7 kebingungan seorang ayah

Pagi hari ketika matahari sudah menyinari Bumi, Yoongi terbangun dengan pusing yang mendera kepalanya.

'Ah, benar. Aku minum banyak semalam,' pikirnya.

Pria itu mendesis pela sambil memegangi kepalanya yang berdenyut. Kemudian dia bangkit dari ranjang dan hendak keluar dari kamar. Namun, langkahnya terhenti ketika tidak sengaja melirik ke arah sisi lain ruangan yang didominasi warna pink. Ruangan tersebut adalah kamar Seokjin yang hanya dipisahkan oleh lemari tempat koleksi barang-barang pria itu.

Seorang gadis kecil tengah bergelung di atas kasur dengan tangan yang mendekap erat boneka berwarna coklat.

Yoongi terdiam selama beberapa saat. Pria itu lalu berjalan mendekati ranjang dan duduk perlahan di bagian sisinya. Matanya memperhatikan wajah Jiyoon yang terlelap dengan bibir mengerucut lucu.

'Oh, bibir tipis itu bahkan sangat mirip dengannya.'

Yoongi menghela napas. "Maafkan aku," ujarnya pelan. Dia kemudian menarik selimut hingga menutupi sampai ke leher gadis kecil itu. Sesaat dia ragu untuk mengusap rambut hitam Jiyoon. Tapi pria itu memberanikan diri untuk mengusap rambut gadis kecil itu dan mengecup keningnya dengan pelan.

Pria itu berjalan menuju pintu keluar dan pergi menuju ruang makan. Anggota lainnya pasti sedang menunggunya saat ini.

.

.

.

"APA?!" Hoseok berseru heboh dengan bibir membulat ketika Seokjin menyelesaikan kalimatnya.

"Jadi semua itu benar?"

Seokjin mengangguk menanggapi pertanyaan retoris Taehyung yang tampak sama terkejutnya dengan anggota lain. Bukannya mereka belum tahu, hanya saja mengetahui bahwa hal itu telah dibenarkan secara langsung tetap saja masih membuat mereka terkejut.

"Yah, setidaknya kita tidak perlu mencabut rambut Suga Hyung, kan?" Jungkook berkata dengan cengirannya. Berusaha mencairkan suasana.

"Ada apa dengan rambutku?"

"Oh, Hyung! Kau sudah bangun?" seru Jungkook dengan matanya yang membulat. Seolah baru saja melihat matahari terbit dari barat.

Yoongi mencibir. "Katakan, kenapa kalian ingin mencabut rambutku?"

"Ah, itu...."

"Sebenarnya kami berniat melakukan tes DNA untukmu dan Jiyoon dengan menggunakan rambut, tapi sekarang sepertinya semua sudah jelas," sahut Namjoon yang menyadari kebingungan Jungkook.

"Jadi kalian sudah tahu semuanya?"

Semua anggota mengangguk menjawab pertanyaan Yoongi.

"Aku sudah menceritakannya pada mereka."

Yoongi melirik Seokjin dan mengangguk paham.

"Bagaimana menurut kalian?"

"Apanya yang bagaimana?" Jimin bertanya heran.

"Mungkin kalian ingin mengeluarkanku dari Bangtan?"

"Hey, kau ini bicara apa."

"Apa maksudmu, Hyung? Kenapa kami harus mengeluarkanmu!" Hoseok berseru marah. Pria itu menatap kesal pada Yoongi. Begitu pula dengan anggota lainnya.

"Maafkan aku."

"Ya, kau memang harus meminta maaf karena sudah berkata seperti itu."

"Sudahlah, Hyung," ujar Jungkook berusaha melerai.

Hoseok memang orang yang selalu ceria dan bersemangat. Dia juga sangat aktif dan bisa membuat anggota lainnya merasa bersemangat karenanya, tapi pria itu akan berubah menakutkan jika sudah marah. Dan Jungkook tidak ingin kedua kakaknya berkelahi.

"Bagaimanapun keadaannya, kami tidak akan memintamu pergi kemanapun. Kita ini keluarga," ujar Namjoon. Hal yang sama dengan yang diucapkan Seokjin semalam.

"Itu benar, Hyung. Apapun masalahnya ceritakan pada kami dan kita selesaikan bersama-sama. Ini juga berlaku untuk yang lainnya, bukan hanya untuk Suga Hyung saja."

Keenam anggota lainnya mengangguk menanggapi perkataan Jimin.

"Kita pikirkan jalan keluarnya baik-baik. Untuk sekarang hanya kita yang tahu masalah ini. Dan, Hyung," Namjoon melirik Yoongi dan melanjutkan perkataannya, "Kami tidak marah padamu. Yang terpenting sekarang, kau harus menjaga Jiyoon dengan baik."

Yoongi mengangguk dengan kepala tertunduk. Dia merasa sangat berdosa karena telah mengecewakan anggota lainnya. Tapi dia juga merasa lebih berdosa lagi pada Jiyoon. Yoongi bahkan tidak tahu kalau gadis kecil itu ada selama ini. Dan dia bahkan sempat menolaknya di awal.

"Baiklah! Kalau begitu ayo kita makan sekarang!"

"Tunggu dulu!" Seokjin menepuk tangan Taehyung yang hendak mengambil lauk. "Di mana Jiyoon?"

Keenam pria itu melirik Yoongi.

"Dia masih tertidur tadi."

"Kalau begitu bangunkan dia."

"Bagaimana caranya?"

"Hey, membangunkan anak kecil saja kau tidak bisa!" seru Seokjin tidak percaya. "Hanya bangunkan Jiyoon dan suruh dia sarapan. Sana!"

Yoongi meringis pelan. Dia kemudian bangkit dan berjalan menuju kamarnya di lantai dua. Pria itu menaiki tangga dengan gontai.

Dia membuka pintu kamar dan tidak menyadari Jiyoon yang berdiri di baliknya. Jadi ketika Yoongi mendorong pintunya, gadis kecil itu terjatuh dan menangis dengan kencang karena merasakan sakit di kepalanya yang terantuk lantai.

"Ya, ampun! Kau tidak apa-apa?" Yoongi bertanya panik. Pria itu mengangkat Jiyoon dan mendudukkannya di lantai. Tampak ragu untuk menggendong gadis kecil itu.

"Huwaa." Jiyoon masih menangis dan semakin bertambah kencang ketika melihat Oppa galak di depannya.

"Ssst ... berhentilah menangis," ujar Yoongi dengan wajah memelas.

Terdengar suara langkah kaki yang menaiki tangga. Tak lama Seokjin, Taehyung, dan Jimin sudah berada di ambang pintu.

"Apa yang terjadi?" Seokjin ikut bertanya dengan panik. Pria itu menghampiri Jiyoon yang masih terduduk di lantai dan segera menggendongnya. Membiarkan kepala gadis kecil itu bersandar di bahu lebarnya.

Yoongi meringis pelan. "Sepertinya dia terjatuh saat aku membuka pintu."

"Bagaimana bisa? Hyung, kau seharusnya berhati-hati." Jimin mengomel sambil mengusap-usap kepala Jiyoon.

"Sudah, ya. Jiyoon jangan menangis. Tidak apa-apa," ujar Taehyung menenangkan sambil tersenyum dengan manis pada gadis kecil itu.

"Hiks, hiks." Jiyoon masih terisak dengan mulut mencebik. Gadis kecil itu kemudian memeluk leher Seokjin dan menenggelamkan kepalanya di leher pria itu.

"Tidak apa-apa." Seokjin berkata sambil mengusap-usap kepala Jiyoon dengan lembut. Pria itu kemudian melangkah keluar kamar sambil memeluk Jiyoon diikuti Taehyung dan juga Jimin.

Sementara itu, Yoongi masih terdiam di tempatnya. Pria itu menatap kepergian mereka dalam diam. Tampak kebingungan dengan situasinya saat ini. Dia hanya masih tidak mengerti apa yang harus dia lakukan.

Yoongi tampak kesal dengan dirinya sendiri. Sejak awal dia memang sudah tampak buruk di mata Jiyoon. Dan sekarang dia malah membuat putrinya terluka. Ayah mana yang masih ragu untuk menggendong putrinya sendiri.

'Ayah macam apa aku ini?' ujar Yoongi dalam hati.

Pria itu mengacak rambutnya kesal. Dia kemudian mengusap wajahnya sebelum menyusul anggota lainnya kembali menuju ruang makan.

[]

avataravatar
Next chapter