webnovel

`Pria sinting`

Dengan penuh keberanian Angel keluar dari minimarket dan mencari sumber suara tersebut betapa terkejut nya Angel melihat seekor kucing yang mati dengan kondisi mengenaskan.

"Ya tuhan."

Φ•Φ•Φ

Bau amis bercampur bau busuk sampah menyengat di hidung Angel, tangannya menutup mulut guna menahan mual.

Apalagi melihat kondisi sang kucing dengan tubuh terpisah tanpa kepala dan entah kemana kepala kucing itu berada, yang lebih parah lagi dia melihat kondisi tubuh si kucing tanpa sehelai bulu, kulitnya mengelupas seperti dikuliti paksa.

Angel berpikir siapa yang dengan teganya membunuh seekor kucing yang tidak bersalah. Merasa kasihan tanpa sadar Angel menghampiri mayat sang kucing, hati nuraninya benar - benar merasa tersayat melihat kematian kucing di hadapannya.

"Hai cantik kau sedang apa?" Suara bariton terdengar mengerikan ditelinga Angel. Mata Angel membola saat melihat seorang pria dewasa memakai hoodie putih dengan banyak noda darah menempel di hoodienya.

"Ka-kamu siapa?" Tanya Angel dengan suara gemetar dia benar - benar sangat ketakutan sekarang. Mendengar suara Angel yang gemetar pria tersebut hanya tersenyum miring tangannya yang penuh darah terulur mengelus pipi lembut Angel. Pria asing tersebut lalu mendekatkan wajahnya dan berbisik kepada Angel.

"Kau tidak sopan cantik, kau belum menjawab pertanyaanku tapi malah balik bertanya kepadaku." Suara bisikan pria asing tersebut terdengar jelas di telinga Angel membuat Angel merinding bukan main.

Angel yang sedang ketakutan refleks mendorong pria asing tersebut dengan sekuat tenaga, sampai membuatnya terpental beberapa centimeter. Mengambil kesempatan Angel melangkahkan kaki berniat kabur dari pria menyeramkan tersebut.

Namun, keberuntungan tidak berpihak pada Angel pria misterius tersebut dengan cepat menarik lengan Angel lalu menyudutkannya ke tembok dan mengurungnya dengan tubuhnya yang tegap membuat Angel ingin menangis.

"Lepaskan aku bangsat!" Dengan sisa-sisa keberanian Angel memberontak meliuk - liukan tubuhnya berharap dia bisa lepas dari genggaman pria menyeramkan tersebut.

"Sssttt jangan banyak gerak sayang kau membuatku bernafsu." Namun usaha Angel tampaknya gagal pria tersebut malah mengencangkan jeratannya di kedua lengan Angel. Mata Angel mulai berkaca - kaca dan semakin menjadi saat pria tersebut mengecupi leher Angel hingga meninggalkan jejak.

"Ahhh to-long ber-henti." Angel mendesah merasakan sentuhan pria tersebut bertambah intim, matanya mulai sembab karena menangis. Dengan sisa - sisa kekuatannya, Angel mengarahkan kakinya ke selangkangan pria tersebut lalu menendangnya kuat - kuat.

"Arrgghh sial dasar jalang nakal." Pria tersebut berdesis memegangi selangkangnya yang berkedut kesakitan. Bibirnya menyeringai menatap punggung seorang gadis yang semakin menjauh dari pandangannya.

"Jangan harap kau lepas dariku jalang, setelah apa yang telah kau lakukan padaku." Ucap pria gila tersebut di iringi oleh tawa yang mengerikan.

Dengan keadaan berantakan dan nafas terengah - rengah Angel tiba didepan gedung menuju apartemennya mata Angel sesekali melirik kebelakang mengecek keadaan apakah pria tersebut membututinya atau tidak. Menghela nafas lega ternyata pria tersebut tidak membututinya, dengan langkah cepat Angel masuk ke gedung tersebut lalu memasuki lift menuju lantai tiga tempat apartemen Angel berada.

Tangan gemetar Angel memutar kunci pintu apartemennya setelah terbuka Angel masuk kedalam lalu kembali mengunci pintu apartemennya. Angel benar - benar sedang shock dan ketakutan, setelah dirasa berhasil menenangkan pikiran Angel berjalan menuju kamar mandinya berniat membersihkan diri.

Betapa terkejutnya dia saat bercemin mendapati banyak bercak biru keunguan di daerah lehernya. Tangannya terulur memegang tanda kissmark tersebut matanya kembali berkaca - kaca mengingat kejadian tadi, dirinya benar - benar sial dia merasa menyesal keluar minimarket hanya untuk memuaskan rasa penasarannya yaitu menghampiri mayat kucing tadi.

Setelah hampir tiga puluh menit di kamar mandi, akhirnya Angel keluar dari kamar mandi dengan mata sembab tak lupa mengenakan piaya warna toska. Jam dinding apartemen Angel menunjukan pukul jam satu pagi, besok adalah hari libur dia berniat untuk beristirahat dan tetap tinggal di apartemennya. Hingga mata Angel tertutup mulai terlelap menuju dunia mimpi yang tak ada habisnya.

Next chapter