1 Chapter 1

Jangan percaya ular,

Apalagi sama ular yang bisa berubah menjadi manusia dan punya kekuatan magic.

Itulah hal yang paling ditekankan oleh kebanyakan warga lokal di desa Fenghuang, desa indah yang punya banyak rahasia di Cina. Tempat misi Damian sekarang. Ini sudah berjalan enam bulan dan Damian pikir tugas ini akan segera berakhir ketika dia akhirnya bisa mengungkap siapa dalang dibalik hilangnya para turis yang mengunjungi desa indah dan bersejarah itu. Polisi sekitar berpikir kalau ini ada hubungannya dengan kasus perdagangan manusia. Namun Damian tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Demon.

Ada seseorang atau sebuah grup di desa ini yang menggunakan para turis yang hilang tersebut untuk menganggil Demon ke dunia ini. Sejauh ini Damian dan timnya belum menemukan satupun jasad. Namun setahu Damian, ada banyak cara untuk memanggil Demon tanpa meninggalkan tubuh korban berserakan.

Awalanya Damian diutus oleh Oracle untuk memeriksa kebenaran rumor kemunculan Demon di desa Fenghuang, laporan dari Elder setempat, Mr. Cho, tentang munculnya aura gelap di sana beberapa hari setelah seorang turis dari Jerman menghilang, lalu hal yang sama juga terjadi ketika dua minggu kemudian seorang turis dari Kanada mengalami nasib yang sama.

Dan benar saja, tiga hari setelah Damian menginjakan kaki di Fenghuang, dia bertemu dengan Abrax, Demon kerdil berkepala ayam dengan cambuk sebagai senjata utamanya.

Memang benar Abrax adalah Demon tingkat rendah, namun keberadaannya sudah jadi bukti utama kalau memang benar ada yang mencoba membuka Hellmouth.

Setelah mengalahkan Demon rendahan itu, Damian langsung menghubungi markas dan akhirnya investigasi di desa Fenghuang pun dimulai. Oracle mengirim tiga orang tambahan untuk membantu Damian dalam misi ini.

Namun sayangnya ini tidak semudah yang Damian bayangkan. Siapapun dalang dari semua ini sangatlah cerdik dalam menyembunyikan langkahnya. Itulah sebabnya ketika Xiauqing, si Ular Hijau menawarkan bantuan kepada Damian dan tim, cowok itu menerimanya dengan rasa was-was. Satu-satunya alasan dia mau menerima bantuan dari wanita itu meski banyaknya protes dari timnya karena Damian sudah dikejar waktu. Dia sudah berada enam bulan di Fenghuang namun masih sama sekali tidak punya petunjuk apapun untuk menguak pelaku dari semua ini. Beberapa hal yang dia dan timnya tahu adalah ini adalah ulah perorangan, seorang pria paranormal, kemungkinan besar seorang Warlock, dan tergetnya selalu melibatkan wanita muda. Namun itu semua tidak berguna untuk bisa menangkap bajingan tersebut. Dan sudah ada sembilan wanita yang menghilang sejak misi ini dimulai, jadi total semua sudah ada sebelas korban yang hilang di Fenghuang. Dan Damian bisa mengakui kalau dia sudah putus asa.

Dia belum pernah bertemu Ular dalam bentuk apapun namun dia sudah banyak mendengar tentang reputasi mereka. Mereka adalah makhluk yang licik yang hanya mementingkan kaum mereka sendiri.

Namun begitu, tidak bisa dipungkiri kalau campur tangan dari Xiauqing sangatlah membantu. Dalam jangka waktu satu minggu saja dia sudah berhasil mendapatkan lokasi si pelaku itu.

Dan sekarang setelah mereka menjalankan rencana untuk menangkap bajingan tersebut, terungkap pula maksud dibalik uluran tangan Xiauqing.

Damian tidak terkejut. Karena dia tahu Xiauqing tidak akan membantu mereka dengan cuma-cuma. Dia hanya menunggu untuk wanita itu mengungkapkannya. Dan dia akhirnya melakukannya.

"Aku akan jujur ketika mengatakan kalianlah yang sangat membantu" ucap Xiauqing dengan wujud manusia setengah ularnya. Ekor bersisik hijaunya melingkar melilit erat tubuh Bolin, membuat Warlock brengsek itu menjerit kesakitan.

"Aku rasa ini saatnya kau mengatakan apa maksudnya semua ini?" Kata Damian.

Mata coklat gelapnya menatap tajam ke arah wanita ular tersebut dari balik topeng putihnya. Peluh mengalir dari dahinya dan rambut hitam yang dipotong pendeknya itu terbaring basah. Udara pengap ruangan ini juga membuat seragam serba hitam yang dipakainya juga ikut dipenuhi keringat. Namun posisi badannya tetap siaga.

Dia bersyukur melihat Milo, pria pirang bertopeng dan berseragam serba hitam sama sepertinya yang merupakan salah satu anggota

timnnya itu baik-baik saja setelah terlempar dan menabrak tembok gudang akibat mencoba menghalau terjangan Xiauqing ketika wanita ular itu hendak mendekap Bolin.

"Oh ayolah, jika kau tidak curiga dengan bantuan dariku, maka kau lebih bodoh dari yang ku kira."

"Kau tahu jika kau terus melanjutkan ini, kau akan berhadapan dengan Children of Oracle, kan?" Ucap Damian mempererat genggaman pedangnya.

"Kalian pikir aku takut pada organisasi omong kosong kalian? Aku telah hidup lebih lama dari organisasi payah itu. Aku telah melawan musuh yang lebih hebat dari Oracle kalian. Dan menang. Percayalah padaku, ada banyak mahkluk yang lebih menakutkan dari pada Oracle kalian." Xiauqing mendengus. "Sekarang, aku akan berbaik hati dan membiarkan kalian semua pergi. Anggap saja ini sebagai balas budi. Aku bisa saja menangkap Warlock bodoh ini sendirian namun itu bakal memakan waktu lama. Kalian semua berbakat, hanya saja butuh sedikit arahan. Jadi kita bisa bilang ini semua mutual."

"Kau tahu kami tidak akan pergi begitu saja, kan? Dan Uriel, kau berutang kepadaku." Kata Milo menyebut nama samaran Damian sambil sedikit mengerang setelah berdiri bangkit. "Dan aku akan menghajarmu akibat ini, kau jalang bodoh!" Tambahnya yang kini sudah mengambil posisi menyerang. Tangan kirinya yang terbuat dari silver berubah bentuk menjadi ujung tombak.

Milo dengan gerakan yang super cepat mulai bergerak menyerang ke arah Xiauqing namun pedang Damian menebas tangan tombak silver miliknya.

"Berhenti." Ucap Damian menghentikan Milo. Dia menarik pedangnya sebelum membuat gerakan menusuk ke arah depan. Sebuah kilauan transparan seperti kaca mulai bergelombang di ujung pedangnnya. "Dia sudah mengaktifkan perisai magic di sekeliling Hex yang dibuat Bolin tadi." Tambahnya.

Xiauqing berdiri tepat di atas sebuah lingkaran dengan garis-garis dan lambang-lambang magick di dalamnya. Dan setelah sentuhan dari ujung pedang tadi, dapat terlihat kilauan transparan juga ikut melingkari Hex tersebut.

"Well, setidaknya kau tidak sebodoh yang ku kira." Wanita Ular itu tersenyum.

Milo menarik tombaknya sambil menggerutu kesal. Dia kemudian berdiri tegak tapi tetap masih dengan posisi siaga. Damian mengikutinya.

"Dan kau adalah orang bodoh jika kau berpikir untuk bertahan disitu selamanya." Ucap Milo.

Milo benar, Xiauqing tidak akan kemana-kemana jika dia tidak ingin bertarung dengan mereka. Tetapi Damian tahu Xiauqing tidak perlu kemana-kemana jika dia sudah berencana menyabotase proses penggrebekan ini. Damian berharap dua anggota timnya yang lain segera sadar kalau Damian dan Milo tidak kunjung juga keluar dari gedung tua ini bersama Bolin. Dan segera bergegas kemari. Damian bisa bertarung, begitu pula Milo. Tetapi masalah segel Magic Hex adalah keahlian Ingrid. Sementara Everest lebih ke arah pertahanan dan medis, tapi Damian tahu Everest bukanlah petarung yang buruk jika dibutuhkan.

Ingrid dan Everest bertugas untuk mengevakuasi para turis yang hilang. Damian bersyukur semua wanita yang hilang itu selamat semua, meskipun dengan trauma yang Damian sendiri tidak bisa bayangkan. Tapi Damian juga tahu akibat itu semua, Dua orang timnya itu akan membutuhkan waktu lama sebelum mereka berdua sadar kalau ada yang tidak beres dengan keterlambatan Damian dan Milo. Apalagi dengan alat komunikasi mereka yang tidak bekerja. Damian yakin itu ulah Xiauqing juga.

Awalnya, rencana penggebrekan Bolin sudah berjalan dengan mulus. Setelah mengetahui keberadaan Warlock itu bersama sandraannya, Damian dan timnya langsung bergerak dengan cepat. Ingrid bertugas untuk membuka segel magic yang menutup area gudang sekitar sehingga suara bahkan bau apapun tidak bisa keluar dari dalam gudang. Itulah sebabnya Damian kesulitan mencari Bolin pada awalnya.

Setelah segel terbuka, mereka langsung berpencar masuk ke dalam gudang dan bersiap melakukan konfrontasi dengan pelaku.

Gedung tua itu dipenuhi dengan box-box kayu di setiap sudut ruangan, beberapa saling bertumpukan hingga menyentuh langit-langit. Terdapat juga jendela-jendela yang tertutup rapat tersebar di setiap sudut dengan jeruji besi yang dipenuhi sarang laba-laba. Satu bola lampu tergantung berpijar tepat di tengah ruangan. Dibawahya terdapat Bolin yang pada saat itu sedang melakukan ritual terhadap gadis ke duabelas, dengan mengikat turis itu diatas lingkaran Hex sambil sibuk membisikan mantra-mantra, sementara sebelas gadis yang hilang lainnya terbaring dilantai dengan berbagai macam posisi. Telungkup dan telentang, saling bertindisan atau sendirian. Seolah mereka dibuang begitu saja setelah apa saja yang telah Bolin lakukan terhadap mereka selesai. Beruntungnya, diketahui mereka baik-baik saja setelah semua ini berakhir. Mereka semua hanya pingsan karena kelelahan setelah energi mereka diserap oleh pendant yang melingkar di leher Bolin.

Bolin sendiri tidak berkutik dengan serangan tiba-tiba dari Damian dan timnya dari segala arah. Semua itu berakhir hanya beberapa menit setelah meraka masuk ke gudang itu. Dan Damian akan bilang kalau misi mereka akhirnya selesai jika saja Xiauqing tidak muncul dan menyerang mereka.

"Oh, Sariel... aku berada tepat di tempat yang ku inginkan." Ucap Xiauqing menyebut nama samaran Milo sebelum menarik tubuh Bolin ke hadapannya.

Warlock itu mulai meronta-ronta. "Lapaskan aku, kau jalang bersisik! Atau kau akan merasakan akibatnya." Ucapnya yang kembali mengerang kesakitan.

"Diam kau, bodoh!" Xiauqing mendesis sebelum tangan bersisiknya menarik kalung yang melingkar di leher Bolin.

"JANGAN—" protes Bolin terpotong bersamaan dengan kalung yang di pakainya putus. Dan Walrock itu mulai menjerit seolah dia kesakitan. Tubuhnya mulai meronta-ronta, sebelum semuanya berhenti seketika. Tubuh Bolin layu lemas di lilitan Xiauqing.

Xiauqing tersenyum sebelum membawa mata kalung tersebut dekat ke wajahnya. Sebuah batu Jade yang di kelilingi logam silver dengan ukiran simbol-simbol magic di dalamnya. Xiauqing mulai berbisik kumpulan Spell disana. Dan kemudian tubuh Bolin menegang sebelum dia berdiri tegak. Kedua matanya terbuka dan menampilkan seluruh bola mata yang berwana hitam pekat. Xiauqing melepaskan lilitannya.

"Aku sudah memperingatkan kalian untuk pergi. Tapi kalian menolaknya. Jadi sekarang bersiaplah untuk mati." Ucap Xiauqing dengan senyum semakin lebar di wajahnya. "Serang mereka!" Perintahnya.

Bolin mengakat kedua tangannya ke atas dan mulutnya terbuka lebar dan suara yang sama sekali bukan berasal dari manusia keluar dari sana dengan volume yang melengking dan mengilu. Membuat Damian dan Milo meringis dan buru-buru menutup telinga mereka.

Damian awalanya merasakan aura gelap yang langsung menyelimuti meraka sebelum dia meliahat disana, di salah satu sudut gudang ini muncul sebuah retakan dimensi. Dan satu persatu Abrax menerobos keluar. Sebuah Hellmouth telah terbuka.

"Sialan!" Milo mengumpat.

Damian memiliki pendapat yang sama dengan Milo. Mareka dalam keadaan sial. Abrax semakin mengerumuni tempat ini. Seseorang harus segera menutup Hellmouth itu.

"Cover me!" Perintah Damian dan Milo langsung berada di belakang dirinya.

Mereka mulai bergerak mendekati gerbang neraka itu. Ada sekitar belasan Abrax diantara mereka dan Hellmouth. Belum lagi ditambah dengan Demon-demon kepala ayam itu yang baru keluar dari sana. Damian tahu dia harus bergerak cepat atau mereka akan kalah. Satu Demon tingkat rendah bukanlah apa-apa, tetapi puluhan makhluk seperti itu? Itu baru masalah.

Damian konsentari kekuatannya pada Pedang ditanganya dan bilah pedangnya mulai menyala dengan aura merah disekelilingnya. Damian mulai menyabat para Abrax yang mendekatinya.

Salah satu Demon berkepala ayam itu mengayunkan cambuknya ke arah Damian namun langsung putus bahkan sebelum terkena tebasan pedangnya. Aura merah yang tadi memotong cambuk itu langsung membakar kedua bagian tali cambuk yang terpisah itu. Namun Damian tidak menunggu api itu untuk mencapai Demon rendahan itu karena dia langsung dengan cepat mengayunkan kembali pedangnya ke arah Abrax itu. Cairan hitam kental terpancar ketika pedangnnya berhasil memotong putus kepala ayam itu. Sementara dibelakangnya, tombak silver di tangan Milo berubah ikut menjadi pedang silver. Dan telah di penuhi darah hitam Demon, setelah dia berhasil membelah seekor Abrax yang mencoba menerjang dirinya menjadi dua bagian. Mereka berusaha dengan cepat untuk semakin mendekat dengan Hellmouth.

Kiri dan kanan pedang Damian diayunkan dan satu-persatu Demon berjatuhan. Namun jumlah mereka tidak juga berkurang. Dan mereka masih belum juga dekat dengan Hellmouth.

Cambukan seekor Abrax berhasil melingkar dilengan kanan Damian yang saat itu sedang mengakat pedang ditangnnya itu, membuat dia meringis sebelum Abrax menarik cambuknya yang membuat Damian condong ke depan. Namun Damian buru-buru memperkuat pijakannya dan menarik balik cambuk yang melilit di lengannya itu dengan kencang membuat mahkluk itu tertarik ke depan dan bertemu dengan ujung pedang Damian.

"Aku butuh tolakkan!" ucap Damian.

"Menunggu aba-aba." balas Milo yang sibuk dengan tiga Abrax yang mencoba mendekap dirinya dengan lilitan cambuk mereka.

Salah satu cambuk berhasil melilit pinggangnya sementara dua lainnya terus diayunkan dengan niat menyakiti dirinya. Milo meringis ketika salah satu cambuk berhasil mengiris lengan kirinya ketika dia fokus memotong tali yang melilitnya. Lilitannya putus dan Milo menggeram kesal sebelum mengambil ancang-ancang dan kemudian menerjang Abraxas yang menyakitinya. Pedangnya menancap tembus badan Demon itu. Dia kemudian mengakat pedangnya, membawa Demon ayam yang masih tertacap di situ sebelum menghempaskan Pedangnya ke arah dua Ekor Abraxas disebelahnya. Tubuh Demon itu berhasil mengenai salah satu Abrax sementara Milo langsung bergerak menyerang Demon yang satunya. Ayunan tali cambuk mencoba mencegah pergerakannya namun Milo dengan gesit merunduk menghindarinya dan dia menggunakan momentum itu untuk mengambil ancang-ancang sebelum kembali menerjang Demon tersebut. Darah hitam langsung terpancar ketika Milo berhasil memenggal kepala ayam Demon itu. Dan sebelum Abrax yang tadi tertimpa tubuh temannya itu bangkit, Milo sudah menancapkan pedangnya tembus dari kepala Abrax yang tadi menjadi mortitnya ke kepala Abrax yang sedang ditindihnya.

"Aku siap!" Ucapnya sambil menarik kembali pedangnya.

Mendengar itu, Damian yang sedang sibuk dengan Demon ayamnya sendiri langsung membalikan badan dan kemudian berlari menuju Milo. Pedang silvernya kali ini sudah berubah menjadi sebuah tameng. Milo memasang kuda-kuda dan menyembunyikan badannya di balik tameng. Jarak yang tercipta akibat pertarungan mereka masing-masing sudah cukup untuk Damian jadikan tempat untuk ancang-ancang lari sekuat tenaga sebelum dia melompat ketika sudah berada dekat dengan Milo, tameng Milo menjadi titik pijakan kaki Damian. Dan dengan bantuan tolakan dari Milo, Damian memutar tubuhnya ketika dia terpantul ke atas. Dia bisa meliahat puluhan Abrax sudah berkumpul di belakannya dan jumlah mereka terus bertambah. Hellmouth masih berada beberapa meter di hatapannya.

Damian mulai memfokuskan energinya ke pedang ditangannya. Membuat aura merah di sekitar pedang itu semakin menyala terang. Ketika dia berada diujung lambungan pantulannya, dia memutar balik pedangnya. Membuat ujungnya berada tepat menghadap ke bawah. Dan dia menggenggam erat senjatanya itu dengan kedua tangannya sebelum membuat tubuhnya menjadi semakin berat dan jatuhnya semakin kencang.

Ledakan aura merah terpancar ketika tubuh dan ujung pedangnya menyentuh tanah.

Damian jatuh tepat di antara kerumunan Abrax dan ledakan aura itu membuat para Demon rendahan itu terhempas kebelakang. Mereka semua terbakar sebelum menyentuh tanah.

Damian langsung bangkit dan dengan Hellmouth tinggal berada lima langkah di hadapannya, dia mulai merogoh kantung celananya dan menarik keluar rantai kalung platinum dengan mata kalungnya sebesar telapak tangannya, sebuah Amulet. Benda bundar dengan permata rubi yang dikelilingi lambang magic tertempel didalamnya adalah pengunci gerbang neraka. Item yang wajib untuk para pemburu Demon. Damian memotong Abrax yang mencoba keluar dari Hellmouth sebelum meletakkan Amulet itu tepat di tengah-tengah retakan dimensi itu dan mulai merapalkan spell penutup.

Amulet di tangan Damian mulai bersinar beberapa saat sebelum kembali redup bersamaan dengan lenyapnya Hellmouth dihadapannya. Damian ingin sekali bernapas lega namun ancaman belum juga berakhir.

Dia menoleh ke arah Xiauqing dan mendapati wanita ular itu sedang berlutut di hadapan Bolin dengan sebelah tangan terangkat, di telapak tangannya terdapat kalung yang dia rampas dari Warlock di hadapannya. Butuh waktu sebentar sebelum Damian mengerti apa yang terjadi disana.

"Tidak!" Ucapnya ketika melihat simbol-simbol baru di lingkaran Hex. Dia tahu dari awal serangan para Abrax adalah sebuah pengalihan dan sekarang dia akhirnya tahu pengalihan itu untuk apa. Xiauqing telah merubah fungsi Hex tersebut. Dan dengan apa yang terjadi di hadapannya, malam ini akan menjadi malam yang panjang.

"Sariel, cepat pergi cari bantuan." Perintahnya.

Milo hendak saja mau protes, namun ketika melihat ekspresi Damian, dia lansgung mengangguk sebelum bergerak cepat menuju pintu keluar.

Pendant milik Bolin adalah sumber kekuatannya. Itu yang ada di file ketika dia berhasil mengidentifikasi pelaku penculikan itu. Dan aksi selama enam bulan di Fenghuan adalah upaya dia untuk menambah kekuatannya. Bolin dikenal oleh masyarakat sekitar bukanlah orang yang ramah, namun mereka juga tidak pernah berpikiran kalau Warlock tersebut akan melakukan hal seperti ini.

Ritual yang dia lakukan sebelum dia dihentikan tadi adalah ritual penyelesaian untuk mengikat jiwa-jiwa para gadis yang diculiknya buat menjadi tenaga untuk membuka Hellmouth dan dilihat dari simbol-simbol awal di Hex, Hellmouth yang mau dibuka adalah gerbang bagi seorang Great Demon, atau Demon terkuat di Hell. Hex yang digambarnya tadi adalah sebuah Hex perlindungan sekaligus sebagai Hex penyegelan. Bolin mencoba menangkap salah satu Demon yang keluar dari Hellmout sebelum menyegelnya di pendant miliknya. Namun karena semua itu gagal akibat ulah Damian dan tim, akan selalu ada konsekuensi untuk ritual magic yang tidak diselesaikan. Dan sekarang Damian tahu apa itu.

Dihadapannya bukan lagi Bolin.

Damian pikir pendant yang bertugas untuk menyegel Demon malah menyegel jiwa Bolin. Dan ketika Xiauqing mencabutnya dari leher Warlock itu, wanita ular itu kini memegang jiwa Bolin. Dan apapun yang Xiauqing lakukan telah membuat tubuh Bolin menjadi sebuah Vessel, sebuah wadah untuk dirasuki Demon. Dan Damian tidak tahu Demon jenis apa yang merasukinya. Tapi Damian melihat dari simbol-simbol baru di Hex itu, meskipun dia tidak mengenalinya, dia tahu bahwa Demon ini bukanlah Demon biasa. Dan mereka harus segera dihentikan.

Dia coba untuk menyalurkan energinya lebih banyak lagi ke pedangnya, membuat aura merah di pedangnya menyalah lebih terang lagi, bahkan sampai di poin dimana pedang itu sudah seperti terbakar api. Damian kemudian mulai berlari menyerang dinding pelindung transparan dari Hex itu, berharap untuk memecahkannya dengan kekuatannya. Damian mengangkat pedangnya tinggi-tinggi dengan kedua tangannya sebelum sambil berseru "Arrrght!!" dia mengayunkan pedang tersebut, menebas Hex dihadapannya dengan sekuat tenaga. Namun hanya untuk terpental akibat reaksi balik dari dinding Hex ketika ujung pedangnya menyentuh pelindung transparan tersebut.

Damian terpental beberapa meter sebelum menghentikan dirinya dengan cara menancapaka pedangnya ke tanah. Dia mendengar Xiauqing tertawa.

"Kau tidak bisa menghentikanku, bocah bodoh. Semuanya telah selesai." Ucap wanita Ular tersebut.

Xiauqing kini telah berdiri di tengah lingkaran Hex dengan Bolin yang kini berada di luar Hex. Kedua matanya yang masih hitam keseluruhan menghadap Damian, kedua tangan dijulurkan ke depan, telapak tegak dan mulut terbuka lebar sebelum keluar lagi suara jeritan Demon yang melengking bersamaan dengan sebuah bola energi berwana hitam pekat terbentuk di hadapan kedua telapak tangan Bolin sebelum Warlock kerasukan itu menembakkannya ke arah Damian.

Damian menyerapah sebelum berguling ke samping, menghindari tembakan bola energi yang dengan cepat menghampirinya. Bola energi itu akhirnya meledak ketika mengenai salah satu tembok gudang, membuat lubang menganga disana. Damian melakukan hal yang sama ketika Bolin kembali menembak dirinya dengan bola energi.

Damian tahu ini adalah sebuah pengalihan lainnya karena dari sudut matanya dia bisa melihat Xiauqing sedang merentangkan kedua tangannya ke atas sambil bibir berkomat-kamit merapalkan spell baru. Udara sekitar semakin pengap dan aura gelap yang sudah dari tadi menyelimuti gudang tua ini semakin menebal. Damian benar-benar harus menghentikan Xiauqing. Tetapi pertama-tama dia harus mengalahkan Bolin dengan Demon apapun yang merasukinya.

Damian terus bergerak menghindari serangan Bolin sambil berusaha menutup jarak antara mereka. Ketika dia berada cukup dekat dengan targetnya, Damian sekali lagi mentransfer energinya ke pedang di tangannya dan mulai mengayunkan pedang apinya ke Bolin. Bolin sempat mengelak dengan menarik dirinya ke samping dengan gerakan yang mulus sekali seolah dia tahu Damian akan menyerang dirinya seperti itu. Damian menggeram kesal sebelum kembali mengayunkan pedangnya hanya untuk Bolin dengan mudahnya menghindarinya. Mereka terus melakukan tarian ini beberapa kali, dan jika Damian tidak tahu betul, dia yakin Bolin sedang mengejeknya dari caranya yang terus menghindari serangannya dengan mudahnya. Tapi dari ekspresi datar Bolin, itu tidak memberi tahu apa-apa.

Sampai Damian berhasil mengiris pundaknya ketika Bolin berusaha bergerak ke samping dan tidak mengantisipasi kalau ayunan pedang Damian itu hanyalah sebuah gertakan sebelum Damian memutar pedangnya dan menariknya ke atas, meggores dari dada sampai bahu Bolin. Bolin menatap luka di badannya, darah hitam mulai mengalir membasahi pakaiannya. Sebelum menatap kembali ke Damian dan dengan cepat, gelombang energi hitam mendorong tubuh Damian ke belakang. Membuat dia terkejut sambil terhempas beberapa meter untuk ke dua kalinya malam ini.

Damian berusaha bangkit setelah sekali lagi menggunakan tancapan pedangnya ditanah untuk menghentikan lemparan tubuhnya ke belakang. Namun bayangan hitam yang menyerupai tentakel melilit kaki kanannya. Melihat itu, Damian langsung memotong bayangan hitam itu dan melompat ke belakang ketika bayangan hitam lainnya mencoba melilitnya kembali. Namun Damian tidak memperhintungkan bayangan hitam ketiga yang berhasil melilit tubuhnya dari belakang, bahkan sebelum dia kembali menginjak tanah dari lompatannya. Dan dengan cepat bayangan-bayangan lainnya mulai satu-persatu melilitnya. Tubuh, kaki, dan tangannya di dekap oleh kumpulan tentakel bayangan hitam mengunci seluruh pergerakan tubuhnya dari leher sampai kaki. Genggaman di pedangnya melemah membuat senjatanya itu jatuh ke tanah

Damian mengerang ketika lilitan-lilitan itu dipererat sebelum kemudian tubuhnya ditarik ke arah Bolin yang merupakan sumber dari semua bayangan-bayangan hitam itu.

Bolin menatap dirinya dari balik mata hitamnya dan ekspresi datar ketika dia dibawa tepat dihadapannya. Damian balas menatanya dengan raut kesal. Dan kemudian sesuatu terjadi.

Damian bisa merasakan energinya berkurang dan dia semakin lama semakin lelah. Disaat itulah dia sadar kalau Bolin tengah meresap energinya. Damian menarik tatapannya ke bawah dan mendapati lilitan-lilitan dari bayangan-bayangan hitam yang mendekapnya memiliki cahaya-cahaya merah dari energinya. Mengalir dari tubuhnya ke tubuh Bolin. Dia coba memberontak dan dekapan bayangan-bayangan hitam di tubuhnya semakin erat. Di saat bersamaan, Damian dapat kemudian merasakan aura gelap yang dari tadi semakin tebal di gudang ini bertambah sepuluh kali lipat hingga mampu membuat dia susah bernapas. Damian mengangkat kepalnya dan fokusnya ke arah orang yang berada lima meter di belakang Bolin.

Xiauqing yang dari tadi sibuk dengan ritualnya sendiri kini berhasil membuat lingkaran asap hitam dan kelabu yang membentuk spiral di atas rentangan kedua tanganya. Mata Damian membulat dari balik topengnya ketika dia mendapati sebuah tangan raksasa yang keluar dari lingkaran spiral tersebut, sebuah lengan berotot dan kulit putih mulis yang dipenuhi lumuran cairan hitam kental. Jari telunjuk dari tangan raksasa itu menyentuh dahi Xiauqing meninggalkan bekas cap hitam disana. Wanita itu tersenyum di wajahnya sambil terus merapalkan spell-spell. Dan Damian tahu kalau dia telah kehabisan waktu.

Damian kelelahan. Dia tidak bisa lagi menggerakan lagi tubuhnya. Selain akibat lilitan bayangan-bayangan yang mendekapnya semakin erat, Damian yakin tulang-tulangnya sedikit lagi akan remuk, energi yang dihisap Bolin membuat dia mulai mati rasa. Belum lagi dengan energi yang diagunakan selama pertarungan ini. Damian benar-benar dalam masalah besar.

Beruntungnya Milo tidak ada lagi di dalam gudang tua ini. Karena apa yang akan dilakukan Damian selanjutnya sudah pasti akan menyakiti teman timnya itu jika dia memilih tetap tinggal di ruangan ini. Dan Damian sadar ini adalah satu-satunya jalan yang dia tahu dapat mengehentikan Xiauqing pada titik ini. Karena Wanita ular itu akan tetap menang jika Damian masih menunggu untuk bala bantuan datang.

Meskipun Damian hanya pernah melakukan aksi putus asa ini sekali, Damian tahu mekanismenya. Dia hanya berharap ayahnya tidak akan terlalu marah setelah semua ini.

"Oh ini bakalan sakit sekali." pikir Damian mulai memejamkan mata.

Dia mulai konsentrasin pada titik pusat energinya. Dia bisa lihat cahaya merah yang biasa bersinar terang di sana kini mulai meredup dan semakin lama semakin mengecil. Damian fokus lagi lebih dalam. Dibalik cahaya energinya itu, terdapat sebuah simbol magic yang di pasang ayahnya setelah pertama kali (dan juga terakhir kalinya) dia biarkan kekuatannya mengontrol dirinya. Dia mengambil sedikit cahaya energinya dan mengarahkannya ke simbol magic tersebut. Simbol tersebut langsung hilang begitu cahaya energinya menyentuh simbol tersebut dan sebuah aliran energi baru mulai masuk dengan begitu dahsyatnya. Bagaikan bendungan yang ambruk, semburan energi baru yang dirasakannya langsung memenuhi tubuhnya, dan terus bertambah. Tubuhnya mulai bercahaya merah dan dia bisa merasakan bayangan-bayangan hitam yang mencoba menyerap energinya mulai bergetar gelisah.

"Bagus." Pikirnya. "Kau mau mengambil energiku? Maka ambil ini!"

Dan dengan itu, Damian mulai meledak.

~*~

Damian menatap tajam dirinya di kaca.

Wajahnya masih basah setelah membasahinya di wastafel. Sebagian rambut hitamnya juga dalam keadaan yang sama. Mata coklat gelapnya memandangi mukanya. Luka gores dipipi kanannya sudah menjadi bekas, sementara lebam di area mata kanannya dan juga ujung kiri bibirnya sudah mulai hilang. Dia tidak seburuk dari sebulan yang lalu. Namun moodnya bisa dikatakan lebih parah.

Damian lebih memilih melawan Bolin yang kerasukan lagi bersama pasukan Demon berkapala ayam dari pada melakukan ini.

Terdengar ketukan dari balik pintu kamar mandinya.

"Apa kau sudah selesai merajuk? Karena ayahmu menunggumu di Aula."

Alis Damaian semakin bertaut namun dia tidak menjawab panggilan dari luar kamar mandinya itu. Karena pertama, Damaian tidak merajuk, tidak pernah. Dia hanya tidak suka dengan perintah ayahnya kali ini. Kedua, cara efektif dalam menghadapi AJ adalah dengan tidak menghiraukannya.

Damian beranjak keluar dari kamar mandi. Berjalan pincang dengan bantuan tongkat kayu di tangan kanannya.

Menggunakan magic selalu ada konsekuensinya. Dan apa yang dilakukannya sebulan lalu mempunyai harga yang harus dibayar. Pertama kali dia merasakan gelombang energi liar di dalam jiwanya, dia langsung kehilangan kontrol dan membuat ledakan magic di kamarnya. Satu-satunya alasan kenapa tidak ada korban jiwa akibat ledakan api liar dari dirinya itu adalah Oracle yang sudah "melihat" dari awal kejadian ini akan terjadi dan sudah menyiapkan Ward khusus untuk membendung ledakan tersebut. Dan Damian langsung lumpuh dari kepala sampai kaki selama tiga hari setelahnya.

Beruntungnya kali ini hanya kaki kanannya saja yang lumpu. Sialnya ini sudah jalan sebulan setelah misi di Fenghuang dan dia sama sekali tidak melihat tanda-tanda akan segera sembuh.

Damian bergerak melewati AJ yang bersandar di pintu kamarnya. Dia benar-benar mencoba untuk tidak menghiraukan cowok tinggi berambut pirang kriwil itu tetapi senyum lebar dari dia itu sangat mengejek sekali.

"Barang-barangmu sudah dibawa ke depan." Ucap AJ senang sekali. "Itu termasuk seragam sekolahmu juga." Tambahnya yang diakhiri dengan cekikikan akibat Damian yang tidak meresponnya. Mereka kemudian berjalan beriringan menuju aula. Well, AJ yang ingin berjalan beriringan sementara Damian berusaha semampunya untuk bergerak cepat dengan kaki pincangnya.

"Oh ayolah, adik kecil. Tersenyumlah. Ini adalah misi menyusupmu yang pertama!" Seru AJ beberapa saat kemudian.

Damian seharunya merasa senang karena benar ini akan menjadi misi pertamanya menjadi seorang mata-mata. Dia sudah berlatih bertahun-tahun untuk ini.

Akhirnya Damian tiba di Aula tanpa menggubris AJ dan terus bergerak melewati pilar-pilar besar yang ada di ruangan luas serba putih itu sampai dia tiba di depan altar Dewi Fate dimana seorang pria besar berdiri bersilang dada menatap datar Damian yang mendekatinya.

Kapten Brahms Redfield bukanlah orang yang ramah tamah dan penuh kasih sayang. Pria berambut cepak dan berotot besar-besar itu adalah orang yang keras dan dingin. Namun Damian tahu kalau dia adalah anak yang paling beruntung memiliki ayah seperti dia. Memang benar ciuman di kening selamat malam dan pelukan hangat adalah hal yang jarang terjadi namun semua itu digantikan dengan pelajaran hidup dan moral yang kuat ditanam sangat dalam di pribadinya sejak anak-anak. Dan Damian tahu ayahnya akan memindahkan gunung dan menutupi langit hanya untuk memastikan dia baik-baik saja.

Sama seperti yang dia lakukan terhadap anak buahnya.

Dunia paranormal bukanlah tempat kehidupan yang mudah. Namun anak buahnya tahu mereka sangat beruntung berada di bawah kepemimpinannya. Mereka sangat menghormati kaptennya. Damian sangat menghormati ayahnya. Dia ingin menjadi seperti dia.

"Bagaima dengan kakimu, nak?" Sapa ayahnya.

"Sedikit keram tadi pagi tapi sekarang sudah mendingan, sir." Jawab Damian sambil menggerak-gerakkan kaki kanannya.

Tatapan ayahnya berpindah ke pria menjengkelkan disampingnya.

"Kau sedang ditunggu oleh Oracle. Dia ada tugas untukmu."

AJ terlihat ingin sekali membantah namun memilih menurut ketika tatapan Brahms semakin menajam. AJ malah memilih memeluk paksa Damian yang penuh protes.

"Aku akan sangat merindukanmu, adik kecil. Jangan lupa makan sayuranmu!" Ucapnya sebelum beranjak pergi.

Damian bisa mendengar ayahnya yang mendesah melihat tingkah pria pirang curly itu sebelum fokus kembali ke dirinya.

"Dia masih terus mengganggumu?"

Damian menggrutu, "aku tidak tahu kenapa dia masih disini. Dia secara teknis bukan anggota COO!"

"AJ adalah kasus spesial." Kata ayahnya. Dia bergerak menggapai pundak Damian, menepuk-nepukinya sebelum berjalan kembali menuju pintu selatan di aula ini. "Ikuti aku." Perintahnya.

Mereka bergerak meninggalkan aula menuju taman selatan. Berjalan di koridor yang diimpit tanaman hijau dan indah di kanan-kiri. Tumbuhan-tumbuhan unik yang tidak pernah dijumpui di dunia para mortal.

"Aku tahu kau menginginkan Balteron. Kita semua inginkan keadilan untuk Mal." Kata ayahnya.

Damian hanya diam. Angin membawa wangi manis dari bunga-bunga di taman.

"Tetapi misi ini juga tidak kala pentingnya."

Ayahnya berhenti dan membalikan badannya menghadap dirinya. Mereka telah tiba di ujung koridor dimana sebuah portal telah terbuka.

"Organisasi ini selalu bekerja dengan pelan tetapi pasti. Dan kita selalu berhasil menegakkan keadilan. Percayalah, temanmu akan mendapatkannya." Ayahnya menatap Damian penuh keyakinan.

Damian menghela nafas, "itu seharusnya aku, yah."

"Aku tahu, nak. Tetapi Oracle membutuhkanmu untuk melakukan ini."

Well, itu mengubah segalanya.

"Kenapa ayah tidak mengatakan itu sebelumnya?"

"Aku tidak mau informasi ini akan mengubah hasil akhir misimu. Kau tahu apa maksudnya ini, kan?"

Damian tahu. Jika Oracle memilih misi ini khusus untuknya, maka ini akan berkaitan erat dengan dirinya. Apapun itu, dia akan segera mengetahuinya. Dan fakta bahwa ayahnya memberitahukan dirinya hal ini dapat diartikan kalau dia sudah memiliki izin untuk memberitahukannya dan itu berarti Damian harus benar-benar membuka pikirannya.

Damian menoleh menatap portal yang terus berputar membuat pusaran merah menyalah di ujung koridor.

"Ayah tahu aku akan tetap melakukannya." Dia mendesah. "Aku tidak perlu menyukai ini tetapi aku tetap akan melakukannya."

Ayahnya memberikan senyum yang jarang diberikan untuk orang-orang.

"Kau selalu membuatku bangga." Ekspresi ayahnya kembali serius. "Informasi lebih untuk misimu berada disebrang portal bersama barang-barang keperluanmu. Termasuk identitas barumu. Kau akan menemukan kontakmu di tempat tujuan."

Damian meneggakkan badannya dan mulai bergerak menuju portal.

"Dan Damian," panggil ayahnya. Dia menoleh kebelakang.

"Hubungi kami jika kau butuh bantuan. Aku akan datang."

Damian tersenyum. "Iya, yah. Aku tidak akan minta bantuan ular lagi."

Dan dengan itu dia menghadap balik ke portal dan mulai bergerak memasukinya.

avataravatar