54 mari bertarung

Jam menunjukkan pukul 7 pagi, alice terhanyut dengan permainan di video game pemberian david, sebuah game petualangan dengan tokoh gadis mirip seperti alice, di setiap levelnya tersembunyi beberapa petunjuk yang akan terbuka jika alice memenangkan permainan di setiap levelnya

"level 10 ah ~~ aku tidak menyangkan game ini begitu seru, dan sudah ada beberapa kalimat yang bisa tersusun dari petunjuk dimasing-masing level, sudah kuduga ayah akan meninggalkan petunjuk di game ini" kata alice bangga, dia bahkan tidak sadar telah melewatkan waktu tidurnya dengan bermain game itu sampai pagi. alice mulai menyusun kata perkata yang ia dapatkan dari permainan itu

"tunggu,.. ini bukan kah sebuah alamat?" alice membaca susunan kata itu

"sepertinya aku mengenal alamat ini tapi dimana ya?" alice berlari ke kamarnya dan mencari tumpukan kertas yang tadi siang dia dan Kevin datangi

Di lain tempat

"pagi pa.." leon menyapa Jeremy di meja makan

"pagi, apa kamu mau pergi lagi?" Tanya Jeremy

"ya, ada yang harus ku kerjakan dirumah, dimana lea? Apa dia belum bangun?" Tanya leon

"ya, sepertinya dia kelelahan, tidak usah kamu bangunkan…"

"oke, kalau begitu aku pergi dulu, katakan pada lea aku akan menemaninya siang ini" leon meninggalkan pria paruh baya itu yang sedang menikmati sarapannya

Sepenting apakah urusannya sehingga dia melewatkan sarapannya? Gumam Jeremy sambil memandang foto yoona di sudut dinding itu.

------

"ah ketemu! Ini dia, alamat yang sama dengan petunjuk di game itu" alice meruntut satu alamat dari berbagai macam alamat yang tertera di kertas itu,raut wajah alice senang meski terlihat jelas lingkaran hitam telah tergambar di sekitar matanya karna tidak tidur.

"inikan alamat sekolah les seni yang terahir aku datangi dengan Kevin! Benar dugaanku sekolah itu mencurigakan dan aku seperti mengenal tempat itu"

"baiklah aku akan kesana lagi kali ini untuk memastikannya" dengan segera alice mengambil jaketnya dan berlari membuka pintu garasi,

"AAAA!!!!"

"HUA!!!!!" teriak alice kaget ketika membuka pintu dan melihat sesosok manusia.

"oh my god! Pak li kau mengagetkanku!" teriak alice sambil memegang dadanya dan menstabilkan nafasnya, begitu juga pak li yang tidak jauh beda, lelaki tua itu kaget melihat sesosok wanita dengan wajah berantakan dan warna hitam di sekitar mata alice, dia sempat mengira alice seorang hantu.

"uhuk uhuk… nona muda, ada apa anda terburu-buru seperti itu di pagi hari?" Tanya pak li sopan, dia segera menenangkan dirinya takut jika alice salah paham.

"lagipula saya memang setiap pagi selalu datang dari pintu ini untuk menyiapkan sarapan dan lainnya" sambung pak li

"iya pak li kau benar hehehe aku hanya sedikit terburu-buru saja" alice tersenyum lega

"baik jika seperti itu saya permisi dulu, oya nona jika anda ingin pergi sebaiknya anda membawa kunci kendaraan dulu sebelum ke garasi"

"ah iya bapak benar juga hehe aku sampai lupa" wah pak li memang orang yang sangat teliti dengan waktu sesingkat itu dia menyadari aku tidak membawa kunci hm… alice tersenyum kecil karna kecerobohannya dan pergi kembali ke ruang tamu mengambil kunci motornya,

Bug.."aduh" kali ini siapa lagi yang ada di sebrang pintu gumam alice kesal karna membentur sesuatu di depannya

Leon? pikir alice karna dia dapat mencium bau segar khas leon sekilas. Benar saja ketika dia melihat lelaki di depannya ialah leon namun dengan ekspresi yang sedikit terkejut

"hei alice? Ada apa dengan wajahmu dan ini?" leon memandang penampi lan alice yang berantakan

Dan lingkaran mata hitam di sekitar mata gadisnya itu.

"eh hehehe ini, aku sedang terburu-buru dan juga mata panda ini karna aku semalaman tidak tidur hehehe" bela alice

"apa! Kenapa? Bukankah kamu sudah lelah seharian kemarin" nada suara leon sedikit tinggi membuat alice sedikit takut

"a..a..aku.. tidak bisa tidur tadi malam jadi aku memainkan video game yang diberikan kak david dari ayah, dan ternyata disana ada petunjuk. Petunjuk itu mengarah pada alamat sekolah seni yang aku dan Kevin kemarin datangi, jadi sekarang aku ingin menyelidikinya sekali lagi" jawab alice sedikit takut

" hei alice.. ingat kamu juga harus menjaga kesehatanmu" jawab leon dengan nada lembut membuat siapa saja yang mendengarnya pasti gelagapan, pria tampan itu begitu menawan bahkan alice seakan terhipnotis dan menuruti kata-kata leon begitu saja.

"ah.. oke" alice ada apa denganmu kenapa kamu mengiyakan begitu saja!,

"lagipula aku merindukanmu" sambung leon sambil memeluk alice

"eh hehehe (aku juga) ayo kita sarapan, pak li sudah memasakkan sup untuk kita" alice mencium bau sedap dari ruang makan.

"ayo" leon berjalan dengan merangkul alice

"dimana kakak?" Tanya lea yang menuruni tangga menuju ruang makan menghampiri Jeremy

"dia ada sedikit urusan di rumahnya" jawb Jeremy santai sambil berpura-pura tidak melihat wajah sembab lea.

"hm.. seperti itu" tangan lea mengeras hingga sendok yang di genggamnya hampir bengkok. dia tersenyum sinis seperti mendapatkan sebuah ide bagus

"papa~ bagaimana jika kita sarapan di rumah kakak? sudah lama kita tidak berkumpul dan sarapan bersama" pinta lea dengan senyum yang penuh ancaman

"jika itu yang kamu inginkan" jeremy mulai berdiri dari duduknya dan menyuruh para pengawalnya menyiapkan mobil. ahirnya mereka pergi dan beberapa saat kemudian telah sampai di rumah megah milik leon. rumah itu tampak seperti rumah mewah dan megah pada umumnya namun siapa yang tau jika didalam rumah itu menyimpan berbagai rahasia.

sudah kuduga kakak hanya membohongiku tentang renovasi rumah, marah lea dalam hati. mari kita lihat apa yang kakak sembunyikan di rumah ini

"papa mari~" suara lea senang dan ceria. dia menggandeng jeremy masuk ke rumah leon.

ding dong~~ bel berbunyi

"siapa itu? pak li bisa kamu buka pintunya" pinta leon

"biar aku saja" sela alice, dia melihat pak li masih sibuk menyiapkan piring di meja makan untuk mereka

"ok"

siapa yang bertamu di pagi hari seperti ini? tunggu! memangnya siapalagi yang tau rumahku kecuali kevin dan dean juga para pekerja? dan mereka tidak pernah membunyikan bel

jangan kataka kalau!!? belum sempat leon menyampaikan pemikirannya alice telah berada di hadapannya dengan dua orang yang sangat familiar di mata leon.

PAPA! LEA!

"Papa? lea?" leon melihat senyum lea dengan matanya yang penuh dengan kemarahan

"kakak! tega sekali kamu sarapan sendiri meninggalkan kami" sapa lea dengan senyum palsunya pada leon. leon kaget tapi dengan segera kembali tenang karna sudah tidak ada yang harus di tutupi lagi

" duduklah mari kita sarapan" kata leon

"pak li siapkan dua piring lagi"

alice yang bingung mulai ikut duduk di samping leon dengan canggungnya. di hadapannya kini duduk seorang wanita muda yang sangat cantik dengan pakaian modisnya dan juga postur tubuhnya bak model profesional. mungkin aku akan langsung jatuh cinta pada pandangan pertama jika aku seorang lelaki pikir alice dalam hati.

" oya kak, siapa bibi ini?" tanya lea dengan senyumnya yang manis pada leon

apa bibi? kejut alice dalam hati. setua itukah wajahku? atau dia hanya mencoba menegaskan bahwa aku musuhnya? tapi kenapa? pikir alice dengan sedikit marah namun dia hanya bisa diam sambil terseyum

"oh ya... dia alice, dan juga dia bukan bibi tapi hanya beberapa tahun lebih tua darimu lea" tegas leon.

" oh begitu, hahaha kak sepertinya wajahmu butuh banyak perawatan" kata lea dengan lembut namun mengandung arti yang dalam

"eh iya, semalam aku tidak tidur jadi mukaku terlihat lelah"

jawaban alice semakin membuat kesal lea. apa mereka semalaman berbicara di telfon tanpa henti! bagaimana kakak bisa berbuat seperti itu! sihir apa yang wanita ini gunakan! marah lea dalam hati. tangan lea mengepal keras hingga sendok di genggamannya seakan berteriak namun dia segera mengendalikan amarahnya dan kembali tersenyum seakan tidak terjadi apa-apa

"alice ini lea adikku dan ini papa" leon memperkenalkan mereka secara resmi

"oh begitu... halo om saya alice teman leon, hai lea" sapa alice dengan ramah meski sedikit canggung.

jadi ini jeremy dan lea yang leon ceritakan waktu itu, tepat seperti yang aku bayangkan jeremy berwajah tegas dan tampan meski umurnya sudah tidak muda lagi, aku dapat melihat ketegasan di dirinya. dan lea dia begitu cantik meski cara bicaranya sedikit pedas...

"hai alice, sudah lama aku tidak melihat leon bersama seorang wanita kecuali lea... jadi bagaimana kalian bertemu?" tanya jeremy dengan suaranya yang dalam membuat alice semakin gugup

"eh itu em..." alice bingung menjelaskannya

"sarapan sudah siap mari kita makan dulu" sela leon pada semua orang di meja makan itu. mereka menikmati sarapan dengan sangat tenang dan tenggelam dalam pemikiran mereka sendiri-sendiri.

"kak sudah lama aku tidak sparring denganmu" kata lea memecahkan kesunyian di ruang makan itu

"apa?!" leon terkejut karna kecuali ada hal yang salah atau marah saja lea mengajaknya untuk sparring. dan jelas leon mengetahui apa yang menyebabkan lea begitu marah.

"baiklah" jawab leon dingin.

avataravatar
Next chapter