang tidak mau bicara itu.....lagi.

...

...

Saat Bela sudah berjalan menjauh dari ruangan Club itu, dimulailah perbincangan antara "SESUATU" dengan Akbar yang galau itu mengenai apa yang baru saja terjadi.

"Walah-walah, sepertinya kau telah membuat seoarang sedih deh."

"Lebih baik begitu dan kuharap dia juga membenciku sekaligus, karena bisa strees aku jika dia masih bersikap baik padaku."

"Kau itu memang orang yang baik ya, aku jadi lebih cinta lagi padamu lho."

"Berisik, aku ini bukan orang yang baik sialan, enyahlah! Aku sedang tidak mood untuk diajak bicara."

"(Tidak, kau memang orang yang baik, terima kasih ya Akbar, karena tanpa kau sadari, kau sebenarnya sudah berusaha untuk menjaga komitmenmu dengan membuat Bela membencimu selama ini, jadi tetap tunggulah, aku akan datang secepat yang aku bisa)"

avataravatar
Next chapter