42 Memaafkan

Dilain tempat alice mulai mematikan mesin motor sport itu di sebuah pekarangan kecil rumah kumuh dan reot.

"permisi.. tom!"

"kakak?... Kakak!" tom memeluk alice dengan senangnya

"hei sayang… kenapa wajahmu sembab?"

"kak, ayah tidak mau makan seharian ini, kondisinya semakin lemah" isak tom yang lega alice datang.

Yup sudah kuduga

"bolehkah kakak menemuinya? Dan tom bisakah kamu membelikan bubur di depan sana untuk ayahmu dan kamu?" alice memberikan uang dan disambut anggukan senang tom.

"aku pergi dulu kak"

"iya hati-hati"

Setelah tom pergi alice mulai memasuki ruangan pria itu dengan pelan. Dilihatnya siluet pria tua itu terbaring lemah di tempat tidur.

"bagaimana keadaanmu?" Tanya alice dingin. Pria itu terbangun lemah dan terkejut namun segera tenang kembali

"apa paman sudah makan?" tanyanya lagi

"untuk apa aku makan, itu hanya akan menghambatku untuk mati" jawab pria tua itu dengan lemah

Alice tersenyum kecil sembari melihat foto tua di meja itu.

"ririn pasti sangat bangga memiliki ayah sepertimu"

Mata pria itu terbelalak tak percaya dengan kata yang keluar dari mulut alice

"hah.. apa kau bercanda? Aku bahkan tidak pantas di sebut ayah"

"e'em" alice menggeleng

"aku serius, waktu itu aku sangat marah padamu.. karna kamu salah satu dari mereka yang menganiyaya keluargaku"

"tapi… kenyataannya kamu hanyalah seseorang yang terjebak dan tidak tau harus berbuat apa, benarkan?"

Pria itu mulai menagis.

"haah..(menghembuskan nafas dalam) kau tau paman… berat mengatakan semua ini, semua fakta yang aku ketahui tentang dirimu, awalnya aku hanya ingin mengubur semuanya dan menganggapmu sebagai orang jahat selamanya. Tapi…"

"tapi?" pria tua itu kini menatap alice. Alice mendekatinya duduk di samping ranjang reot itu dan menggenggam tangan pria itu

"tapi… aku tidak bisa untuk membencimu, faktanya aku tau ketika para preman itu memukuli ayah, bunda bahkan diriku.. hanya kamu yang berpura-pura memukul kami. Hanya kamu yang menatap kami dengan tatapan sedih, dan karnamulah aku dapat melarikan diri dari club itu.."

"bukan hanya itu.. jika kamu orang jahat bagaimana bisa kamu membesarkan putra setampan dan sebaik tom, malam itu saat aku ingin melompat dari atas jembatan… tomlah yang mencegahku" alice tersenyum sambil menghapus airmata di wajah tua pria itu.

"kamulah salah satu orang yang memberiku kesempatan hidup lagi, aku tidak bisa memungkiri hal itu"

"alice… maafkan aku"

"iya… aku hanya bisa memaafkanmu jika kamu berjanji akan membesarkan tom dengan sepenuh hatimu paman"

"jadi kamu harus sehat dan jalani hidupmu dengan lebih baik"

"tentu alice.. tentu… trimaksih alice" pria itu menangis tersedu-sedu seperti anak kecil, namun itu adalah tangisan bahagianya.

"kakak? Ayah?" suara bocah lelaki di balik pintu memecah tangisannya

"kenapa ayah menangis? Apa ayah sakit?" melihat ayahnya menangis tom seakan ingin menangis

"haha tidak sayang, ayahmu hanya bahagia kamu membelikannya bubur malam ini, kemarilah"

"benarkah ayah?" tom berlari senang kearah mereka dengan bubur di tangannya

"iya tom, ayah sangat senang"

"ayo kalau begitu kalian harus segera memakannya" alice menyuapi paman dan tom. Mereka terlihat bahagia sembari tom yang mulai bercanda.

---dilain tempat---

"bos setelah kamu meninggalkan kami kemarin sekarang kau bahkan mencuri motorku T^T" dean meratapi parkiran kosong tempat tadi motor kesayangannya itu berada.

Pfuf.. Kevin menahan tawanya melihat dean yang seakan ingin menangis.

"apa kau menyesal?" Tanya leon dingin

Dean menggunguk

"baiklah, gadimu akan ku naikkan tiga kali lipat" ujar leon yang sedikit menyesal.

"benarkah? Hahaha aku tidak keberatan jika kak alice ingin membawa motor itu lagi" teriak dean senang pergi meninggalkan leon.

Bukankah barusan dia sangat bersedih karna motor kesayangannya dipakai? Cehhh dasar lelaki mata duitan.

avataravatar
Next chapter