5 Akbar dan Nita

"(Kampret, apanya yang membantu, kalian justru bikin masalah ini jadi rumit tahu!, kalian tidak tahu diberi jari tengah ya?!)" kata Akbar yang kesal dengan tingkah para orang-orang tua yang seenaknya mengatur urusannya itu.

"(Oh My Gusti, ke...kenapa di awal Minggu ke 2 di sekolah baruku ini aku harus dapat bencana seperti ini? Hancur sudah rencana "MASSA MUDA SMA YANG MEMBARA" yang sudah kubuat)" kata Nita yang hatinya menangis deras.

"(Tapi masalah utamanya sekarang adalah cewek ini, apa yang harus aku lakukan padanya sekarang? Psikopat itu bilang kalau bu Helda menyuruhku menerima dia disini agar dia bisa membantuku, tapi memangnya dia bisa apa sampai dia mengira bisa membantu mengurus "masalah" ku dengannya itu ha?)"

"(A...aku benar-benar gak paham dengan semua ini, a...a..apa yang harus dilakukan jika kita ada didalam kondisi berduaan seperti ini? A.Diam saja dan biar dia yang memulai percakapan, B.Kabur dengan kecepatan sonic, C.Buat kesan pertama yang keren, D.Minta bantuan 50:50 atau panggil teman?)" kata Nita yang malah merasa sedang ada ditahap terakhir kuis WHO WANT TO BE A MILIONERE.

"Hei cewek, namamu tadi Nita ya?"

!!!

Mendengar Akbar ternyata lebih dulu memulai percakapan, dengan perasaan yang masih tidak sigap karena situasi yang canggung itupun, segera saja Nita membalas ucapan si Akbar.

"(AHH, DI..DIA YANG MEMULAI DULU PERCAKAPANNYA!! A...AKU HARUS CEPAT MENJAWAB SEBELUM INI MENJADI LEBIH CANGGUG LAGI!!) Ah...i..iya, na...namaku Nita Dwi Sartika dari kelas 10-C, sa...salam kenal!!" kata Nita kemudian memperkenalkan diri.

"Ah benar dugaanku, ternyata kau memang murid baru di sekolah ini ya, pantas aku belum pernah melihatmu sebelumnya di sekitar sini, ayo duduklah, rasanya aneh kalau kau kuajak bicara sambil berdiri begitu," kata Akbar yang menyadari sesuatu itu sambil menyuruh si Nita duduk.

"(Eh, a…ada apa ini? Ke..kenapa dia tidak bersikap menakutkan seperti saat dia bicara dengan bu Saraswati? Ah bodoh amatlah! Pokoknya sekarang aku harus tenang dulu tahu) Ah, ba..baiklah," kata Nita yang berusaha untuk tenang itu.

Lalu setelah si Nita duduk di kursi yang tersedia, 2 anak yang sama-sama punya masalah yang merepotkan itupun saling bertatapan satu sama lain dan memulai percakapan mengenai apa yang sebenarnya sedang terjadi.

"A..anu, na...namamu Akbar ya?"

"Oh, maaf lupa memperkenalkan diri, aku Akbar Abadeir dari kelas 11-B, salam kenal," kata si Akbar memperkenalkan diri sambil membungkukan tubuhnya.

"(Ha? Ke..kelas 11...be..bearti dia kakak kelasku dong?) Ah maaf, a...aku tidak sengaja bicara tidak sopan tadi, a..aku tidak tahu kalau kakak itu rupanya kakak kelasku," kata Nita meminta maaf pada Akbar yang ternyata adalah Seniornya.

"Tidak apa, toh ini juga pertama kalinya kita bertemu, jadi wajar saja kalau masih ada salah bicara dan sejenisnya karena gugup begitu," jawab Akbar dengan sikap tegas yang santai.

"(Untunglah, padahal kalau dilihat dari sikap kerasnya pada bu Saraswati, aku pikir dia akan mengejek-ngejeku juga)" kata Nita yang merasa lega.

"Oh ya omong-omong, bisa beritahu padaku Nita".

"Beritahu? Beritahu soal apa kak?"

"Itu lho, di SMS dari kepala sekolah tadi dia mengatakan kalau dia mengundangmu masuk kesekolah ini, jadi apa yan membuatmu bisa mendapatkan perlakuan khusus dari kepala sekolah itu?"

"Ah itu, se..sebenarnya aku ini atlet pencak silat yang sering menang lomba bahkan sampai ketingkat Nasional lho, hehehehe," kata Nita yang merasa malu menjelaskan soal dirinya sendiri itu.

"(Tipe yang suka dipuji dan tomboi, apa maksudmu dia bisa mempermudah urusanku wahai kepsek yang gaje? Eh tunggu...) Nita, rumahmu ada di mana?" tanya Akbar kemudian.

"(Ho, akhirnya percakapan normal terjadi juga, lega deh, kalau begitu aku tidak perlu canggung lagi) Rumahku ya? Rumahku ada di desa Kembang Merana-Jl.Mawar-no.20, memangnya kenapa kak?"

!!!!

"Wow-wow-wow, memang cuma butuh 1 angkot untuk ke sekolah ini, tapi itukan jauh sekali dari sekolah ini karena ada di wilayah Timur, kenapa kau tidak masuk ke SMA yang lebih dekat dengan kampungmu dan malah bersekolah di sekolah wilayah barat begini?"

"Pertanyaan kakak hampir 11:12 dengan bu Saraswati tadi lho, sebenarnya aku juga sudah melamar kesemua SMA yang dekat dengan kampungku kak, tapi anehnya semua SMA itu malah menolak prestasiku lho."

"Bagaimana ..."

""Bagaimana bisa begitu, padahal kamu sudah juara sampai tingkat provinsi"....kan?, hahaha pertanyaan kakak mirip seperti pertanya bu Saraswati tadi, jadi aku..."

"Bukan dodol, bukan itu, bagaimana dengan Danem UN SMP mu? Apa diatas 30?"

...

...

BLEDEEERR!!!

JE-DEEEEEEEERR!!!!!!

Mendengar pertanyaan Akbar yang diluar perkiraannya barusan itu, hati si Nita terasa terkena sambaran petir Adzab Sinetron Religi Indosiar, karena dia benar-benar lupa soal faktor yang sangat penting seperti itu.

Bahkan sampai shocknya, si Nitapun sampai tertunduk dan wajahnya langsung pucat pasih seperti wajah Guru Swasta yang gagal ikut Sertifikasi agar bisa dapat gaji tambahan dibuatnya.

"(Ah Gusti!!! Ke..kenapa aku bisa lupa so..soal hal yang penting dan simple sep...seperti itu? Hatiku.....sa...sakit banget)"

"Tunggu Roby, biar aku cium-cium dulu aromamu, hmmm....sepertinya...ini...ini bau-bau nilai Danem dibawah 25 ya?" kata Akbar memparodikan acara "KARMA" sambil mengendus-ngendus itu.

"1.....1...17."

...

...

!

avataravatar
Next chapter