59 lelaki berwajah tegas dan tampan membuat anak kecil ketakutan

"nona maaf mengagetkan anda.." sapa pria tua yang tadi menepuk pundak alice. Melihat alice sedang bersama seseorang, retenir itu dan para preman mengurungkan niatnya.

"bagaimana ini bos?" tanya salah seorang preman.

"sialan.. siapa lelaki itu? Ayo kita pergi, kita pikirkan cara lain lagi" jawab retenir itu. Merekpun pergi menjauh sambil mengamati alice.

"anda membuatku terkejut! Anda adalah?..." seperti aku pernah melihat pria ini.. lelaki paruh baya dengan rambutnya yang mulai memutih namun badan pria ini masih tegap dan segar tidak tampak tua kecuali karna rambutnya yang mulai beruban, dia tampak seperti seumuran paman jeremy, namun raut wajah mereka berbeda sembilan puluh derajat, pria ini memiliki wajah yang lembut.

Ah aku baru ingat aku pernah melihatnya tadi pagi saat paman jeremy dan lea datang kerumah

"paman adalah supir paman jeremy bukan?" tanya alice yang dari tadi mencoba mengingat

"anda benar nona, kebetulan tuan jeremy sedang ada rapat di salah satu cafe didekat sini dan kami baru saja selesai" pria tua itu menunjuk salah satu mobil hitam klasik yang berhenti di pinggir jalan.

"oh begitu" jawab alice sambil melihat

"jadi apa ada yang bisa saya bantu, ...paman...?" sambung alice kalimatnya seperti menanyakan nama dari pria itu

"panggil saja saya pak hans, dan tuan jeremy ingin membicarakan sesuatu dengan anda, apa anda ada waktu?" tanya pak hans

"em.." alice sejenak berfikir, sepertinya aku menyetujui saja lagipula sejak tadi tidak ada gunanya aku menunggu di luar.

"baiklah pak hans, ayo kita pergi"

Mereka berdua berjalan menuju mobil jeremy di sudut jalan, disaat yang sama dari kejauhan seorang gadis keluar dari dalam gedung sekolah seni itu, dia melihat sekilas ke sebrang jalan. ada seseorang yang iya rasa kenal namun tidak terlalu pasti karna hanya melihat punggung gadis itu menjauh.

"alice? Apakah itu benar dia?" tanya gadis itu namun dia tidak bisa mengejar alice yang sudah tak terlihat di pandangan matanya.

Tok tok.. pak hans mengetuk pelan jendela mobil "tuan, nona alice sudah ada disini"

"suruh dia masuk" jawab jeremy dari bangku belakang mobil

Dengan segera setelah menunduk paham pak hans membuka salah satu pintu belakang mobil itu dan mempersilahkan alice masuk

"trimakasih pak hans" alice duduk tepat di kursi belakang, disampinya telah duduk menunggu jeremy dengan auranya yang sangat dingin dan tegas, wajahnya yang tegas yang tak kalah sempurna dari leon menambah nuansa tidak nyaman untuk alice. Aku hampir meragukan kalau leon adalah anak angkatnya jika dibandingkan sekilas mereka sangat tampan pikir alice. Dengan gugup dan menelan ludahnya alice memulai pembicaraan

"paman ada yang ingin kau bicarakan denganku?" sapa alice dengan sangat sopan, sekilas jeremy melihatnya dan sedikit tersenyum itu membuat kegugupan alice sedikit menghilang

"maaf mengganggumu alice, tapi sepertinya aku harus memberitahumu meskipun aku tidak tau ada gunanya atau tidak memberitahumu hal ini" suara maskulin pria itu begitu tegas membuat siapa saja pasti akan menghormatinya.

"tentu paman aku juga tidak terlalu sibuk, kamu bisa mengatakannya" lanjut alice.

Saat bersamaan pak hans mulai melajukan mobil itu, dia beberapa kali menarik nafas dalam dan menghembuskannya dengan lega.

Untung saja tuan melihat gadis ini tadi, jika tidak ntah apa yang akan terjadi dengan gadis muda ini gumam pak hans lega.

---10 menit sebelumnya---

"tuan apakah kita akan langsung pulang atau ke nite bar menjemput nona lea?" tanya pak hans yang membukakan pintu mobil untuk jeremy

"aku rasa kita harus disini beberapa menit lagi" jeremy yang hendak masuk ke mobil menghentikan langkahnya saat memandang cafe di sebrang jalan, lalu kembali masuk ke mobil.

Tanpa menanyakan maksud tuannya pak hans pun hanya duduk diam di bangku kemudi hingga dia tidak sabar untuk bertanya

"tuan adakah yang kamu tunggu?" tanya pria itu

"ya, aku melihat apa yang dilakukan alice disana tanpa pengawalnya yang tampan itu" sindir jeremy sambil mengarahkan pandangannya

Pak hans mengikuti pandangan jeremy dan dilihatnya alice duduk memandang ke sebrang jalan dengan ice americano di mejanya.

Wah tuan memang masih memiliki ketajaman dan kehati-hatian seperti dia muda dulu, tidak heran xing grup akan menjadi penguasa pasar hanya dalam beberapa tahun saja.

"apa kita akan terus menunggunya? Atau haruskah saya memanggilnya tuan?" tanya pak hans

"tidak perlu, aku tidak ingin mengganggu para pengagum rahasianya" ucap jeremy lagi sambil memandang sisi lain gedung yang berada beberapa meter dari cafe tempat alice berada.

Pengagum? Tanya pak hans, dia dengan segera melihat searah dengan pandangan jeremy. Dilihatnya beberapa lelaki seperti preman dan juga satu lelaki tua seperti bos mereka sedang mengamati alice.

Dari mana tuan bisa tau? Benar juga aku hampir lupa bahwa tuankku ini juga ketua dari aliansi mengerikan yaitu shadow killer yang ditakuti semua orang, kalau bukan karna bekerja sejak jeremy membangun xing grup dari awal pak hans juga tidak akan mengetahui siapa sebenarnya bosnya ini.

Beberapa saat alice mulai keluar dari cafe

"tuan haruskah saya mengurus beberapa preman itu?" tanya pak hans dia sudah melihat preman itu mendekati alice.

"tidak perlu, cukup kamu panggil alice untuk menemuiku" jawab santai jeremy.

Gadis ini begitu menarik dia buka gadis biasa, aku penasaran apa yang akan terjadi jika aku mengatakan ini padanya nanti gumam jeremy seakan permainan baru saja akan dimulai. sudah beberapa hari dia sengaja tidak ikut campur mengenai hubungan alice dan leon. namun sekarang karna lea telah mengetahuinya maka tidak ada alasan untuk jeremy diam saja.

"pak hans kita mau kemana?" tanya alice bingung. Pak hans sedikit terkaget dari lamunannya tadi. masih sedikit mencerna pertanyaan alice dia bingung harus menjawab, apakah dia harus memberi tau lokasi tujuan mereka. pak hans melirik tuannya seakan meminta intruksi darinya

"ketempat yang akan ingin kamu datangi nanti" sela jeremy

hah? apa paman jeremy juga dapat melihat masa depan? kenapa dia mengatakan tempat yang nantinya ingin aku datangi? lekali tua ini begitu misterius.

"em baiklah paman, jadi apa yang mau paman bicarakan padaku?" tanya alice.

mobil hitam klasik itu yang jika dilihat sangat mahal bahkan alice tidak pernah melihat jenis mobil ini yang kemungkinan hanya di produksi tidak mencapai puluhan buah ini melaju melewati keramaian kota. raut wajah jeremy sangat tenang dengaj ketegasannya, sedari tadi dia menatap kedepan tanpa melihat alice. dia seakan sedang merangkai kata yang akan di ucapkannya pada alice.

" aku kira kamu penasaran apa yang terjadi di ring tinju tadi pagi, bukan begitu?" suara jeremy memecah ketenang itu.

" iya paman, apakah paman tau sesuatu? ada apa dengan lea dan leon?" alice mulai bersemangat

" baiklah, mungkin cerita ini akan menjawab rasa penasaranmu" lanjut jeremy

"sekitar beberapa belas tahun yang lalu, aku bertemu anak perempuan berumur delapan tahun saat sedang berada di makam istriku, dia adalah lea. dia bukan anak kandungku sama dengan leon. mungkin kamu sudah tau itu sebelumnya" jelas jeremy dan diikuti anggukan alice. sebenarnya aku tau lebih dari itu paman berkat leon yang menceritakan itu namun aku tidak tau masalalu lea,

---beberapa belas tahun yang lalu---

"apa yang sedang kamu lalukan disini nak?" tanya jeremy. tepat sebelum dia kembali dari berziarah di makam istrinya, beberapa block dari makam itu dia melihat gadis kecil dengan pakaian lusuh dan luka memar di sekujur tubuhnya berdiri di sebrang batu nisan. jeremy menghampiri gadis kecil itu.

" saya sedang mengunjugi ayah dan ibukku paman, jangan perdulikan saya, saya bukan pencuri kecil" jawab gadis kecil itu. jeremy terdiam sesaat mendengar jawaban itu, kapan aku memanggilnya pencuri kecil? kenapa dia berprasangka aku akan menuduhnya pencuri?

"siapa namamu? dimana tempat tinggalmu? aku bisa mengantarmu pulang, kebetulan aku akan pulang sekarang" tanya jeremy dia sedikit iba melihat anak kecil itu dengan tubuh ringkihnya bahkan hampir tidak ada daging lagi menempel di tubuhnya juga memar yang sangat mengaga membuat warna baru di kulit putih anak itu.

"...." gadis kecil itu tidak menjawab dan tertunduk. beberapa saat kemudian dengan tangan kecilnya yang ringkih dia memegang tangan jeremy

"tuan... pakaianmu sangat bagus dan terlihat mahal, bisakah aku tinggal di rumahmu? aku bisa bekerja apa saja, aku bisa mencuci, menyapu, bahkan memasak..."

jeremy terkejut! beberapa saat kemudian dengan tenang dia duduk jongkok menyamakan tingginya dengan gadis kecil di hadapannya itu.

"apa kamu tidak takut terhadapku? bukankah wajah paman ini terlihat menakutkan? bagaimana jika paman adalah seorang penculik bahkan pembunuh?" tanya jeremy. tidak sedikit anak-anak yang takut oleh wajah jeremy pada awal mereka melihat kecuali ada yoona yang cantik dan berwajah lembut di samping pria tampan itu. dan sekarang yonaa telah tiada.

avataravatar
Next chapter