webnovel

1

Sepanjang waktu Agnes menjalankan kehidupan rumah tangga sesuai keinginan suami dan kedua mertuanya tanpa bisa hidup dengan tenang sedetikpun. Bahkan Agnes berusaha mendapatkan hati anak tirinya yang bernama Rose. anak tiri dari mantan istri pertama Roy Pangetsu yang kini berusia lima tahun.

Hasilnya selalu sia-sia, Agnes selalu di kucilkan oleh semuanya tanpa seorang pun yang perduli padanya. Seolah kehadirannya tidak pernah ada di rumah. Padahal status seorang istri Roy Pangetsu, tapi di dalam rumah seperti pembantu rumah tangga. Ia bahkan mengerjakan semuanya seorang diri dan kadang di temani seorang pembantu yang hanya datang di pagi hari untuk membersihkan rumah.

Di sela-sela tugas sibuknya, Agnes masih berusaha memberikan perhatian kepada anak tirinya dengan segenap cinta yang ia punya. Dengan seperti sikap ibu kandung kepada putrinya.

"Jangan sentuh aku, kau bukan ibuku!" ucap Rose yang menyiramkan makanan ke wajah Agnes. Ketika Agnes hendak memberikan makan malam untuk Rose dengan cara menyuapi gadis kecil tersebut.

Rose hanya menyingkirkan makanan yang masih panas di wajahnya, ia hanya bisa menelan pil pahit dengan statusnya sekarang ini.

Menyesal, itulah yang di rasakan oleh Agnes yang cinta buta pada Roy. Hingga menerima lamaran Roy yang begitu cepat tanpa mengenal sosok watak asli Roy, maupun orang tua Roy yang memiliki watak seperti apa.

"Jangan sok perhatian padaku, kau hanya pembantu di sini. Bukan ibuku," pekik Rose dengan mendorong Agnes dengan keras.

Semua itu dapat di terima oleh Agnes, karena ia memang bukan ibu kandung Rose. Hanya ibu tiri bagi Rose dan istri kedua untuk Roy.

Sampai sekarang Agnes tidak pernah tahu, kenapa Roy mau menikahinya dengan alasan cinta. Benarkah karena cinta, terkandang kata itu selalu menghantui Agnes dengan apa yang ia alami selama menjadi istri Roy di Jakarta.

Cinta, mungkin kini tidak terasa lagi oleh Agnes. Ketika melihat perubahan suaminya kepada dirinya selama dua bulan belakangan ini yang seperti langit dan bumi.

Di usia pernikahan dini Agnes dengan Roy Pangetsu yang baru seumur jagung, tepatnya pernikahan yang sudah masuk ke bulan ke tujuh. Segala cekcok sering terjadi di antara mereka berdua.

Roy selalu menggunakan masalah Rose yang belum bisa menerima kehadiran ibu tiri dan kehadiran mantan istri Roy yang bernama Gisela yang seolah ingin kembali menjalani kehidupan rumah tangga bersama lagi dengan Roy. Sehingga selalu menjadikan Rosa sebagai alasan utama untuk selalu datang ke rumah menemani Rose bermain dan tidur. bahkan menginap dengan alibi Rose yang menginginkannya.

permintaan Rose tidak pernah di tolak oleh Roy, sehingga ia selalu memenuhi apapun yang di inginkan oleh putri tercintanya dan selalu mengabaikan istri keduanya. bahkan Roy tidak pernah memikirkan perasaan istri kedua yang cemburu berat dengan kehadiran mantan istri.

Wajar, sebagai istri Agnes merasa cemburu. Karena suaminya lebih perhatian kepada mantan istri daripada dirinya yang istri sah. Agnes memang tidak meminta di berikan apapun oleh Roy, hanya meminta Roy tahu diri dengan posisinya sekarang.

Sayangnya, Roy menulikan telinganya dan mengabaikan pesan Agnes. Ia sering mengajak mantan istri dan anaknya makan di luar. Layaknya kehidupan keluarga bahagia tanpa pernah ada keretakkan rumah tangga di masa lalu.

Bahkan Roy memberikan mantan istrinya baju baru dan perhiasan mewah serta tas bermerk. Sedangkan untuk Agnes. satu dresterpun tidak pernah ia berikan kepada istri keduanya.

Agnes hanya menghela nafas, berharap Roy dapat berubah secepatnya. Karena ia bukan iri dengan materi yang di dapatkan oleh Gisela. Hanya menginginkan perhatian suami dan membangun keluarga yang bahagia tanpa bayang-bayang mantan istri.

"Wah, cantik sekali pakaianmu hari ini. Mau kemana?" tanya Agnes kepada Rose yang baru turun dari atas tangga.

"Bukan urusanmu, jangan sok perhatian. Dasar wanita kumuh," balas Rose dengan nada menusuknya kepada Agnes yang berdiri mematung.

Agnes sudah dapat menebaknya. Tapi ia berpura-pura tidak pernah tahu.

Rose lebih menyukai ibu kandungnya, daripada dirinya dan Agnes juga dapat memakluminya. Karena statusnya hanya ibu tiri. Bagaimana pun, ia tidak bisa mengantikan posisi Gisele di hati Rose. Yang merupakan ibu kandung Rose.

Setiap hari minggu ibu kandung Rose akan main ke rumah. Agnes merasa tidak pantas untuk cemburu. Karena Gisele hanya menjalankan kewajiban seorang ibu kandung untuk pertumbuhan Rose. walau sudah menjadi janda, Gisela selalu mendapatkan perhatian semuanya. termasuk perhatian kedua mantan mertua.

Tapi perasaan cemburu, semakin mengeroti hati Agnes, setiap kali melihat keintiman suaminya dengan Gisela yang awalnya dapat di maklumi oleh Agnes. kini, ia meradang. kedekatan suaminya dengan mantan istri saling bercumbuh mestra dengan Rose di tengah untuk mengambil foto selfie. Seolah-olah kehadirannya tidak pernah ada di dalam rumah. Walau dirinya menerima Roy apa adanya yang seorang duda keren beranak satu.

Ibu Roy melihat menantu yang tidak di sukainya berdiri di depan pintu keluarga yang seperti mengawasi keluarga bahagia anaknya. Ia berjalan cepat ke sana untuk menegur Agnes yang menurutnya hanya bermalas-malasan di dalam rumah sepanjang waktu.

"Kenapa bukannya memasak dan mempersiapkan makan siang untuk mereka?" tegur ibu mertua kepada Agnes yang hendak menegur suaminya. dengan mengcengkeram tangan Agnes secara kuat.

Agnes menatapi ibu mertuanya yang menunjukkan wajah merandang untuknya.

"Gisele hanya datang seminggu sekali, semua demi perkembangan mental anaknya yang kini di asuh oleh Roy. kau itu tahu apa?" timpal ayah mertua yang bernama Martin yang membela istri dan mantan menantunya yang menurut mereka masih pantas bersanding dengan Roy anak mereka. Karena status Gisella masih tinggi sebagai anak orang terkaya di Indonesia. Berbeda dengan Agnes yang tidak mempunyai apapun, hanya wanita desa yang miskin dan anak dari petani yang bau lumpur dan tanah. Yang kini menjadi menantu mereka untuk menikmati hidup mewah. seolah seperti parasit di dalam keluarga Pangetsu.

"Seminggu sekali, ini sudah hampir setiap hari?" protes Agnes yang merandang dengan rasa cemburu yang semakin tumbuh besar di dalam hati.

"Diam kamu, jangan sok tahu dan ikut campur. Kau itu hanya orang luar," balas Anna yang tidak terima dengan perkataan menantu yang tidak pernah ia harapkan dan di matanya adalah seorang pembantu.

Next chapter