1 DUNIA [MAYA]

At Cambridge University

Author POV

Mentari pagi hari tengah malu-malu menampakkan sinarnya. Masih bersembunyi di balik awan jingga khas pagi hari. Kicauan burung dan suara gesekan sapu lidi dari halaman belakang membuat suasana semakin riuh. Semilir angin pagi bertiup santai, masuk ke dalam tiap ruangan melewati gorden putih. Dingin tapi masih terasa menyegarkan.

Rupanya semilir angin itulah yang membuat siapapun yang merasakannya akan segera tersadar dari mimpi indahnya. Menggeliat ingin segera bangkit dari tidur semalaman, namun terkalahkan oleh kantuk yang tak dapat ditahan. Dan akhirnya kembali ke dunia mimpi lagi.

Pagi di Inggris tentu berbeda rasanya dengan pagi di tempat lain. Itulah yang dirasakan Rismaya Zabarjad atau biasa dipanggil Maya, mahasiswi tingkat akhir di salah satu kampus terfavorit di Negeri Ratu Elizabeth itu. Cambridge University lebih tepatnya, tempat Maya menimba ilmu selama tiga setengah tahun.

Ia memang mahasiswi tingkat akhir di kampus itu. Atau lebih tepatnya calon wisudawan. Dengan mendaftar di Jurusan Astronomi pada fakultas fisika dan kimia, ia menjadi salah satu dari beberapa mahasiswi yang berhasil mendapat beasiswa penuh di kampus itu. Dan sesuai dengan aturan Cambridge University, bahwa mahasiswa ataupun mahasiswi yang mendapat beasiswa akan tinggal di asrama.

Rismaya Zabarjad. Seorang gadis Indonesia atau lebih tepatnya dari Kota Batu, Malang, Jawa Timur. Ia jauh-jauh melanjutkan pendidikannya di Inggris karena ingin meningkatkan derajat keluarganya. Semenjak kematian ayah tersayangnya empat tahun silam, hanya ibunyalah satu-satunya keluarga yang ia punya untuk saat ini.

Dan hari ini adalah hari dimana ia menjadi wisudawan dari kampus yang selama ini diidam-idamkannya. Bukan hanya dia tapi seluruh negeri pun ingin berkuliah di sana.

"Hoooammm!! Oh, kau sudah bangun, Maya?" Tanya Jessy, teman sekamar Maya selama berkuliah di sana.

"Yup! Sudah setengah jam yang lalu malah," jawab Maya seraya membaca majalah tentang aurora dari berbagai negeri.

"Really? Oh shit! Ini bahkan masih pagi, May. Apa kau takut terlambat hingga bangun pagi-pagi sekali?" Tanya Jessy seraya melihat jam di ponselnya.

"Aku sudah terbiasa bangun pagi, Jes. Dan bukan itu yang kutakutkan," jawab Maya.

"So, apa yang kau takutkan?"

"Aku hanya takut jika nanti waktu nama lengkapku dipanggil akan aneh pengucapannya, " jawab Maya seraya menerawang.

"Hmmm aku paham maksudmu, May. Bahkan aku saja yang tiga setengah tahun sekamar denganmu saja masih kesulitan memanggil nama lengkapmu dengan baik dan benar. Lismaya Zabaljad? Yah seperti itulah," ucap Jessy. Ia memang warga asli Australia dengan background keluarga yang sangat berpengaruh di sana. Ayahnya adalah seorang lawyer handal sedangkan ibunya adalah seorang aktris terkenal. Jadi, untuk pengucapan nama asli Indonesia, lidahnya memang tidak terbiasa.

"Terserah kau sajalah," ujar Maya sambil memutar bola matanya.

"Hoammmmmm! Aku masih mengantuk, May. Bangunkan aku satu jam sebelum acara dimulai ya. Aku ingin melanjutkan mimpiku bersama Tom Cruise, " ucap Jessy sambil menutup tubuhnya dengan selimut birunya.

"Tom Cruise? Bahkan ia lebih cocok menjadi ayahmu." ujar Maya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya dan tersenyum.

"Terserah kau lah. Aku mau tidur! Bye!!" Jessy kembali ke dunia mimpinya lagi meninggalkan Maya yang saat itu sedang membaca majalah tentang aurora. Ia sangat menyukai pemandangan alam di langit itu.

Tiga jam telah berlalu dengan begitu cepat. Kini, Jessy dan Maya telah bersiap dengan seragam khas acara wisuda. Rambut Jessy yang berwarna pirang, tergelung rapi di belakang kepalanya dengan hiasan kepang di kedua sisinya. Sedangkan rambut Maya yang hitam dan pendek hanya dikepang sedikit sebelah kanannya dan yang lainnya masih tergerai. Rambut Maya hanya sampai bawah telinganya, jadi tidak perlu mendandani rambutnya.

Kini, Maya dan Jessy beserta seluruh wisudawan telah berkumpul di hall Cambridge University. Semuanya telah bersama orang tua mereka masing-masing. Berbeda dengan Jessy dan Maya. Orang tua Jessy adalah orang yang berpengaruh di negaranya jadi tak heran jika saat ini mereka tidak bisa menyempatkan waktunya untuk pergi ke acara wisuda putrinya. Sedangkan ibunya Maya tidak bisa menghadiri wisuda Maya karena faktor kesehatan yang sudah tak lagi kuat bepergian.

Dari kejauhan nampak seorang gadis melambaikan tangan ke arah Jessy dan Maya. Ia sangat cantik dengan rambut hitamnya yang dikepang ke belakang. Bukan nampak culun tapi justru sangat menawan. Tubuhnya ramping dengan kulit putih seperti Maya.

Rismaya POV

Riuh ramai memenuhi halaman hall Cambridge University, kampusku. Kulihat semua wisudawan telah bersama orang tua mereka masing-masing. Hanya aku dan Jessy yang berdiri melihat pemandangan mengharukan itu. Yah bisa dibilang memang aku dan Jessy punya banyak kesamaan, salah satunya masalah orang tua yang kurang perhatian. Jessy, anak seorang yang berpengaruh di negaranya, jadi wajar jika orang tuanya tidak bisa menghadiri wisuda putrinya. Sedangkan aku, Ibuku sendiri usianya sudah tak lagi muda sehingga untuk bepergian ke luar kota saja sudah tidak kuat apalagi untuk pergi ke luar negeri.

Ketika aku dan Jessy sedang mengamati para wisudawan yang bermesraan dengan orang tua mereka tiba-tiba dari kejauhan nampak gadis cantik berambut panjang menghampiri kami.

"Hai Jessy. Hai Maya. Sudah lama aku tidak bertemu kalian, " sapa gadis cantik berperawakan tinggi dan berkulit putih itu.

"Hei juga, Cyntia. Bagaimana kabarmu?" Tanyaku kepada gadis itu. Yup! Gadis yang tadi menyapaku adalah Cyntia Danastri, sahabatku dari negara yang sama namun berbeda kota. Ia tinggal di Kota Blitar, sedangkan aku di Kota Batu. Hanya berjarak dua jam dari rumahku. Aku mengenalnya ketika masuk di Cambridge University. Sebelumnya aku tak mengenal satu teman pun dari Indonesia.

"I'm fine, May. Hai Jessy, kau tampak semakin cantik dengan riasan rambutmu. Terlihat seperti putri di kerajaan," ucap Cyntia kepada Jessy dengan bahasa Inggris. Dan memang bahasa Indonesia Jessy hanya sebatas bertanya kabar dan tentang makanan saja.

"Oh terima kasih, Maya. Kau juga selalu cantik dengan rambut hitam panjangmu. Aku bahkan selalu ingin punya rambut sepertimu," ujar Jessy. Mereka terlihat sangat akrab. Yah memang aku yang mengenalkan Jessy kepada Cyntia pada awal kuliah. Awalnya aku ragu mereka akan seakrab ini, tapi ternyata dugaanku salah.

"Ah kau bisa saja, Jessy. Oh iya, setelah ini kalian ada rencana kemana? Kalau tidak acara, aku ingin mengajak kalian ke acara pesta di rumahku nanti malam." Jika dipikir-pikir memang sudah beberapa bulan aku tidak berkunjung ke rumah Cyntia yang di Inggris. Lebih tepatnya di London. Dulu, memang aku sering berkunjung ke sana saat liburan tiba. Bukan hanya aku yang diajak, tapi Jessy pun juga diundang ke sana.

"Really? Oh sudah lama aku tidak ke rumahmu, Cyntia. Aku bahkan sangat merindukan Nasi Pecel buatan bibi mu itu. Hmmmm membayangkan saja aku sudah ngiler. Hahahaha!!" Jessy memang seperti itu. Selalu ceria dan tak pernah sedih. Sangat cocok dengan sifat riang Cyntia.

"Oke, nanti aku tunggu pukul tujuh malam. Atau kalian ingin langsung ke rumahku setelah acara ini selesai?" Tanya Cyntia. Ia memang tak pernah sungkan menawari kami segalanya. Termasuk menginap di rumahnya.

"Aku terserah sajalah," ucapku pasrah. Bila disandingkan dengan mereka berdua memang dirikulah yang paling introvert.

"Aku setuju kalau langsung ke rumahmu setelah acara ini selesai. Daripada kembali ke asrama yang pastinya akan sangat membosankan," ucap Jessy dengan bibir sedikit manyun.

"Okay, Deal! Aku sangat tidak sabar menantikan acara malam ini."

Tiba-tiba ringtone ponselku berdering. Menampakkan nama Ibu Sri. Beliau adalah tetangga samping rumahku yang aku pasrahi untuk menjaga Ibuku sementara saat aku masih di kampus. Beliau memang jarang sekali menelfonku. Ku alihkan pikiran burukku kemudian ku angkat telfonnya.

avataravatar
Next chapter