27 Your Story (3)

Beberapa menit kemudian suara langkah kaki yang berat terdengar dari balik lorong ruang William. Langkah itu berhenti tepat di hadapannya, seorang pria tampan dengan raut wajah yang tegas dan kuat serta seorang gadis kecil berumur sekitar tiga belas tahun menggandeng tangan pria itu.

"papa… aku serahkan tua Bangka ini padamu" leon kecil mundur beberapa langkah dari William dengan tangan yang masih mengacungkan pistol pada William

"trimakasih nak.." senyum jeremi

"William, lama tidak bertemu, kau semakin menjadi tua bangka sekarang" kata jeremi sambil memandang jijik pria berlumuran darah di depannya

"kau!" William memandang jeremi dengan mata melotot dia tidak menyangka pria yang lemah beberapa tahun lalu ternyata masih menyimpan dendam padanya.

"haha jeremi, apa semua ini karna wanita murahan itu.. siapa namanya? Hahaha " ketawa William penuh ejekan

"diam kau keparat!" menendang perut William

Aaakkhh..

"jangan pernah menyebut yonaa wanita murahan! Kau telah membunuhnya bahkan mencoba menodainya!"

"hahaha kalian masih seperti dulu, pasangan yang mempercayai cinta! Kau bodoh jeremi! Wanita bukan untuk di cintai namun hanya mainan bagi pria! Hahaha"

"keparat!" jeremi memukul William bertubi-tubi, William hanya pasrah dan tertawa menyeringai di balik darah-darahnya yang mengalir

"awalnya aku hanya ingin bermain-main dengan yonaa, tapi kau tau.. uhuk uhuk" William memcoba berbicara di sela mulutnya yang penuh darah. Sesekali dia terbatuk mengeluarkan darah segar dari mulutnya

"kau tau! Wanita itu begitu jual mahal, dia selalu setia padamu!" William mengingat kembali kenangan lima tahun lalu saat yonaa menolaknya terus menerus. Sebagai pria yang sombong dia tidak terima yonaa menolaknya.

"bahkan aku menculiknya dia masih tetap saja dengan sifat arogannya… meski aku memaksa dia tetap saja memberontak dia mengatakan dia seorang ibu sekarang dan memilih mati dari pada menyerahkan harga dirinya, hahaha kau tau betapa bodohnya wanita itu!" ekspresi William berubah sedih terdengar dari kata-kata yang gemetar dari mulutnya

Namun dengan cepat ekspresi William berubah menyeringai sambil melanjutkan perkataannya.

"dia berlari begitu saja dan aku menembaknya hahaha" William tertawa getir. Saat itu dia menyadari bahwa salah telah membunuh yonaa namun dia tetap tidak ingin disalahkan

"hahahha" tawa william

"jeremi ini adalah salahmu!" William menatap jeremi dengan senyum sinisnya

" kau tidak bisa melindungi dia, jangan salahkan aku jika yonaa mati menyedihkan" raut wajah william menyerinagi menyeramkan dia mencoba memutar balikkan kesalahnnya. Dia tau jeremi akan merasa bersalah.

Jeremi mendengar ucapan itu tiba-tiba mengendorkan cengkraman tangannya dari baju William. Dia mulai menyalahkan dirinya.

Dorr

Satu tembakan melesat di kaki kanan William, mengagetkan seluruh ruangan.

"papa! Sadarlah! Ini bukan salahmu, pria brengsek inilah yang dari awal menyebabkan kejadian ini, jangan terpengaruh oleh ucapannya…" leon dengan tegas penuh kemarahan menembak William. Dia tau selama ini ayahnya juga menderita karna rasa bersalahnya, dia tidak ingin ayahnya masuk perangkap tua Bangka itu.

"kau benar leon!"

"cih jadi ini anak kalian… kau bahkan bukan hanya lelaki yang buruk tapi ayah yang buruk melatih anakmu menjadi seorang pembunuh hahaha" ejek William

"paman.. kau begitu menyedikan" suara lembut tiba-tiba terdengar. William melihat anak perempuan yang dari memperhatikannya. Wajah gadis itu tersenyum seakan mengejek William.

"kau tau, kau sangat menyedihkan! Menjijikkan! Haha" ucap lea dengan senyumnya, lea memang memiliki mulut yang pedas walau wajah gadis kecil itu secantik dan selembut malaikat kecil. Namun jika ada yang mengejek keluarganya dia tidak segan-segan mengatakan kata-kata kasarnya. Baginya keluarganya adalah keluarga sempurna

"kakak, apa kau harus membunuh orang menjijikkan ini, itu akan mengotori tanganmu" Tanya lea sambil memeluk tangan leon.

"apa kau mau melakukannya?" jawab leon mengelus rambut adik manisnya itu.

"tidak.. tanganku akan kotor sia-sia saja nanti" lea kecil melihat tangannya dengan polosnmya.

"haha gadis pintar… kalian tidak perlu melakukannya, papa akan menyelesaikan ini sendiri"

William mendengar percakapan keluarga itu dia ketakutan. Dan hati nuraninya tiba-tiba kembali. Semua kesombongannya hilang dengan satu kalimat yang jeremi ucapkan (membunuhnya)

"jeremi.. kau tidak akan membunuhku kan?" Tanya William ragu dan dengan nada gemeratan

"kau tau, sejak awal aku memang sudah akan membunuhmu.. tapi yonaa melarangku, dia ingin menyelesaikan semua dengan baik-baik.."

Sejenak jeremi terdiam, dia menahan amarahnya, mukanya memerah otot-otot mukanya mengeras

"tapi kau!!! Kau telah membunuh seorang malaikat yang melindungimu selama ini!" teriak jeremi

Apa yonaa? Setelah perlakuanku selama ini, bahkan dia selalu melindungiku, apa yang telah aku lakukan!sesal William.

Selama ini yonaalah yang tau seperti apa suaminya,

Setelah beberapa tahun hidup dengan jeremi leon menyadari jika di ibaratkan papanya adalah seekor singa penguasa rimba yang meluluhkan hatinya pada pawangnya yaitu yonaa, dia tidak akan melukai semut sekalipun jika yonaa yang menyuruhnya. Namun kini sanga pawang sudaa tiada singa itu kini tidak memiliki alasan tunduk pada siapapun lagi. Begitulah jeremi. Dia akan terus liar dengan kesepian di dalam hatinya.

"sekarang tidak ada yang akan mencegahku"

"ampuni aku jeremi, aku menyesal… berikan aku kesempatan.." William menangis memohon seperti seorang budak yang tidak berdaya.

"kau sudah ku beri kesempatan saat yonaa masih hidup, tapi kau merusak kesempatanmu itu sendiri. Akan ku kirim kau sekarang ke neraka"

Dorr.. dengan satu tembakan jeremi membunuh William di hadapannya.

"ya begitulah… apa kamu sekarang membenciku?" Tanya leon pada alice.

Sedari tadi alice memandang leon dengan mata yang sedikit basah. Berulang kali dia menyeka air matanya yang mengalir tanpa dia sadari.

"tidak.. aku tidak membencimu, hanya sedikit takut" alice memeluk leon

"takut?" leon mengusap punggung alice

"em" alice menganggguk pelan

"aku hanya melakukan itu apabila orang itu bersalah alice."

"apa aku masih sering melakukannya?" suara alice lirih

"em.. meski William mati, kekosongan di hati papa tidak akan pernah hilang dia masih merindukan mama, dia mengingat setiap prinsip mereka masih dia jaga, misalnya papa tidak suka jika ada pegawainya melakukan kecurang dia selalu menyuruhku untuk membereskannya"

"aku sadar bahwa hal ini tidak baik, sebelum menyetujuinya aku akan mencari tau mengenai si target, aku tidak akan membunuhnya jika dia memiliki keluarga yang ia sayangi."

"suatu malam aku bertengkar hebat dengan papa, karna masalah itu."

"benarkah?" Tanya alice dia tau dari cerita leon pasti jeremi melakukan hal itu karna luka di hatinya.

"ya..aku juga tidak bisa menyalahkan papa, dia hanya tidak ingin ada William William baru muncul oleh karna itu dia melakukan ini"

"itukah sebabnya kau tidak ingin mengambil alih xing grup" Tanya alice lirih

"ya.. sampai aku bisa membuat rasa bersalah papa hilang"

avataravatar
Next chapter