46 alat pelacak

"haha tidak, mana mungkin aku cemburu" bela leon

"beanrkah? Tapi wajahmu dari tadi seperti ingin menghajar kak david hahaha"

"em.. itu aku.." leon tidak bisa mencari alasan,

"hahaha sudahlah, tapi jangan berbuat sesuatu yang buruk padanya oke" alice mulai berjalan keluar diikuti leon yang penasaran dengan kalimat itu

"eh tunggu," leon mengejar alice,

"memamngnya kenapa? Beritahu aku" Tanya leon penasaran, alice hanya tersenyum senang. Dia suka ekspresi leon yang terlihat frustasi mencari jawaban. Mereka ahirnya berjalan keluar kantor menuju mobil, leon sedari tadi mendesak alice untuk memberi alasan, dia sedikit merengek tanpa di sadari setiap karyawan dan orang-orang dikantor yang memperhatikannya terlihat terpesona

"astaga.. pria tampan dengan badan tinggi dan tubuh proporsinalnya itu sedang merayu wanita itu, beruntung sekali wanita itu, kamu lihat senyum pria itu ahhh dia lebih tampan dibanding tadi pagi" bisik salah satu karyawan yang melihat leon

"kamu benar" balas karyawan lainnya

"alice ayolah, kenapa aku tidak boleh menyakiti david?apa dia salah satu mantan pacarmu?" Tanya lelaki tampan itu

"apa? Hahaha emm.." kata-kata alice hanya sampai disitu membuat leon tambah frustasi

"ahh ayolah beritahuaku"

"em…" alice masih terus menggoda leon. Senyumnya mendadak hilang karna mata gadis itu berpapasan dengan mata paman jo di mobil sebrang mereka. Alice menganggukkan kepalanya sedikit dengan muka datarnya pada paman jo seolah menyapa kemudian masuk ke mobilnya.

Cih apa-apa dia, apa dia kira aku akan takut padanya. Dan juga sikap sekertarisnya yang tampan itu… ketika dia menatap orang lain dan menatapku dia terlihat dingin dan aura pembunuh dimana-mana namun pada alice dia bersikap hangat dan ceria, cih benar-benar tidak masuk akal, apa yang dia cari dari gadis miskin itu.. aku bahkan bisa memberikan seratus wanita yang lebih cantik dari alice sialan itu! Marah paman jo dalam hati saat memperhatikan alice dan leon.

"apa kamu benar tidak ingin memberitahuku?" Tanya leon lagi seraya menghidupkan mesin mobil dan meninggalkan gedung itu.

"e'em" geleng alice. Dia masih tersenyum hampir tertawa melihat ekspresi furstasi leon yang menggemaskan.

"oke.. kita lihat saja nanti" kata leon dengan salah satu sudut bibirnya yang terangkat seperti memikirkan konsekuensi yang akan diterima alice nanti.

"oh ya? Aku akan menunggu hahaha" leon kamu sungguh menggemaskan, padahal tidak ada yang special dari kak david, aku hanya menggodamu saja.

-----

Siang itu dilain tempat.

"selamat siang, anda siap memesan tuan?" Tanya sella yang melalukan kerja parttimenya di restoran cepat saji. Dia menyapa pelanggannya kali ini dengan sedikit takut, tiga orang yang dia sapa kali ini terlihat seperti preman.

"aku ingin bertemu dengan manajermu pak bams" jawab salah seorang dari mereka yang menurut sella adalah pemimpin para preman itu.

"tentu pak, sebentar saya akan panggilkan" angguk sella sopan. Em.. sepertinya aku pernah melihat mereka tapi dimana ya? Ah sudahlah. Dia berjalan menuju ruangan pak bams

Knock knock.. "permisi pak, seorang pelanggan mencari anda" kata sella. Dia melihat pak bams asik dengan kaca kecil di tangannya, dia memandang luka-luka yang menutupi wajahnya.

"ok, kamu bisa pergi" kata pak bams pada sella, dia terlihat masih kesal dengan kejadian hari itu, dan setiap melihat sella dia akan teringat alice dan otomatis teringat perkataan leon malam itu. Dia kesal karna tidak bisa berbuat apa-apa

"apa anda mencari saya tuan? Ada yang bisa saya bantu" sapa pak bams ramah. Ekspresi mengejutkan terlihat dari para preman itu. Apa-apaan ini kenapa orang ini seperti telah di hajar habis-habisan, tangannya di gips dan mukanya lebam pikir para preman itu

"ehem, benar.. apa kamu memiliki pegawai ini?" salah satu menyodorkan sebuah foto

Alice! Kenapa lagi dengan gadis ini, dan kenapa aku harus berurusan dengan dia lagi! Teriak kesal pak bams dalam hati

"eh.. ada apa ini sebenarnya?"

"tidak ada apa-apa, kami hanya meniliki beberapa urusan dengannya" jawab salah satu preman

Mendengar itu pak bams mulai berfikir. Em.. mereka sepertinya seorang preman yang kuat, jika aku memberitahu keberadaan alice, mungkin saja mereka akan menghajar alice dan leon hahaha sangat menarik, itu bisa membalaskan harga diriku yang dia terinjak malam itu.

"iya dia pernah bekerja disini, namun sekarang tidak lagi"

"bagaimana aku dapat menemukan dia?" Tanya pemimpin preman itu

"em… kamu tau waiter yang tadi menyapa kalian,?" pak bams mengarahkan pandangannya pda sella yang sedang sibuk di mesin kasir

"iya"

"dia adalah sahabat alice, aku rasa dia masih berhubungan dengannya, tapi jika kalian menanyakan padanya secara langsung pasti dia tidak akan memberitahu kalian, jadi kalian bisa membuntuti dia diam-diam" jawab pak bams dengan senang

"em, aku penasaran kenapa kamu dengan mudah memberitahu kami?" Tanya curiga preman itu

"karna aku masih memiliki dendam yang tidak bisa aku balas padanya, jadi ku kira mungkin kalian akan memberi alice pelajara. Maka tidak masalah buatku memberi informasi ini" jawab pak bams santai

"oke, untuk kali ini aku percaya padamu, tapi jika informasi yang kamu katakan salah… aku tidak segan-segan membuat…. ya kamu tau" preman itu melirik tangan pak bams yang patah dan di gips membuat pria itu merinding ketakutan.

"kamu bisa pegang perkataanku" jawab pak bams gemetar

"ayo kita pergi" kata pemimpin preman itu seolah memberi komando.

------

Setelah sampai dirumah leon dan alice sibuk dengan aktifitasnya masing-masing.

Alice mulai melukis di ruangan yang khusus di buat sebagai galeri kecilnya untuk berkreasi dengan lukisannya. Sedangkan leon sibuk memeriksa berkas xing grup.

"alice.. boleh aku masuk?" teriak leon yang mulai bosan sendiri, dia mengetuk ruangan alice melukis

"em.. tidak, tunggu aku diluar, aku akan memenuimu"

"hem? Ok" leon meninggalkan ruangan ke ruang santai

"hei, ad apa?" Tanya alice menyapa pria itu, tangannya penuh dengan cat berbagai warna

"hahaha aku hanya ingin melihatmu melukis, kenapa aku tidak boleh masuk?" Tanya leon sambil menghapus cat warna biru yang sedikit menempel di pipi kanan alice

"aku tidak suka seseorang melihatku melukis, aku juga heran kenapa begitu.. tapi setiap seseorang melihatku melukis aku merasakan perasaan tidak aman dan tidak dapat melukis karna tanganku gemtaran" jelas alice

"benarkah? Apa dari dulu begitu?"

"tidak juga, seingatku itu terjadi setelah libur panjang sebelum masuk perguruan tinggi"

"hm.. baiklah aku akan menghargai privasimu, ayo bersiap ke nite bar"

------

Sesampainya dinite bar

"selamat datang kak" sapa dean dengan senyum merekahnya.

"malam dean, malam Kevin" sapa alice

"kak aku punya sesuatu untukmu" Kevin menarik alice ke suatu meja dan mereka duduk berhadapan

"apa?" Tanya alice

"ini" Kevin menyodorkan sepasang anting kecil berlian.

"oh Kevin ini cantik sekali!~"

"ini untukmu kak"

"benarkah?"

"em (angguknya) aku ingin memberikan hadiah sebagai tanda kamu adalah kakakku mulai sekarang" senyum Kevin malu-malu

"oh Kevin, terimakasih!" alice memeluk Kevin.

"oya, kamu lebih tampan jika tersenyum" bisik alice

"hahaha aku hanya akan tersenyum padamu kak" balas Kevin

"ahaha baguslah, aku takut nanti adikku yang menggemaskan ini akan di ambil orang jika tersenyum pada orang yang salah" alice mencubit gemas pipi putih Kevin membuatnya sedikit merona merah.

"apa yang diberikan Kevin?" Tanya leon yang mendatangi mereka

"lihat! Sebuah anting, cantik bukan?" alice menyodorkan anting ditangannya pada leon

"ya cantik. Sini aku pasangkan ke telingamu" leon mengambil anting kecil dari tangan alice dan akan memasangkan ke telinga alice. Dia perlahan menyibakkan rambut alice dari telinganya dan memasangkan anting itu. Wajah leon sangat dekat dengan wajah alice, hembusan nafas pria tampan itu terasa di telinga alice membuat alice sedikit merinding dan tersipu. Aroma segar dan maskulin leon begitu terasa dari jarak dekat itu, alice dapat melihat tulang rahang yang kokoh pria itu, juga leher leon yang sempurna dengan sedikit urat leher menonjol membuatnya semakin sexy.

Alice hanya bisa menahan nafasnya selama mungkin karna kegugupannya.

"apa sakit?" bisik leon membuat alice tambah gugup

"tidak" kamu bahkan memasangkannya dengan lembut gumam alice

"oke selesai"

"eh oh.. em oke bagaimana?" Tanya alice salah tingkah

"cantik…" jawab pria itu tanpa ekspresi.

"em, anting ini memang sangat cantik, trimakasih Kevin"

"maksudku kamu" sambung leon dengan ekspresi wajah dinginnya.

"….."

"ehem, haha sepertinya dean perlu bantuan, aku pergi dulu" kata alice tersipu

"kamu hanya boleh ngaktifkan itu saat alice di tempat umum, jangan nganggu privasinya" kata leon sambil menatap alice yang sudah menjauh memamerkan anting itu pada dean.

"aku ketahuan lagi, tentu saja aku akan mengaktifkan itu pada saat tertentu saja, kamu tidak perlu khawatir bos" jawab Kevin. Dia membuat alat alat pelacak dan audio itu dengan sangat hati-hati dan menyerupai anting biasa supaya leon tidak mengetahuinya namun tetap saja bosnya bukan orang sembarangan, dia selalu tau apa yang dean dan Kevin lakukan.

"aku hanya sedikit khawatir dengan kakak saja" bela Kevin.

-----

"alice, hari ini aku ada waktu luang.. bisa aku menemuimu di nite bar?" Tanya alice dari balik panggilan telfon alice

"tentu saja…" jawab alice senang dan mematikan panggilan telfon itu.

"siapa kak?" Tanya dean sambil menuangkan minuman pada pelanggan

"sella"

"hah.." wajah dean tiba-tiba merona

"ada apa?" Tanya alice biasa

"hehe tidak ada apa-apa" beberapa belas menit kemudian

"alice.. aku membawakan makanan kesukaanmu" sapa sella memasuki nite bar.

"wah terimakasih sella, sebentar aku buatkan kamu coffe latte" belum sempat alice pergi, dean sudah menghampiri mereka

"ehem.. tidak perlu kak, aku sudah membuatkan coffee latte, special untuk gadis yang special" senyum dean menggoda sella

"hehehe t.e.rimakasih" jawab sella gugup. Dari awal dia sudah mempersiapkan mental untuk bertemu dengan para lelaki tampan itu namun tetap saja jantungnya berdetak sangat cepat, apalagi dengan sikap dean ini.

disisi lain diluar nite bar seseorang sedang mengawasi mereka

"bos.. aku sudah tau keberadaan alice" kata seseorang di balik mengabari bosnya di balik telfon.

"bagus.. awasi dia terus, kirimkan alamat lengkapnya, aku akan memberitahu tuan besar mengenai ini"

"baik bos" pria itu menutup telfonnya dan terus mengawasi.

-----

"leon kamu sadar tidak, sepertinya dean menyukai sella" Tanya alice sambil bersiap ke ranjang untuk tidur

"benarkah?" leon menghampiri alice sambil mengeringkan rambutnya yang basah setelah mandi.

"iya, tadi di nite bar dia seperti menggoda sella, aku takut dia hanya mempermainkan sella"

"tidak perlu khawatir, dean meski terlihat seperti playboy dia tidak akan mempermainkan wanita" kata leon sambil merebahkan badannya di kasur disebelah alice.

"oya apa kamu tidak ingin menceritakan tentang david?" tanya leon

"hah? Yang mana?" alice mengingat kejadian tadi siang

"ohh itu,.. em tidak" gurau alice sambil tersenyum

"ayolah ceritakan padaku, atau.." leon mengancam

"atau apa?" kata alice menantang sambil tersenyum

"em, baiklah" hup… leon mulai menggerakkan badannya ke arah alice

"eh!" alice yang tiduran terkejut, leon tiba-tiba sudah menahan tubuh gadis itu dan berada di atas tubuhnya. Hanya beberapa cm saja tubuhnya akan menyentuk tubuh pria itu, Seperti seekor singa yang mencengram mangsanya, dia dapat melihat jelas wajah pria tampan itu dengan sangat dekat.

"leon apa yang akan kamu lakukan!"

"masih tidak mau bilang?" leon mendekatkan wajahnya pada wajah alice.

avataravatar
Next chapter