9 dongeng sebelum tidur

Pukul sepuluh malam, Yoongi baru saja hendak merebahkan dirinya di atas kasur ketika mendengar ketukan pelan dari balik pintu kamarnya. Dia pikir itu anggota BTS lainnya, tapi setelah menunggu dan tidak ada yang masuk, akhirnya pria itu berjalan mendekati pintu dan membukanya.

Mata sipit pria itu melebar mendapati Jiyoon tengah tertunduk sambil memeluk bonekanya. Dia tahu itu pemberian Namjoon, tapi melihat bagaimana gadis kecil itu memeluknya setiap hari membuat Yoongi berpikiran untuk menggunting leher boneka itu.

"Oh, Jiyoon. Ada apa?" Yoongi bertanya dengan canggung.

Gadis kecil itu mendongak takut. "Jin Oppa bilang Jiyoon akan tidur di sini bersama Suga Oppa."

"Memangnya dimana Jin Hyung?"

"Jin Oppa bilang akan tidur bersama Tae Oppa."

"Apa? Benarkah?" tanya Yoongi retoris. Sudah tahu ulah kakaknya itu. "Kalau begitu masuklah."

"Terima kasih," ujar Jiyoon sambil membungkuk kecil sebelum memasuki kamar. Tidak terbayangkan sebelumnya bahwa dia akan tidur bersama oppa yang satu ini.

Ini memang sudah hampir seminggu berlalu sejak kedatangannya ke asrama BTS. Hampir setiap hari Jiyoon menghabiskan waktunya di asrama entah itu sendirian, bermain bersama anjing dan hewan peliharaan anggota BTS, ataupun ditemani oppa lainnya jika berada di rumah. Setiap malam gadis kecil itu selalu bergantian tidur ditemani keenam oppa lainnya. Tapi sepertinya malam ini ada sedikit perubahan.

"Kau tidak bisa tidur?" Yoongi bertanya ketika Jiyoon terlihat gusar dalam tidurnya. Gadis kecil itu seolah memaksa matanya sendiri untuk tertutup.

Jiyoon membuka mata dengan ragu. "Jiyoon tidak bisa tidur."

"Kenapa?"

"Jiyoon sudah terbiasa...," ujarnya dengan kalimat menggangung. "Kookie Oppa selalu bernyanyi sebelum Jiyoon tidur."

Yoongi menelan ludah. Dalam hati menyebut nama adik termudanya dengan tambahan sumpah serapah.

"Jadi kau ingin aku bernyanyi?"

Tidak ada jawaban. Gadis kecil itu hanya diam dan menatap Yoongi penuh harap. Dia masih sedikit takut padanya.

Yoongi menarik napas, berdeham kecil, terbatuk pelan, kemudian menarik napas lagi, lalu mulai menyanyikan lagu berjudul Saranghae dengan nada yang dibuat menggemaskan. Belum lagi ekspresi wajahnya yang dibuat ceria, sangat palsu sekali.

Beberapa saat kemudian Yoongi menyelesaikan nyanyiannya. Dia menoleh ke arah Jiyoon untuk meminta penilaian, namun dia malah mendapati wajah datar gadis kecil itu.

"Kenapa?"

"Sebaiknya Oppa tidak bernyanyi lagi."

Seolah ada belati tajam yang menusuk dadanya, jantungnya langsung berdenyut menyakitkan. Itu kalimat terpedas yang dilontarkan seorang anak kecil padanya.

"Maaf. Sebenarnya aku tidak bisa bernyanyi." Yoongi menggaruk kepalanya. "Kalau begitu kau mau aku melakukan apa?"

"Apa Oppa tahu kisah Cinderella?"

"Kau ingin aku menceritakanmu dongeng?"

Jiyoon mengangguk antusias.

"Baiklah."

Yoongi menghela napas sebelum memulai dongengnya. "Pada jaman dahulu, hiduplah seorang gadis cantik. Dia tinggal bersama ibu dan kedua kakak tirinya. Gadis itu selalu disiksa setiap harinya. Namun pada suatu hari, dia bertemu seorang penyihir jahat yang menyamar menjadi nenek tua dan memberikannya sebutir apel beracun."

Sampai pada cerita itu, Jiyoon mengerutkan kening.

"Gadis cantik itu memakan apel tersebut dan jatuh tertidur di tengah hutan. Ada berbagai macam hewan yang tinggal di dalam sana, termasuk seekor katak yang ternyata adalah seorang pangeran yang tengah dikutuk. Katak tersebut mencium gadis cantik yang tertidur itu. Tubuhnya berubah menjadi seorang manusia yang rupawan dan gadis itu bangun dari tidurnya. Akhirnya mereka hidup bahagia bersama selama-lamanya."

"Bagaimana?"

"Kenapa Cinderella memakan apel dan bertemu Pangeran Katak? Seharusnya Cinderella bertemu pangeran di pesta dansa dan meninggalkan sepatu kacanya."

"Kau sudah tahu akhirnya kenapa ingin aku menceritakannya lagi," sahut Yoongi retoris.

Jiyoon merengut lucu. Oppa satu ini sama sekali tidak seru.

"Hey, pokoknya aku sudah bernyanyi dan menceritakanmu dongeng. Ayo tidur. Ini sudah malam," ujar Yoongi sambil menarik selimut untuk menutupi tubuh gadis kecil itu.

Jiyoon menggeleng. "Jiyoon masih tidak bisa tidur."

Yoongi menghela napas. Dia melirik boneka dalam pelukan gadis kecil itu dan mengulurkan tangannya sambil berkata, "Kemarikan bonekamu."

Jiyoon menatap bonekanya dan memandang Yoongi ragu.

"Tidak apa. Berikan saja padaku."

Jiyoon tampak ragu mengulurkan bonekanya pada Yoongi. Sementara pria itu terlihat tersenyum begitu manis. Dia kemudian mengambil boneka Kumamon miliknya dan mengulurkannya pada Jiyoon.

"Sekarang boneka ini milikmu."

"Tapi Jiyoon sudah punya boneka pemberian Namjoon Oppa."

"Sekarang bonekamu yang ini. Pemberian dariku," sahut Yoongi kekeh sambil menarik tangan Jiyoon agar melingkari boneka Kumamon pemberiannya.

"Tapi Namjoon Oppa bilang Jiyoon harus menjaganya dengan baik."

"Aku tahu. Tapi Namjoon Oppa menangis karena ingin bonekanya kembali. Jadi tidak apa 'kan kalau kuberikan boneka ini padanya lagi?"

Jiyoon tampak murung. Padahal dia sangat menyukai boneka pemberian Namjoon. Gadis kecil itu kemudian menatap boneka hitam di dalam pelukannya. Kemudian senyuman manis mengembang di bibirnya hingga menampakkan gigi susunya dan Jiyoon mengangguk paham.

"Baiklah."

Yoongi ikut tersenyum dibuatnya. Pria itu mengacak surai hitam Jiyoon gemas dan melempar boneka dari Namjoon ke sembarang arah.

"Kalau begitu sekarang kau harus tidur."

Jiyoon mengangguk kemudian kembali membaringkan tubuhnya. Gadis kecil itu memeluk boneka barunya sambil memejamkan mata. Detik selanjutnya dia merasakan sebuah tepukan ringan di punggungnya. Jiyoon rasa itu sesuatu yang jauh lebih dia sukai daripada nyanyian Jungkook, dongeng yang diceritakan Taehyung, maupun hal-hal yang sering dilakukan enam oppa lain padanya sebelum tidur.

Tepukan ringan itu terasa menenangkan. Membawanya masuk ke alam mimpi begitu cepat dan melihat ibunya yang tersenyum. Dalam mimpinya, gadis kecil itu sangat senang bisa berkumpul bersama ibu dan ayahnya.

.

.

.

Ketika waktu menunjukkan pukul 7 pagi, Namjoon tampak memasuki asrama sambil membawa kotak berwarna cokelat berukuran sedang. Pria itu berjalan menuju ruang makan dan menemukan Seokjin dan Yoongi yang tengah menyiapkan sarapan, Jungkook yang mencuci piring, dan Jiyoon yang tengah duduk di kursi makan dengan segelas susu stroberi yang tinggal tersisa setengah.

"Kau baru pulang?"

"Iya, Hyung," ujarnya menjawab pertanyaan Seokjin.

"Apa yang Hyung bawa itu?"

"Ah ini. Aku menemukannya di depan. Siapa yang memesan barang atas nama Kkotminam (Flower Boy)?"

"Itu pasti kerjaan Taehyung lagi."

"Hey, jaga bicaramu itu. Panggil aku Hyung," sahut Taehyung yang baru saja memasuki dapur sambil menggeplak kepala Jungkook.

"Ish!"

Taehyung menatap Jungkook jengkel sambil mengambil alih paketnya dan mulai membuka kotak tersebut tidak sabaran.

"Astaga, Kim Taehyung apa lagi yang kau beli, huh?" gerutu Seokjin yang masih fokus pada pekerjaannya.

"Baju," jawabnya sambil menunjukkan gaun berukuran kecil dari dalam kardus.

"Kau membelinya untuk Jiyoon?"

"Iya! Aku kasihan melihat Jiyoon memakai baju yang sudah dicuci setiap waktu hingga warnanya memudar. Tidak ada yang peduli pada Jiyoon seperti aku memedulikannya!" sahutnya bersemangat menjawab pertanyaan Yoongi sekaligus membuat ketiga pria lainnya tidak bisa berkutik. "Lucu, kan? Jiyoon-ah, bagaimana? Kau suka?"

Jiyoon tersenyum senang, "Iya."

"Kau harus memakainya, mengerti?"

Jiyoon mengangguk senang. Sementara Taehyung tampak girang sendiri dibuatnya. Anggota lain juga hanya tersenyum kecil menanggapinya sampai suara bel asrama mereka berbunyi nyaring.

"Siapa yang berkunjung sepagi ini?"

Jungkook, Namjoon, Taehyung, dan Yoongi saling menatap satu sama lain menanggapi pertanyaan Seokjin.

Tak lama, suara langkah kaki yang terburu-buru mulai mendekat dan mereka menemukan Hoseok yang terlihat panik disusul Jimin di belakangnya.

"Gawat!" Hoseok berseru panik. "Sejin Hyung ada di depan!"

[]

avataravatar