6 CH 2 - First Step - Part One

Di suatu lokasi yang tidak diketahui keberadaannya.

Ada seseorang yang berlari bergegas masuk ke dalam sebuah bangunan yang terlihat sangat mewah. Dia berlari dengan sangat cepat mengeluarkan nafas yang banyak tergesah-gesah ingin segera menemui seseorang.

Walaupun di landa dengan ke panikan, Dia berhenti sejenak di depan sebuah pintu yang besar dan berusaha untuk mengumpulkan nafasnya kembali.

Dia kemudian mengetuk pintu itu dan dari dalam terdengar suara dari seorang pria yang mengizinkannya masuk dengan nada yang tidak begitu senang.

Orang itu membuka pintu secara perlahan sambil menundukkan kepalanya.

Setelah masuk kedalam ruangan tersebut, Dia menutup pintu dengan rapat lalu mendekat maju kedepan secara perlahan sambil menundukkan kepalanya. Di hadapannya ada sebuah meja dan di balik meja itu ada seorang Pria duduk di atas kursi membelakangi orang yang baru saja datang tersebut.

"Aku...-"

Orang yang baru saja datang itu mulai berbicara. Namun, Langsung di cela oleh pria yang duduk di atas kursi tersebut.

"Kau yang dari Distrik Perbelanjaan itu, Bukan?"

Tanya untuk memastikan dari Si Pria yang berada di atas kursi.

Orang yang baru datang tersebut, Mengatakan "Iya" dengan pelan sambil mengangguk.

Dari balik kursi yang membelakanginya tersebut, Dapat terlihat ada asap rokok yang baru saja keluar dari mulut si pria dan asap itu keluar dengan cukup banyak.

"Aku sudah tahu kejadian tadi siang di Distrik Perbelanjaan"

Ucap si Pria dengan nada yang tidak begitu senang.

Orang yang baru saja datang itu langsung merasa panik dan ketakutan. Kakinya bergemetar dan dari wajahnya mengeluarkan banyak sekali keringat. Dia memegang kedua tangannya dengan sangat erat dan membungkukkan tubuhnya dalam. Dia adalah anak buah dari Si Pria bertubuh besar yang di utus untuk menangani Distrik Perbelanjaan. Bossnya dan kesepuluh petarung Bossnya sudah di habisi oleh Mirai bersaudara dan dia kesini untuk melaporkannya.

"Tubuhnya mungkin memang besar. Tapi isi otaknya tidak lebih dari sekedar Otot saja. Dia memang tidak pintar dan hanya mengandalkan kekuasaannya saja dan otot-otot miliknya itu. Tidak ragu jika dia dapat kalah dengan mudah"

Ucap si pria yang berada di atas kursi.

Anak buah si pria bertubuh besar itu tidak dapat menjawab dan hanya mengangguk saja walaupun si pria yang berada di atas kursi itu tidak melihatnya mengangguk sama sekali.

"Jadi...Apa keperluan mu datang ke sini? Aku sudah mengetahui kejadian di Distrik Perbelanjaan jadi untuk apa repot-repot kesini?"

"A-Aku....-"

"Kesepuluh dari kumpulan petarung kita di kalahkan begitu saja. Biaya rumah sakit mereka tidak lah murah. Hmph! Mereka lemah dan aku merasa sedikit kasian dengan mereka jadinya akan ku bayar tagihan rumah sakit mereka..Hanya untuk kejadian ini saja"

"A-Aku....-"

"Sekarang sudah tidak ada yang mengurus distrik perbelanjaan. Pendapatan ku berkurang drastis. Walau hanya satu tempat tapi pendapatan dari sana itu lumayan"

"B-Boss...A-Aku...-���

"Kau tahu alasan kenapa aku mencela perkataan mu terus?"

Anak buah si pria bertubuh besar menggelengkan kepalanya menjawab "Tidak".

"Karna kau pria yang lemah dan tidak pernah berani mengucapkan pikiran mu langsung! Apa maksud mu aku harus menunggu mu mengucapkan kalimat gagap mu itu!? Aku bahkan tidak suka kegagapan mu itu! Terserah kalau kau sedang panik atau tidak! Tapi kau lambat dan lemah juga tidak berani! Kau tidak berhak di bisnis ini! Aku salah telah merekrut mu!"

Setelah di hina dan di cacimaki oleh Si Pria di atas kursi tersebut, Anak buah pria bertubuh besar itu semakin menundukkan tubuh dan kepalanya lebih dalam merasa harga dirinya di injak dengan mudahnya oleh si pria di atas kursi.

"Jadi. Ku berikan kamu waktu 2 menit untuk melaporkan semuanya dan jika ada satu kalimat yang gagap, Aku akan langsung mengusir mu keluar dari sini!"

"B-Baiklah..."

"Hmmmmm!?"

".....Baiklah"

"Kalau begitu. Laporkan laporan mu!"

"....Saat..Pertarungan di Distrik perbelanjaan selesai..Seorang perempuan bermata satu menyampaikan ku pesan untuk Boss"

"Apa itu?"

"Dia bilang... 'Masa Depan akan datang menghampiri mu'. Itu yang dia katakan"

Mendengar laporan tersebut, Pria yang duduk di atas kursi tersebut langsung terdiam. Dia mematikan rokoknya hanya dengan tangannya dengan cara menggenggamnya dengan sangat erat. Dia terlihat lebih kesal dari sebelumnya.

"Sekarang kau keluar dari ruangan ku!"

"B-Boss...?"

"AKU BILANG KELUAR!!!"

"B-Baiklah. Permisih, Boss"

Setelah di usir keluar dari ruangan tersebut, Dia langsung bergegas keluar dari ruangan tesebut. Membuka pintu lalu menutupnya dengan pelan dan rapat.

Si pria yang duduk di atas kursi tersebut masih dalam keadaan yang sangat kesal, Dia kemudian mengambil ponselnya lalu menelpon seseorang.

"Halo, Botan"

"Ohhhh..Boss Boss Boss..Boss Besar~ Ada apa menelpon ku jam segini?~ Aku sedang bersenang-senang sekarang~"

"Dimana kamu?"

"Menurut Boss?~"

"Terserahlah. Dengarkan aku-"

"Aku selalu mendengarkan~"

"Dengarkan!"

"Ya Ya Ya..Ada apa?~"

"Ada pekerjaan khusus untuk mu"

"Lagi...Belum cukup kah kau memerlukan jasa ku?!"

"Hanya kau yang cocok"

"Tentu saja~ Memangnya ada anak buah Boss yang lebih becus ketimbang aku~ Ahahaha~"

"Hmph! Jangan terlalu Percaya Diri. Kau juga kadang tidak becus"

"Heeeee~ Boss..Itu menyakitkan hati ku~ Uhu Uhu Uhu~"

"Haaaaaahhhh...Dengarkan Aku, Apa kau ingat mengenai Kelompok atau Gang 'Mirai Family'?"

"'Mirai Family'??? Hah~ Ku pikir hanya Mitos~ Bukannya mereka semua sudah lama mati?~"

"Merea tidak mati hanya bubar saja, Bodoh!"

"Hooo~ Begitu, Yaaa~ Tidak, Aku tidak kenal dan tidak tahu siapa mereka~ Yang aku dengar mereka hanya berandalan SMA biasa yang cukup kuat. Kenapa memangnya?~"

"Aku ingin kau mencari tahu mengenai mereka!"

"Bukannya Boss sudah tahu siapa mereka~"

"Aku tahu. Tapi itu sudah sangat lama. Aku juga masih belum terlalu yakin apa mereka akan menjadi ancaman bagi ku sekarang ini atau tidak. Lagi pula, Aku juga tidak terlalu mengetahui soal mereka"

"Hooooo~"

"Maka dari itu. Aku ingin kau dan anak buah mu mencari tahu mengenai mereka"

"Dan jika ketemu, Kita hajar mereka~"

"Tidak dasar Bodoh! Aku hanya meminta mu untuk mencari informasi mengenai mereka saja. Jangan ada perseteruan di antara kalian. Jangan macam-macam dan memulai tindakan berkelahi dengan mereka sebelum aku yang perintahkan"

"Baik Baik...Tch! Ini tidak akan menyenangkan~"

"Tahan nafsu berkelahi mu. Untuk sekarang aku ingin kalian juga berhati-hati dengan mereka"

"Memangnya siapa mereka?~ Apa iya mereka sekuat itu?~ Hah! Aku rasa tidak~"

"Aku juga kurang tahu. Tapi kau sudah dengar berita di Distrik Perbelanjaan siang tadi, Bukan?"

"Tentu tentu~ Hah! Gorila itu memang payah! Dia juga menyia-nyiakan sepuluh petarung kita!"

"2 anggota 'Mirai Family' lah yang mengalahkan mereka"

"Serius!~ Waaaaaah~ Boleh juga~"

"Jangan terlalu terbawa santai. Aku ingin kau tetap waspada"

"Hmph! Boss kira siapa aku ini~ Aku tidak akan kalah dan mengacau begitu saja~"

"Ku harap begitu"

"Tenang saja, Boss~ Baiklah, Aku akan mencari tahu mengenai 'Mirai Family' ini~ Dan jika sudah ketemu informasi mengenai mereka, Aku akan langsung melapor~"

"Bagus. Aku tunggu hasilnya. Jangan lupa bawa Haru. Firasat ku mengatakan kau tidak bisa apa-apa tanpanya nanti"

"Ya Ya~ Selamat malam~ Boss Isamu~"

Setelah mengucapkan salam dan menerima tugasnya, Seorang Pria yang bernama Botan menutup telponnya terlebih dahulu ketimbang Bossnya.

Bossnya menaruh Ponselnya di atas meja.

Orang itu melihat ke atas langit-langit atapnya dan berpikir untuk sejenak.

"Tch!" Merasa kesal, Dia langsung kembali mengambil Ponsel miliknya lalu menelpon seseorang.

"Akiyama. Cepat datang ke ruangan ku sekarang…Ya…Ya…Ada hal yang ingin ku bicarakan dengan mu…Mmm…Ya…Secepatnya!…Untuk apa kau Tanya? Tentu saja bukan, Kita akan menyerang balik 'Mirai Family' ini!"

Orang itu setelah menelpon seseorang yang bernama Akiyama dia langsung mematikan ponselnya dan menaruhnya kembali ke atas meja.

Dia memancarkan hawa dan aura yang sangat besar dan mengerikan. Dia adalah Boss terbesar yang memegang Kota J di genggaman tangannya. Polisi dan berbagai macam aparat dan warga-warga tidak berani berhadapan dan mencari masalah dengannya terutama anak buahnya.

Dia lah yang menguasai Kota J dari balik bayangan..

Dia tidak lain dan tidak bukan adalah...

Isamu Kurokawa.

Sementara itu...

Di rumah keluarga Mirai, Pukul 09:00 Pagi.

Red baru saja terbangun dari tidurnya. Dia bangun dari posisi tidurnya dan pindah ke posisi duduk di atas kasur. Setelah mengumpulkan seluruh kesadarannya, Red beranjak dari atas kasur. Dia membuka hordeng jendela dan membuka jendela lebar-lebar membiarkan udara pagi masuk ke kamarnya.

Setelah itu, Red langsung bergegas turun ke lantai bawah.

Masih dalam kondisi mengantuk, Red menuruni tangga dan langsung menuju ke ruang TV. Di ruang TV, Dia di kejutkan oleh sesuatu-

"Selamat Pagi~" Ucap Monika yang sedang duduk di atas Sofa bersebelahan dengan Alisia.

"Oh~ Kakak sudah bangun rupanya~" Ucap Alisia.

"Monika? Apa yang kau lakukan di sini?"

"Mampir dan melihat kondisi 2 orang yang berhasil menghabisi 10 anak buah Isamu. Mmmm, Kelihataannya baik-baik saja~"

"Apa kau pernah meragukan kekuatan kami?"

"Tidak~ Aku hanya ingin melihat reaksi kalian dan perasaan kalian setelah memenangkan pertempuran"

"Tidak ada yang spesial. Biasa-biasa saja"

"Uwaaaah~ Enaknya jadi orang yang kuat~ Aku penasaran dengan apa yang Shiro rasakan~"

"Kenapa bawa-bawa dia?"

Alisia hanya tertawa pelan melihat percakapan dan ke akraban Red dengan Monika.

Saat Red ingin ke sofa favoritnya yang biasa dia gunakan-

"E!? Oi, Kau duduk di sofa ku"

Red menyadari kalau daritadi Monika duduk di Sofa favorit miliknya. Sofa yang besar dan luas juga empuk ini sudah menjadi tempat terfavorit Red untuk bersantai.

"Lalu~"

"Aku biasanya bermalas-malasan di situ. Tolong minggir!"

"Ufufu~ Tidak akan~"

"....Kalau begitu aku pinjam paha mu"

"...? Paha ku?"

Red mendekat ke arah Monika. Dia kemudian langsung berbaring di atas sofa dan menjadikan paha Monika sebagai bantalannya untuk tiduran di atas sofa.

"O-Oiiiii?!?!"

Monika cukup terkejut dengan apa yang Red lakukan dimana wajahnya langsung berubah menjadi merah merasa malu.

"Bagus. Begini lebih baik. Jarang aku tiduran di atas pangkuan seseorang"

"I-Ini sedikit memalukan...."

"Lalu...Ini akibat kau duduk di atas Sofa ku"

"E-E-Eeeee...??? R-Riz...Lakukan sesuatu"

"Uwaaaaaah~ Kakak mengambil kesempatan~"

"R-Rizzz?!"

"Lupakan saja Monika. Kakak tidak akan berpindah dari Sofa itu dan sekalinya sofa itu menjadi favoritnya maka siapa saja yang duduk di atas Sofa itu harus mengikuti keinginan anehnya"

"T-Tidak mungkin..."

"Hmmmm~ Paha mu lumayan juga, Monika~"

"Hentikan! Kau membuat ku tidak enak!"

Setelah canda gurau mereka selesai dan sepertinya Monika sudah membiasakan diri dengan kondisinya sekarang ini, Monika dan Alisia kembali pada perbincangan pertama mereka sebelumnya.

"Jadi...Apa menurut mu Isamu akan bergerak setelah kejadian itu, Riz?"

"Tentu saja. Dia pasti akan mulai mencari informasi mengenai kita. Tapi aku yakin dia atau mereka akan kesusahan mencari informasi mengenai kita"

"Kenapa bisa begitu?"

Alisia membentangkan tangannya lalu menjawab pertanyaan Monika-

"Lihatlah kita..."

Monika melirik kanan dan kiri lalu mengatakan-

"Apa yang harus ku lihat?"

"Apa menurut mu..Kita ada banyak?"

"Hooo~ Apa yang kau maksud adalah..'Mirai Family' belum terbentuk kembali sepenuhnya. Benar begitu?"

"Ya. Isamu pastinya tahu apa maksud dari pesan yang ku sampaikan. Dia pastinya tahu beberapa hal mengenai 'Mirai Family' walau baru sedikit dan hanya sekedar Gosip. Isamu yang mengurus jalanan di Kota J selama bertahun-tahun pasti tahu Gang SMA terbesar 2 tahun yang lalu, Bukan begitu"

"Dan itu adalah kita semua, Bukan. 'Mirai Family'..Masa-masa yang menyenangkan. Untungnya kita bisa menyelesaikan sekolah dengan nilai yang cukup tinggi waktu itu. Jadi, Apa menurut mu Isamu akan merasa kesal?"

"Tentu saja. Dari sifat Isamu yang hanya mementingkan uang dan keuntungan yang besar atau bisa di bilang sebagai Oportunitis, Setelah kehilangan kekuasaan di Distrik Perbelanjaan..Walaupun pastinya tidak dalam waktu yang lama..Isamu pasti akan sangat merasa kesal dan mulai mencari tahu mengenai kita. Dia pasti akan langsung bergerak cepat atau lambat"

"Tapi..Seharusnya dari sifat malu manusia, Isamu juga pastinya belum berani menurunkan anak buahnya kembali ke Distrik Perbelanjaan setelah kejadian kemarin, Bukan"

"Aku harap begitu. Setelah anak buahnya di hajar dan di permalukan habis-habisan di tengah-tengah keramaian seperti itu, Dia pasti merasa malu dan tidak mungkin akan langsung menurunkan anak buahnya untuk mengurus distrik perbelanjaan. Itu pun kalau dia seorang pecundang, Tapi kelihatannya Isamu orang yang cukup berani jadi aku masih meragukan rasa malunya"

"Benar juga sih. Tapi dengan begini, Tidak ada orang yang menjaga dan mengurus Distrik perbelanjaan. Pastinya tindak kriminal akan sering terjadi nantinya"

"Aku yakin itu. Walaupun anak buah Isamu masih ada sebelumnya pun tindak kriminal masih sering terjadi tapi tidak begitu banyak juga sih dan dengan tidak adanya yang menjaga Distrik Perbelanjaan, Pastinya akan lebih parah lagi"

"Apa yang akan kau lakukan sekarang? Ingin mengambil langkah pertama?"

"Hmmm? Kita belum berhasil mengumpulkan 'Anak-anak' dan kekuatan kita berbanding sangat besar dan sangat jauh dengan Isamu. Kita juga belum mencari dan merekrut anak buah baru. Rencana awal ku adalah mengumpulkan yang lainnya terlebih dahulu..Tapi...Kelihatannya akan memakan waktu yang sangat lama"

"Jujur, Itu memang tidak lah mudah. Mencari mereka satu-persatu sangat merepotkan dan memakan waktu yang memang sangat lama"

"Maka dari itu. Walau kita punya Kakak dan Gold, Tapi siapa tahu saja Isamu memiliki petarung yang kuat selevel dengan Shiro dan Hiro. Kita jangan meremehkannya"

Alisia dan Monika terdiam sejenak.

Tangan Monika terlihat bergerak daritadi seolah dia sedang mengelus sesuatu yang berada di pangkuannya dan kelihatannya juga dia melupakan sesuatu dan siapa yang ada di atas pangkuannya.

"Hmmmm~ Elusan mu sangat lembut juga, Monika~"

"HAH!?!? RED!!! BAGAIMANA AKU BISA LUPA KALAU KAU ADA DI PANGKUAN KU?!?!"

Sekejap setelah menyadari kembali kalau Red ada di atas pangkuannya, Wajah Monika kembali memerah merasa malu.

"Tidak apa Tidak apa~ Aku mohon tolong tetap lanjutkan~"

"Eeeeerrrrmmmmmm!!! Tidak akan!"

"Apa kau mengira daritadi ini aku seekor kucing?"

"Entahlah! Itu terjadi begitu saja!"

"Hooo~ Kalau begitu lanjutkan!~"

"TIDAK AKAN!!!"

Alisia hanya tersenyum kecil dan tertawa kecil melihat tingkah Kakaknya dan sahabat baiknya.

"Oh iya. Omong-omong dimana Gold?"

"Dia...-"

Di saat Monika menanyakan keberadaan Gold, Gold datang menuruni tangga dengan wajah yang masih mengantuk dan menguap.

"A. Itu dia"

Saat Gold sampai di ruang TV, Dia terkejut melihat Monika yang berada di dalam Rumah.

"Monika?! Apa yang kau lakukan di sini?"

"Deja Vu" Ucap Monika pelan.

"Yo, Gold. Kau sudah bangun" Ucap Red di atas pangkuan Monika.

"Kakak?! Kenapa kakak bisa di pangkuan Monika?!"

"Menjelaskannya akan sedikit meropatkan" Ucap Monika di dalam hati.

Setelah Gold sepenuhnya sadar dari ngantuknya dan mendapat penjelasan mengenai apa yang Monika lakukan di rumah serta alasan di balik Red yang tidur di atas pangkuan Monika, Gold duduk di sofa yang bersebelahan dengan sofa yang di tempati Red dan Monika sekaligus ikut masuk ke dalam perbincangan.

"Begitu ya. Kalian sedang membicarakan mengenai tindakan selanjutnya yang akan kita lakukan setelah kejadian kemarin"

"Begitu lah. Apa kau punya saran atau ide?"

"Hmmmm? Jujur saja aku lebih menyarankan untuk mengumpulkan yang lainnya terlebih dahulu baru kita mulai bertindak"

"Benar sih...Itu juga yang kami pikirkan dan rencanakan daritadi"

"Tapi keadaan kita juga sedang tidak baik. Jika Isamu mengirimkan anak buahnya untuk mencari dan menggali informasi mengenai kita, Kita jadi tidak bisa bergerak secara leluasa"

"Itu ada benarnya juga sih" Ucap Alisia yang seperti baru tersadarkan akan sesuatu.

"Untuk sekarang yang amannya masih Monika dan yang akan Isamu dan anak buahnya incar adalah kita bertiga. Mereka sudah melihat ciri-ciri kita dan pastinya yang mereka utamakan adalah mencari informasi mengenai kita bertiga"

"Jadi...Karena aku (Monika) belum di lihat oleh mereka, Mereka belum mengetahui mengenai aku yang juga merupakan anggota dari 'Mirai Family'"

"Tepat"

"Itu artinya juga, Monika satu-satunya anggota di 'Mirai Family' saat ini yang dapat bergerak dan bertindak secara bebas dan leluasa. Hmmmm? Sepertinya aku mendapatkan sebuah ide"

"Oh~ Kau tahu harus bertindak bagaimana selanjutnya?"

"Kurang lebih. Kalau di lihat dengan kondisi yang sekarang ini, Distrik perbelanjaan yang tidak di jaga oleh siapa pun, Anak buah Isamu yang pastinya sedang mencari informasi mengenai kita bertiga sekaligus 'Mirai Family', Dan kau yang dapat bergerak dan bertindak secara..Aku jadi tahu apa yang harus kita lakukan selanjutnya"

"Kalau begitu katakan saja langsung. Ini adalah perintah pertama mu kepada kita setelah 2 tahun lamanya"

"Tidak. Lebih tepatnya kedua" Ucap Red membenarkan.

"Kedua?"

"Kalau di hitung secara resmi sebagai 'Mirai Family' maka ini yang kedua. Pertama adalah perintah melawan 10 anak buah Isamu dan yang sekarang ini yang kedua"

"Hooo...Begitu kah?"

"Yaaa...Kurang lebih seperti itu"

"Begitu ya. Kalau begitu, Lanjutkan"

"Baiklah. Begini saja, Ini yang ku inginkan. Pertama untuk Monika, Aku ingin kau mencari yang lainnya. Satu-persatu dan perlahan saja..Aku yakin kau memiliki banyak sekali Informan, Bukan begitu"

"Tentu~ Informan ku berada dimana saja dan salah satunya pasti cukup mengejutkan kalian~"

"Aku rasa dia orang yang penting"

"Cukup penting"

"Baiklah. Lagi, Aku ingin kau mencari 'Anak-anak' dan setelah itu aku ingin kau langsung bernegosiasi dengan mereka atau kalau tidak kau laporan kepada ku terlebih dahulu memberitahu ku keberadaan mereka semua"

"Siap~ Walau ini cukup sulit tapi akan ku ushakan"

"Kenapa tidak kita telpon mereka saja?" Tanya Red.

"Kalau bisa semudah itu akan kita lakukan dari kemarin, Bukan"

"Memang sih. Lalu apa masalahnya?"

"Masalahnya adalah kita kehilangan kontak mereka semua"

"Hmmm!? Ternyata. Tidak, Itu benar juga. Aku bahkan kehilangan kontak Syd"

"SYD?! Sahabat mu sendiri!"

"Begitulah"

"Ya ampun. Kita sudah tidak berhubungan dengan yang lain selama 1 setengah tahun ingat. Dan hanya kita berempat saja yang sampai sekarang masih berhubungan satu sama lain"

"1 Setengah tahun..Ya...." Ucap Red sambil mengingat-ingat sesuatu.

"Jadi. Apa itu saja misi dan perintah mu kepada ku untuk sekarang?"

"Ya. Itu saja. Aku juga tidak ingin menghalangi bisnis mu sebagai 'Rentenir' jadi jika kau ada panggilan Client dan yang lainnya, Kau boleh mementingan yang itu terlebih dahulu"

"Ok~ Siap laksanakan~"

"Dan untuk Kakak"

"Hm? Ternyata aku juga ada"

"Tentu saja. Mungkin tidak jauh beda dengan Monika"

"Kau juga ingin aku mencari yang lainnya?"

"Kurang lebih begitu. Aku juga ingin kakak untuk melihat keadaan sekitar"

".....Maksud mu?"

"Aku ingin kakak melihat dan mencari tahu segala tempat dan titik tempat Isamu menurunkan anak buahnya dan menugaskan mereka. Yang pertama tentu saja Distrik Perbelanjaan dan itu sudah tidak perlu kakak periksa lagi. Sisanya karena kita belum tahu banyak dimana saja jadi aku ingin kakak untuk mencari tahu"

"Begitu ya...Mudah saja. Baiklah akan ku usahakan"

"Terima kasih. Dan yang terkahir-"

"Aku 'kan" Ucap Gold.

"Ya..Dan sepertinya ini adalah tugas yang paling berat dan juga sisi lainnya menguntungkan di tambah ini akan menjadi langkah pertama kita memulai bisnis Hell Keeper"

"Hmmm??? Apa yang harus ku lakukan?"

"Kau siap?"

"Apa saja itu Aku siap! Aku ingin semuanya berjalan dengan cepat"

"Kalau begitu...Aku ingin kau untuk-"

....................

Di suatu lokasi yang tidak diketahui keberadaannya.

Tempat itu adalah sebuah kamar milik seorang remaja laki-laki. Tempatnya tidak berantakan sama sekali dan sangat rapih walau ada banyak sekali kabel. Ada 3 monitor Komputer yang menyala dan di depan monitor itu ada seorang remaja laki-laki yang melakukan sesuatu hal dengan komputernya.

Dia juga sekaligus sedang memakan sebuah mie instan.

Lalu, Dari luar kamarnya.

TOK! TOK! TOK!

"Oy, Aku masuk ya"

"Ya"

Seseorang yang sebelumnya mengentuk pintu dan meminta izin untuk memasuki kamar, Masuk kedalam kamar itu setelah mendapat izin.

Dia adalah seorang remaja laki-laki yang memakai Jaket Hoodie hitam dimana di bagian kiri dada jaketnya itu terdapat logo 2 pedang yang menyerupai lambang Salib berwarna oren, Kaos lengan pendek berwarna Abu-abu, Celana Jeans dan sepatu berwarna hitam. Dia juga mengalungi kalung Salib berwarna Silver. Dia datang membawa sekantung roti yang berbagai macam rasa dan jenis.

"Aku sudah membeli makanan untuk mu hari ini"

"Roti...Lagi..."

"Lebih baik ketimbang Mie Instant terus"

"Padahal aku ingin yang lain sih"

"Menyerah lah. Aku maunya juga gitu tapi aku tidak mungkin menghabiskan uang pemberian adik perempuan ku dan meminta uang kepadanya terus menerus. Kita tidak punya pekerjaan juga"

"Kau tidak, Aku punya"

"Memangnya itu menghasilkan uang?'

"...Tidak sih"

"Makanya. Tapi yaa...Aku penasaran dengan apa yang sedang kau lakukan selama ini?"

"Hacking..Atau lebih tepatnya Cracking"

"....Kau menyebar virus?"

"Tidak. Itu sudah tidak ku lakukan. Lagi pula itu juga sudah mulai cukup berbahaya belakangan ini"

"Bukannya yang kau lakukan juga sama atau lebih bahaya"

"Iya sih. Tapi di sini lah passion ku berada"

"Passion ya..."

Laki-laki berjaket Hoodie itu melihat ke atas langit-langit atap sampai Hoodie jaket yang menutupi wajahnya terbuka memperlihatkan wajahnya.

Dia adalah seorang remaja laki-laki berumur 20 tahun yang sangat tampan, Bermata Coklat yang sangat indah, Berambut Hitam pendek dan tubuh di balik pakaiannya itu walaupun tubuhnya terlihat sangat proposional tapi kenyataannya dia cukup terbentuk.

Remaja Laki-laki berumur 20 tahun yang berada di depan 3 monitor itu memiliki mata berwarna Biru, Rambut sangat pendek berwarna Coklat, Memakai jaket hoodie berwarna abu-abu gelap dimana di bagian dada kirinya terdapat huruf kecil bertuliskan "Zoga", Kaos berwarna putih, Celana panjang berwarna hitam dan sepatu berwarna Hitam.

Wajahnya tidak terlalu tampan tapi cukup lumayan dan atraktif, Tubuhnya juga terlihat proposional tapi juga terlihat tubuhnya lumayan terbentuk.

"Apa yang sedang kau pikirkan?"

Tanya laki-laki yang berada di depan monitor.

Laki-laki berjaket Hoodie itu setelah melihat ke atas, Dia mulai menceritakan kejadiannya kemarin di Distrik perbelanjaan.

"Kemarin..Saat aku beli roti, Ada pencuri lewat saat aku baru saja keluar dari dalam toko"

"Ohhh...Aku yakin pencurinya itu langsung kau hajar dalam sekejap. Tunggu dulu..Kemarin..Bagaimana dengan rotinya? Apa sudah kadaluarsa?"

"Tenanglah..Rotinya baik-baik saja..Dan ya, Tentu saja pencuri itu langsung ku hajar dalam sekejap"

"Ya. Aku tidak ragu lagi sih. Aku tahu kau pasti akan langsung menghajarnya dalam sekejap dan aku sangat tahu kekuatan mu seperti apa"

"Dan karena kejadian itu...Sudah sangat lama aku tidak..Merasakan hal dan perasaan itu kembali"

"...."

"Sudah berapa lama, Ya?"

".....2 tahun"

"Ya...2 tahun...Aku rasa..Aku ingin kembali..Ke dunia 'Itu' lagi"

"....Dunia 'Itu' bukan lah dunia yang baik. Kita semua tahu itu. Kau juga tidak ingin adik perempuan mu tahu kalau kau adalah seorang berandalan dulunya bukan. Apa lagi jika kau bergabung dalam bisnis Hell Keeper"

"....Ya...Aku tahu itu. Tapi...Mungkin itu satu-satunya cara agar kita mendapatkan uang untuk menafkahi diri kita masing-masing"

"Aku setuju dengan mu. Memang dengan cara seperti itu kita bisa mendapatkan keuntungan yang banyak. 1 juta tidak perlu menunggu sampai besok"

"Ya. Dan sepertinya..Di situlah 'Passion' ku berada"

avataravatar
Next chapter