31 nightmare

Alunan lagu lembut terdengar di dalam mobil leon. Dia dan alice dalam perjalan pulang. Setelah puas berbincang dengan sella, alice memutuskan untuk segera pulang dia merasakan keletihan yang amat.

"apa kamu lelah?" Tanya leon sambil fokus menyetir mobil

"em" alice mengiyakan. Tubuh lelahnya bersender nyaman di bangku samping leon. Badannya menyamping menghadap leon yang sedang menyetir. Senyum lembut alice terus melekat dibibir merahnya. Dia memandang leon yang fokus menyetir

Siluet yang sangat sempurna, rahangnya yang tegas, hidung mancungnya juga bibir merah tipis namun sangat penuh merah seperti delima yang merekah, juga kulit putihnya yang sedikit pucat, mata dengan alis yang kuat. Leon kamu memang malaikat yang jatuh kebumi bukan?

"apa hari ini menyenangkan?" leon sekilas melihat alice.

"yap"

"hari ini banyak sekali hal yang terjadi, melelahkan tapi sangat menyenangkan" jawab alice senang. Senyum terus merekah dibibirnya.

"oh ya? Hal apa yang menyenagkan?"

"semuanya.." alice menjawa pertanyaan leon dengan nada lembut. Dia masih fokus memandang wajah tampan pria di sampingnya. Saat ini dia merasa sangat hangat dan aman di samping pria ini. Tanpa sadar tangannya mulai mendekati wajah leon. Tangan kecilnya membelai lembut kening leon dan perlahan turun ke pipi dan dagu pria itu.

Sapuan lembut tangan gadis di sebelahnya membuat leon sedikit terkejut. Leon sedikit tersenyum

"ada apa?" Tanya leon lembut. Kedua mata mereka saling bertatapan, alice seakan masih dalam dunianya yang sangat nyaman dan badannya yang lelah membuat alice sangat nyaman berbaring ,dia hanya tersenyum pada leon

"baiklah" senyum leon dia kemudian fokus pada jalanan lagi.

"trimakasih" suara alice lirih. Kemudian semua hening. Leon yang menunggu kelanjutan kata-kata alice semakin penasaran. Dia mengalihkan padangannya pada alice dan dilihatnya gadis itu tidur begitu nyenyak seperti anak bayi.

Hahaha.. sepertinya kamu benar-benar lelah seharian ini, goodnight sleeping beauty. Leon mengelus pipi alice pelan.

Sesampai di basement rumah leon. Dia memakirkan mobilnya. Alice masih tertidur dengan nyenyak di kursi samping leon.

"oke baiklah tuan putri" leon segera turun dari kursinya. Dia berjalan mendekati pintu samping alice dan membukanya. Perlahan leon mulai mengangkat tubuh alice yang tertidur. Gerakannya begitu halus dia tidak ingin membangunkan alice. Langakah demi langkah leon mulai berjalan ke kamar mereka. Memindahkan alice di gendongannya ke kasur

"goodnight alice" bisik leon ditelinga alice membuat alice sedikit geli di dalam tidurnya.

-----------

"Leon…. Aku lelah dan mengantuk" suara lirih dan berat alice memecah ketegangan di dalam mobil. Cahaya lampu jalanan terbias cepat dengan kecepatan tinggi mobil yang leon kendarai di tengah malam. Leon terlihat sangat panik menyetir mobil dengan kecepatan tinggi. Salah satu tangannya memegang perut alice yang terluka dan mengeluarkan banyak darah segar. Semakin lama darah itu keluar semakin deras mengalir dari perut kecil gadis itu.

"bertahanlah alice bertahanlah!!" teriak leon dengan panik, jantungnya berdetak sangat cepat. Keringat becucuran dari kening lelaki itu. Dia terlihat sangat panik melihat alice disebelahnya yang mulai memucat menahan sakit. Namun gadis itu tetap tersenyum. Denyut nadinya semakin lemah juga keringat membasahi dahi alice.

"tidak apa-apa leon, kamu harus merelakanku" jawabnya lembut sambil memegang tangan leon yang menggenggam luka di perutnya

"apa yang kau bicarakan! Kita sebebntar lagi akan sampai di rumah sakit, bertahanlah kumohon!"

"hah hah.. baiklah" jawab alice sambil menahan sakit

"tapi aku mulai mengantuk.. bolehkah aku tidur?" alice perlahan memejamkan matanya. Genggaman tangannya mulai melemah pada tangan leon dan jatuh begitu saja.

Gadis itu terdiam, membisu bagaikan boneka. Leon menyadarinya dia segera memberhentikan mobilnya dan mematung. Air mata pria itu mulai menetes

"tidak!!!!!!!!" teriak leon seraya memeluk tubuh alice yang tidak bergerak lagi. Dengan tangan yang berlumuran darah leon memeluk alice dengan erat. Kedua tangan leon yang penuh darah mengusap lembut pipi alice, menatap wajah pucat gadis di hadapanya.

"alice.. bangun sayang.." suara lirih leon

"kumohon.." kata-kata lirih pria itu penuh pengharapan dan penyesalan.

"kumohon! Alice!!!!!"

"alice!" leon tersentak, napasnya bergitu cepat, di ruang kamarnya yang gelap dan sedikit sinar matahari pagi di balik tirai putih jendela dia segera melihat kedua tangannya.

Bersih tidak ada darah… dan ini bukan di mobil, tapi di ranjang. Oh benar alice!

Leon segera melihat disampingnya, alice terbaring disampingnya sedang tidur

Mimpi? Syukurlah ini hanya mimpi.

"alice" leom memeluk gadis itu erat

"aaaaaa!" teriak lirih alice bagun dari tidurnya.

"leon ada apa? Bisakah kau melepaskan pelukanmu? Badanku sakit semua karna olahraga kemarin"

"ah baiklah.. maafkan aku"

Melihat ekspresi leon yang berbeda membuat alice curiga

"kamu tidak apa-apa?"

"apa kamu bermimpi buruk" alice mengusap keringat di kening leon

"ya" jawab leon singkan sambil merebahkan kepalanya dipundak alice.

"apapun itu,tenanglah itu hanya mimpi" alice mengusap lembut punggung leon seperti seorang ibu yang menenangkan anaknya.

"ya.. aku harap itu hanya mimpi" leon masih membayangkan mimpi yang ia alami, mimpi itu begitu nyata baginya.

Alice jangan tinggalkan aku!

"ini masih sangat pagi, apa kau mau tidur lagi?" Tanya alice lembut

"tidak, aku tidak mau" bagaimana leon bisa tidur kembali, dia bersyukur bisa bangun dari mimpi buruk itu, jika ia terlelap lagi dia takut akan bermimpi seperti itu lagi.

"oke baiklah, aku akan membuatkanmu bubur untuk sarapan, apa kamu mau?"

"iya," leon mengangguk sejenak dan terduduk di sudut ranjang putihnya. Dia melihat alice yang berjalan keluar ruangan dan menghilang dari pandangannya.

Beberapa menit berlalu dia hanya termenung dan ahirnya mengambil ponsel di meja samping tempat tidur.

"halo" jawab seseorang dari balik panggilan leon.

"dr. rian, aku ingin bertemu denganmu"

"leon.. sudah lama kamu tidak menghubungiku, tentu saja kapanku kamu mau bertemu denganku aku akan selalu ada"

"baiklah, kita bertemu dirumah sakit siang ini"

"oke" jawab dr. rian yang masih mengantuk

Leon mengahiri percakapannya, dia memutuskan untuk menyusul alice ke dapur.

Sementara di dapur gadis bertubuh ramping itu mulai memasak, hari masih begitu pagi dan udara begitu dingin, bahkan pak li dan para pelayan lainnya belum datang.

"tidakkah ini sangat dingin?" suara leon berbisik di telinga alice, dia dapat merasakan pelukan pria itu di belakang tubuhnya.

"ya.. tapi tidak masalah, aku selalu merasakannya ketika bekerja di swalayan tidakkah kamu ingat?"

"o iya kamu benar" suara leon terdengar manja sambil terus memeluk dan bersender pada tubuh alice

"leon ayolah, tubuhmu sangat berat bisakah kamu menunggu sambil duduk di sana?" teriak alice yang merasakan beban berat di punggungnya.

"em… baiklah, tapi cepatlah, aku takut sendirian di sana" kata leon dengan manjanya meninggalkan alice

"ceh.. seorang leon takut diruang sendirian, ku kira kamu tidak takut akan apapun" canda alice.

"yap,.. seorang leon hanya takut kehilangan gadisnya" suara leon dari kejauhan. Alice yang mendengarnya merasakan jantungya tiba-tiba berdetak lebih cepat dari biasanya.

Apa dia mencoba menggodaku lagi?

Dia melanjutkan membuat bubur dan ketika bubur sudah akan matang, pak li menghampiri alice di dapur.

"ah.." pak li nampat sedikit terkejut

"pagi nona alice, apa yang sedang anda lakukan di dapur?"

"oh bukan apa-apa, aku hanya membuat bubur untuk leon"

"biar saya membantu anda nona,"

"baiklah jika anda memaksa, lagipula bubur ini siap"

"biar saya antarkan bubur ini, anda bisa menunggu di meja makan nona" sikap pak li begitu sopan, alice tidak enak untuk menolak kata-kata pira tua itu.

"trimakasih pak li"

"bagaimana rasanya?" alice menatap leon yang sedari tadi melahap bubur buatannya tanpa bicara sepatah katapun. Melihat cara makan leon yang lahap membuat alice menelan ludah dan perutnya sudah mulai berbunyai

"em..ini benar-benar enak" jawab leon cepat sambil melahap bubur di mangkuk itu yang sudah mulai habis

"apa kau mau?" leon melirik alice yang sedari tadi melihatnya makan

"bolehkah?" alice meneguk ludahnya dan mendekati leon seperti anak kecil yang ingin meminta sesuap bubur

"hehehe tidak boleh" senyum lebar leon mengembang seakan dia berhasil mempermainkan alice

"apa?" alice terlihat kesal

Kenapa tadi aku hanya membuat satu porsi arghh… gerutu alice dalam hati

"pelit" alice terlihat cemberut sambil menyantap masakan yang di buatkan pak li tadi.

"hahaha, inikan makanan buatanmu yang pertama kali kumakan, jadi aku tidak akan membagikannya pada siapapun" senyum leon

Alice tersenyum dia seakan memikirkan sesuatu namun sebelum dia berkata pada leon tentang pemikirannya leon menyanggah alice

"tapi tetap hari ini kita melakukan workout hahaha, bubur ini tidak akan meluluhkan hatiku"

"aish! Kenapa kau tau apa yang aku pikirkan" kesal alice

"haha… dan siang nanti kita akan ke rumah sakit"

"untuk apa?" Tanya alice bingung

"kau akan tau nanti" seperti sudah jadi kebiasaan leon mengelus lembut kepala gadis di sampingnya itu dengan senyum manisnya.

avataravatar
Next chapter