26 Your Story (2)

"papa siapa yang melakukan ini?" Tanya leon kecil di dalam mobil menuju rumah barunya

"sayang, aku akan memberi tau semuanya padamu tapi dengan satu syarat. Papa tidak akan memaksakanmu, kamu bisa memilih mengikutiku atau kembali ke panti dan mendapatkan orangtua dan keluarga barumu yang bahagia. Kamu dapat memilih leon. Jika kamu memilih kami, maka hari-hari kedepanmu akan berat tidak seperti kebanyakan anak normal lainnya, kamu harus berlatih dan belajar untuk membalaskan kematian yonaa. Bagaimana?" suara jeremi terdengar berat, dia tidak ingin memaksa leon masuk dalam kehidupan kerasnya di depan sana.

"tidak papa, kalianlah keluargaku. Tidak ada mama lain selain mama yonaa di hidupku! Bahkan jika aku harus mati menyedihkan aku tidak akan menyesal asalkan orang yang melukai mama mendapat balasan yang setimpal.!" Leon kecil menjawab tanpa ragu. Jeremi sangat terkejut bagaimana bisa anak sepuluh tahun bisa mempunyai tekad yang luar biasa kuat ini.

Kamu bukan sembarang orang nak, aku tau dari pertama kita bertemu, bahkan yonaa sangat menyayangimu dia selalu membuatkan sebuah surat untukmu saat meninggalkan panti asuhan waktu itu.

"leon!" jeremi menatapnya dalam

"kamu sudah memutuskannya, kamu tidak akan bisa menarik kata-katamu lagi"

"tentu saja, aku akan membalas mereka. Mereka telah mengambil mamaku dari dunia ini! Mama yang sangat aku inginkan" suara leon kecil semakin samar. Dia menahan air mata yang sedari tadi mengalir, dia mencoba kuat.

Yonaa.. aku dan anak kita akan membalaskan semua perbuatan William padamu. Aku berjanji!

Di dalam sebuah rumah mewah dan megah jeremi memakirkan mobilnya. Dipekarangan ditumbuhi banyak mawar merah dan juga bunga krisan berwarna warni. Leon memandang dengan kagum.

"itu bunga kesukaan mamamu, dia yang menanam semua itu.. pada saat itu dia sangat ingin menunjukkannya padamu" jeremi memandang kembali teras itu dan sekilah mengingat senyuman yonaa saat menyirami bunga itu. Terlihat bahagia dan ceria dalam bayangan pria paruh baya itu.

"mari kita masuk.."

"baik pa"

Memasuki pintu utama, terlihat ruang tamu yang megah nan elegan semakin memasuki rumah leon menemukan sebuah ruang besar seperti ruang keluarga, dengan hawa hangat dan juga elegan, orang-orang pasti akan mengenali bahwa yang hidup di dalam rumah itu adalah keluarga yang bahagia terlihat dari tataletak perabotan yang hangat. Di salah satu dinding terpasang banyak frame foto kecil dan sedang serta satu foto dengan ukuran besar. Didalam semua frame foto itu hanya ada dua orang yang terlihat bahagia dengan senyum mereka yang ceria. Ya.. itu adalah jeremi dan yonaa.

"mama" kata leon lirih sambil memandang dinding-dinding itu.

"em" jeremi mengangguk pelan. Melihat foto-foto itu membuat hatinya semakin teriris pedih. dia menahan segalanya dalam hati seakan tidak ingin menunjukkanya pada leon.

"mari nak.. aku akan menceritakan apa yang terjadi sebenarnya" dengan langkah berat jeremi menggiring leon kecil ke sofa.

"baik papa" leon dengan antusian berjalan berdampingan dengan jeremi dia sudah tidak sabar ingin mendengar apa yang sebenarnya dialami keluarga barunya ini.

Jeremi mengambil nafas dalam. Raut wajahnya tampannya semakin menakutkan dan keras seakan menahan semua kemarahan dan ketidak berdayaannya hari itu.

" papa dan mama mempunyai perusahaan arsitektur milik kami sendiri, kami membangun dengan cinta dan karya kami, menjalankan dengan kejujuran dan jauh dari kecurangan. Oleh karna itu banyak tender-tender yang kami menangkan, setiap usaha pasti memiliki rivalnya nak, salah satu perusahaan arsitektur lainnya membenci perusahaan kami karna banyak tender mereka yang hilang dan memilih perusahaan kami. Perusahaan itu sudah terkenal dengan kecurangannya dan strategi licik mereka, ketika dia berencana menghancurkan perusahan papa dan mama dia tidak sengaja menyukai mama, ya.. dia William pemilik perusahaan itu. Dia terus mengejar mama dan mengancam kami. Haha namun tidak semudah itu. Cinta kami abadi bahkan hanya kematianlah yang bisa memisahkan kami."

Jeremi hanyut dalam kenangannya. Menyerawang kembali ingatan beberapa tahun lalu.

"yap.. ahirnya mereka menyebarkan isu tidak benar mengenai perusahaan kami, banyak tender kami yang hilang, namun bagiku dan yonaa uang bukan segalanya, kamu merancang bagunan demi melihat dan mewujudkan keinginan pelanggan. Jadi kebangkrutan bukan masalah." Jeremi mengelus kepala leon kecil dan mulai tersenyum. Dia mengingat senyum yonaa yang menguatkannya saat dilanda kebangkrutan.

"lalu, kami mulai merintis kembali segalanya walau tidak sehebat dahulu, William masih terus mengejar mamamu, meskipun aku sangat ingin membunuhnya karna sikapnya pada istriku tercinta tapi yonaa melarangnya, dia ingin menyelesaikan segalanya dengan baik-baik. Yonaa selalu menolak William, aku tidak pernah meragukan yonaa sedikitpun walau kami belum di karuniai anak setelah menikah tapi dia tidak pernah mengeluh dan selalu setia menjadi istri yang baik sampai kami bertemu denganmu leon. Yonaa mencintaimu sejak pertama bertemu… dia menganggapmu sebagai anaknya. Bahkan setelah meninggalkan panti asuhan tujuh hari lalu dia selalu menyiapkan sesuatu untukmu, mulai dari dekorasi kamar dan juga…"

"dan juga apa papa?"

"ntah apa ini firasat atau bukan, dia menuliskan surat untukmu, dia berpesan untuk memberikannya ketika kau akan menikah"

"tidak bisakah aku membacanya sekarang?"

"tidak sayang dan oh kamu harus melihat kamar yang di desain oleh mama"

Jeremi berlari kecil sambil menarik tangan leon kecil menuju sebuah ruang, saat dibuka betapa senangnya leon melihat kamar bernuansa baby blue dengan banyak mainan dan juga sebuah kasur kecil bernuansa luar angkasa.

"indah sekali.."

"yap.. " jeremi tidak bisa menahan tangisnya lagi, dia memeluk leon kecil. Si pria tampan dengan wajah keras itu menangis tak hentinya seakan dialah anak kecil di rumah itu. Leon tau perasaan pria itu. Terluka.. sangat..

"yonaa!!!" teriak jeremi

"papa" panggil lirih leon dalam pelukan

"maaf kan papa nak, papa tidak bisa menahan sakit ini"

"kau tau, yonaa terbunuh karna pria brengsek itu, dia bukan manusia melainkan binatang!" teriak jeremi sambil mengepalkan tangannya.

"apa yang terjadi papa!"

"tiga hari setelah kami menemuimu dipanti, dia menculik yonaa, dia ingin memperkosa mamamu! Andai aku mengetahui lebih awal, andai aku datang lebih cepat semua ini tidak akan terjadi!"

"apa!!! Kurang ngajar!" teriak leon

"saat papa datang yonaa.. yonaa" suara jeremi gemetar tak sanggup untuk mengingat hal itu.

"dia tiada, dengan darah tepat di punggung kirinya, William menembaknya dan kabur, hingga hari ini papa tidak bisa menemukannya."

"papa bersumpah akan menghancurkannya hingga bahkan kematian tidak lagi menginginkannya!"

"papa tidak akan membunuhnya semudah itu, aku akan menghancurkannya dengan perlahan!"

"Leon" suara lembut alice memecah cerita leon.

"ya.." jawab leon. Raut wajah leon berubah sedikit sedih namun dia menutupinya dengan senyum manisnya

"kamu tidak perlu menceritakannya lagi bila itu mengganggumu, maafkan aku yang mengungkit kembali kenangan itu" suara alice lirih di telan tangisannya karna mendengar kisah leon. Alice memeluk tubuh pria di sampingnya itu. Sebuah pelukan hangat.

"tidak alice, aku ingin kamu mendengarnya, aku tidak ingin menyembunyikan apapun padamu"

"baiklah, tapi jika itu menyakiti hatimu maka kamu boleh berhenti menceritakannya"

"oke" jawab leon lembut

"selama beberapa tahun aku terus berlatih, papa mulai membangun xing grup secara rahasia dan mencapai kejayaan dalam beberapa tahun saja, kamu tau banyak orang menyatakan yang menyakitimu itulah yang membuatmu bertambah kuat? Seperti itulah papa, dia mengeraskan hatinya dia hanya berfokus untuk menjadi kuat dan kuat, tapi setiap malamnya aku selalu melihat di balik pintu kamarnya, pria itu selalu menangis memeluk foto mama seolah mama tiada karna papa yang terlambat datang pada malam itu. Aku tidak bisa melihat pria itu menyalahkan dirinya terus menerus, oleh karna itu aku selalu bertekad dalam masa latihanku aku harus menjadi kuat dan kuat."

"papa memperhatikanku selama aku berlatih dia merasa bersalah kepadaku karna tidak bisa menikmati kegembiraan seperti anak pada umumnya. Namun hatinya juga sudah tidak bisa sehangat dulu karna rasa bersalah pada istri tercintanya. Lalu tiga tahun kemudian papa mengadosip seorang anak perempuan berusia 8 tahun sebagai adikku"

"aku senang memiliki teman saat itu,kami belajar bersama dan tumbuh bersama sebagai kakak dan adik, tapi tetap saja kesedihan itu tidak akan hilang dari hati papa, dia masih menyalahkan dirinya, dia masih sering tertawa dan tersenyum kepada kami namun senyum itu tidak segembira waktu pertama aku bertemu dengannya, dia selalu membawa rasa bersalah dan dendamnya."

Alice mendengarkan leon , dia bisa memahami bagaimana kesediha itu. Mereka memiliki luka yang sama,

"lima tahun berlalu, xing grup berhasil tumbuh dan mencapai kejayaannya dan telah berhasil menghancurkan perusahaan William, meski begitu papa belum menunjukkan indentitas aslinya pada siapapun juga termasuk William. Dia tidak tau siapa pemilik xing grup yang telah membuat perusahaannya bangkrut, dalam kebangkrutannya dia yang terkenal bertempramen buruk menjadi sangat marah dan frustasi… bahkan kemarahannya di lampiaskan pada orang-orang yang tidak bersalah seperti pekerja rumah tangga di rumahnya"

"malam itu aku dan papa memutuskan untuk membalas semuanya"

*10 tahun lalu di kediaman William

Malam itu leon yang berusia limabelas tahun memasuki sebuah rumah mewah dengan sebuah pistol di saku celananya. Terlihat barang-barang berserakan dimana-mana, dan para pekerja rumah tergeletak tak bernyawa di tubuh mereka terbenam peluru dan darah segar mengalir dimana-mana. Leon sudah tau itu adalah ulah si pria tua brengsek William. Dia melampiaskan kemarahannya karna kebangkrutannya kepada pelayan-pelayannya.

"lepaskan dia!" teriak seorang anak dari sebuah ruangan. Leon segera berlari menuju sumber suara itu.

Suara itu berasal dari kamar William. Dia sedang asik memukuli seorang pelayan wanita dan seorang anak kecil seumuran leon sedang berusaha menghentikan William. Tapi tenaga anak kecil itu tidak sepadan dengan lelaki tua itu. Anak itu di hempaskan dan tersungkur di sudut ruangan. Di sebelahnya terdapat pisau buah. Dia segera menggenggamnya dan berlari ingin menusuk William. Namun dia dicegah dengan genggaman leon.

"jangan! Pria tua Bangka itu milikku" jawab leon. William tidak perduli dengan suarar di belakangnya. Dia hanya terus menyiksa pelayan itu dengan terhuyung-huyung karna mabuk.

"siapa kamu?" Tanya anak itu.

Siapa dia? Anak ini tampan matanya coklat muda dan indah. Tapi memancarkan sebuah dendam yang amat sangat, Dia seusiaku tapi aku tidak pernah melihatnya disini.

"leon" jawab leon singkat dan pergi meninggalkan anak itu. Dia menghampiri William yang sedang asik memukuli pelayan wanitanya itu.

"hei tua Bangka" leon menarik kerah baju William dan memberinya hantaman pukulan yang kuat kepada William. Beberapa detik kemudian sudah banyak darah segar keluar dari mulut pria tua itu. Wajahnya merah lebam, tukang rusuknya seakan remuk oleh pukulan leon.

"siapa kamu! Beraninya kamu!" teriak William dengan marah dan siap membalas pukulan leon. Namun sebelum itu terjadi suara tembakan terdengar di ruangan itu.

Dorrr

Sebuah peluru mendarat di lengan kiri William.

"aarrhhh… lenganku! Siapa kamu!" teriak William kesakitan

"tenang saja itu tidak akan membunuhmu dengan cepat, karna kau harus bertemu seseorang sebelum aku membunuhmu" jawab leon dengan menyeringai

"hei kau.. pergilah bawa ibumu" leon melirik anak lelaki yang seusianya itu. Anak yang tadinya bengong ketakutan karna tidak tau apa yang terjadi kembali tersadar dan segera membantu ibunya berdiri dan meninggalkan leon.

"leon, meski aku tidak mengenalmu, tapi trimakasih telah menyelamatkan kami. Aku pasti akan membalas budimu suatu hari nanti." Anak itu berjalan pergi tanpa mendengar jawaban leon.

avataravatar
Next chapter