7 Akbar dan Nita (3)

Dan setelah mendengarkan cerita si Nita yang "SPEKTAKULER" yang jika didengar oleh orang awam pasti dikira cerita Dongeng itu, Akbar pun yang daritadi memasang model "THE THINGKER" kerena berusaha membuat kesimpulan deri cerita si Nita tadi pun segera berkata ....

"Kau tidak sedang bercanda kan? Ini bukan acara Super Trap kan? Kalau iya, di mana kau letakan kamerannya ha?" kata Akbar mengakatkan kesimpulannya sambil menoleh ke kiri kanan.

"Memang sikap kakak itu menyebalkan banget, jadi sudah pasti banyak orang yang akan menjahili kakak kalau kakak seperti itu terus, tapi tidak peduli seberapa besar seorang yang suka jahil itu, memang apa untungnya coba menjahili orang yang baru pertama kali kita kenal haa?" kata Nita kemudian.

"Benar juga sih ucapanmu itu, tapi tetap saja, 1 cewek mengalahkan 7 cowok, memangnya kau sekuat itu? Aku sih memang bisa mengalahkan 10 orang lebih, tapi itu pun cuma di game lho," kata Akbar yang masih tidak percaya saja dengan ucapan si Nita tadi.

"Hehe, biar kuberitahu kakak suatu rahasia bela diri, tidak peduli seperti apa bentuk tubuhmu, jika kau memiliki pengalaman dan metode yang tepat, bahkan guru bela diri kakak sendiri bisa kakak kalahkan lho, aku jamin itu 100%," kata Nita dengan bangganya.

Saat mendengar cara bicara si Nita yang terlihat menyakinkan itu, tahulah si Akbar kalau si Nita tidak sedang berbohong dengan semua hal yang telah dia ucapkan tadi, tapi walaupun begitu masih ada 1 hal yang masih membuat dirinya penasaran, yaitu soal sebab bu Helda menyuruh si Nita membantu mengurus clubnya.

"(Hmmm baiklah, dari semua yang dia lakukan dan ucapkan, aku bisa menyimpulkan dia ini wanita yang tingkat pengetahuannya rata-rata di bawah tapi memiliki kemampuan berkelahi yang hebat dan sekaligus tipe homo sapiens yang suka membanggakan dirinya sendiri, jadi bisakah ada yang menjawab pertanyaanku ini? Bagian ma-na-nya yang bisa membantuku mengurus kegiatan club ini ha?! Seharusnya bu Helda itu menyuruhnya jadi satpam saja kampret!)" kata Akbar yang aerasa kesal sendiri ketika memikirkan seperti apa jalan pikiran bu Helda sampai bisa membuat keputusan seruwet ini.

TTEEET-TTEEET-TEEET

Ketika sedang asyik berbincang-bincang mengenai hal-hal yang berhubungan dengan club, terdengarlah bunyi bel sekolah yang menandakan waktu istirahat telah habis, sehingga 2 orang yang baru pertama kali bertemu itu pun saling berpamitan.

"Ah bel sudah berbunyi, kalau begitu aku pamit dulu ya kak," kata Nita kemudian sambil berdiri dari kursinya.

"Mau pergi berantem lagi ya?"

"Hohoho, kalau dibolehkan, aku ingin banget deh berantem dengan kakak, karena kakak gemesin banget sampai ingin aku pukuli berkali-kali lho," kata Nita tersenyum sinis sambil mengenggam tanganya erat-erat yang mengisyaratkan si Akbar agar tidak cari gara-gara.

"Ya-ya, lain kali akan kuladeni tantangamu itu deh."

"(Sumpah dah, rasanya aku tidak ingin kembali ke sini untuk selamanya)"

"Tapi, sebelum kau pergi, ada 2 hal yang ingin kukatakan padamu sebentar."

?

"Ha? Apalagi sih? Aku tahu aku memang cantik dan kakak ingin bicara banyak denganku, tapi memangnya tidak bisa sampai istira ..."

"Pertanyaan normal, x+y=5, jika y=10, maka x adalah?"

...

...

"Kak, yang benar saja, aku anak kelas 10, aku tidak tahu apa-apa soal materi kelas 11, apalagi kimia begitu, jadi tahu diri dikit dong dasar Para-gak-normal."

?

"(Ok, dilihat dari sikapnya yang polos, ini membuktikan kalau dia 100% bodohnya murni gak ketolong dan dia benar-benar diundang oleh bu Helda dengan alasan tertentu) Baiklah, sekarang yang ke 2, ini amat-amat penting dan tidak akan kuulangi lagi karena ini sangat memalukan banget, jadi dengarkan baik-baik ya," kata Akbar dengan tatapan serius kearah Nita.

!

"(Wuih, ka..kak Akbar yang dari tadi kelakuannya tidak jelas sedang memasang wajah serius, pa..pasti ini hal yang penting banget deh) Ba..baik kak, jadi apa yang ingin kakak katakan padaku itu?" tanya Nita kemudian yang sudah bersiap-siap dengan hal mengagetkan yang akan dikatakan Akbar setelah ini.

"Aku...."

"(Jelek, kaya, anak orang terkenal, LGBT, kampungan, penganut PKI, perawan?)"

"Sudah punya...."

"(Rumah, uang, mobil, KTP, ANAK??!!)"

"Pacar"

...

...

?

"Ha?"

Nita sempat membersihkan telinganya karena mengira telinganya kotor sehingga dia salah dengar, dan setelah yakin telinganya bersih dan suci tanpa dosa, dia pun bertanya lagi dengan sopan.

"Ha?"

"Aku sudah punya pacar, jangan buat aku mengulanginya lagi dasar perawan umur 16 tahun."

"Ti...tidak begitu anak Dajjal, ma....maksudku apa faedahnya kakak mengatakan hal itu padaku ha?" kata Nita yang gagal paham.

"Cuma untuk jaga-jaga saja, karena aku mencium bau-bau kisah romantis yang berujung cinta segitiga sama kaki akan muncul di tempat ini."

Ketika mendengarkan ucapan Akbar yang sama sekali tidak berhidayah yang membuang 10 detik waktu hidupnya yang berharga itu, Nita yang benar-benar hampir tidak sabar ingin membentak kakak kelasnya yang amat menyebalkan itupun akhirnya berkata dengan tatapan menghina.

"Cuih, NAJIS! Kakak pikir dengan sikap kakak yang seperti itu bisa membuatku jatuh cinta apa? Helooo, maaf saja ya, tipeku jauh banget dengan kakak, bagai laba-laba dengan Spiderman, malahan aku kasihan banget deh dengan pacar kakak itu karena mau menjadi pacar makhluk biadab, aku yakin dia gak bakal tahan sampai malam pertama deh."

"(Kuingin marah...melampiaskan.....tapiku....lupa bawa palu)" kata Akbar yang hanya tersenyum sinis saja mendengarkan ledekan si Nita yang menusuk-nusuk.

"Kalau tidak ada hal yang "benar-benar penting" yang ingin kakak sampaikan padaku lagi, aku pamit dulu, bye-bye senior sialan," kata Nita yang akhirnya pergi meninggalkan si Akbar sendirian sambil memberi isyarat jari tengah.

"Iya wahai adik kelasku yang gemesin banget," kata Akbar yang berusaha bersabar sambil terus memasang senyuman penuh kejengkelannya pada Nita yang suka sekali mengejeknya itu.

"Oh ya, aku titip salam duka dan pada pacar kakak itu ya, karena aku merasa umurnya tidak akan lama lagi kalau dia masih sayang dengan kak Akbar, dah," kata Nita yang sempat membalik badan sebentar untuk menyampaikan suatu pesan yang berhidayah.

"(Kalau mau, aku bisa membaptismu sekarang juga lho)" kata Akbar yang masih berusaha keras untuk tersenyum.

Setelah selesai memberikan salam terakhinya itu, Nita pun langsung berlari menuju kelasnya karena takut kalau si Akbar akan mengejarnya dan melakukan serangan balasan karena terlalu kesal. Sedangkan itu, Akbar yang merasa Nita sudah jauh dari ruangannya itu pun hanya mulai berkomentar penuh keluh kesah.

"Gak paham, aku benar-benar gak paham, dengan sikap kasar dan tidak punya ilmu yang cukup seperti itu, apa yang membuat bu Helda mengira dia bisa membantuku menyelesaikan "taruhan" ini ha? Dia justru akan menghalangiku agar malah ini bisa cepat selesai tahu! Apa jangan-jangan dia malah memang niat untuk menghalangi usahaku?"

...

...

Dan setelah Akbar yang berpikir keras untuk mengetahui maksud dari perbuatan bu Helda yang dia anggap malah mengganggu daripada membantu pekerjaannya itu, Akbar yang menemui jalan buntu itupun hanya pasrah terhadap keadaan saat ini.

"Haaaaa, tenang Akbar, tenang, menggunakan mulut untuk mengoceh tentang hal buruk yang sudah terjadi tidak akan menyelesaikan masalah, lebih baik gunakan otakmu untuk menyelesaikan masalah ini."

"Semua yang dilakukan oleh kamus Inggris rusak bergender wanita itu pasti punya arti tertentu tak peduli itu akan menguntungkan atau merugikanku, tapi apa pun itu, untung ruginya tetap tergantung bagaimana aku memafaatkan si Nita itu kan? Jadi aku harus memikirkan apa yang harus aku lakukan pada si Nita agar kemampuan yang dia punya bisa bermanfaat untukku."

"Oh, jadi intinya kau ingin baik kan dengannya setelah pertemuan pertama yang hancur berantakan ini? Itu pasti berat sekali deh kalau dilihat dari ekspresi wajahnya yang kesal berat itu."

Saat mendengar suara yang muncul tiba-tiba barusan, Akbar yang daritadi mengomel ini itu karena kepikiran masalah itu pun hanya membalas ucapan tanpa wujud itu.

"Ya mau bagaimana lagi, aku terpaksa bicara seperti itu agar ada jarak yang membatasi hubungan kita tahu, karena bisa gawatkan kalau seorang lelaki dan perempuan ABG dibiarkan berduaan dealam 1 ruangan setiap hari, hampir mustahil kalau tidak ada perasaan tertentu tahu, sebisa mungkin aku ingin menghindari masalah cinta pribadi sampai masalah ini selesai."

"Ya kamu tidak salah sih, lagipulan bisa gawat kalau juga ada gosip yang tidak-tidak mengenai kalian, tapi apa kau mengira dia akan memaafkanmu semudah itu setelah kau mengucapkan kata-kata sadis seperti itu?"

"Hehe, tenang saja, walaupun sikapnya seperti itu dan ilmunya kurang, aku tahu kalau sebenarnya dia orang baik kok, dan ucapanku tadi juga tidak sadis-sadis amat, jadi tenang sajalah."

"Massa sih? Kalau aku tidak menganggapnya orang baik seperti itu deh."

"Hoo, sepertinya kau kesal dengan anak itu ya?"

"Yaaaa, bisa dikatakan begitu."

"Jadi, kau menganggap gadis itu seperti apa dong, seperti orang sadis?"

"Bu-kan"

"Orang Barbar?"

"Itu sama saja"

"Perawan tomboi yang gak bisa membedakan mana matematika dan kimia?"

"Hhmmmmmmmmmmm….iy....bukan"

"Haaa? Kalau bukan orang baik, sadis, barbar, atau lainnya, lalu kau menganggapnya apa dong?.....Hei Lucifer."

"Hmmm, agak sulit menjelaskannya dengan kata-kata melihat sikapnya seperti itu, tapi bahasa mudahnya itu .... "

...

...

...

"PENGGANGGU."

avataravatar
Next chapter