1 Pertemuan

~Dirimu itu bagaikan indah, bahkan lebih indah dari keinginanku yang hanya sebatas angan~

....

"Sudahlah ibu, aku tak akan pernah menerima pertunangan ini"

"Berhenti membantah Rena, kau tahu Aleo Wijaya itu siapa!"

"Ibu, aku bukan anak kecil lagi, lagi pula orang itu sangat jauh lebih tua dariku"

"Ibu tak mau tahu, kau tetap akan bertunangan denganya! "

"Argg,, persetan! "

Kusambar kunci mobil yang ada di meja kecil sebelahku. Berjalan dengan kaki yang dihentakkan keras menuju bagasi, mengambil mobil sedan merah milikku.

Melajukan mobil tanpa menghiraukan teriakan ibu yang beberapa hari ini membuat kepalaku pening.

Bertunangan dengan pria yang 10 tahun lebih tua dariku, ya itu keinginan ibu, bahkan ayahku tak bisa mengelak saat keputusan ibu sudah bulat.

Mungkin jalan jalan bisa membuat kepalaku normal lagi. Sekarang masih pukul 5 sore, namun jalanan masih saja terlihat ramai.

Kuparkirkan sedan merahku asal, dan melangkahkan kakiku memasuki sebuah bangunan yang notabenya sebuah club malam.

Tanpa pikir panjang kupanggil seorang bartender berambut merah dan memesan sebotol minuman

"Ada yang bisa saya bantu nona?"

"Yah, berikan aku satu botol saja"

Bartender itu mengangguk dan pergi mengambilkan pesananku. Jujur saja kemampuan minumku sangat lemah, namun aku rasa satu botol tak berpengaruh berat untukku.

Sembari menunggu pesanan, kusapukan pandanganku keseluruh penjuru ruangan, tak banyak pengunjung.

Tepat berjarak 2 bangku dariku, terlihat sepasang pasangan tengah beradu mulut.

"Apa maumu, kau masih tak mau mengaku hah, kau tau kan ibumu menjodohkan kita?" sang gadis berambut merah itu mulai memojokkan pasanganya

"Apa lagi yang harus kuakui, semuanya sudah jelas, bahkan kau sendiri yang mencoba menduakanku, sudah jelas kau yang berciuman dengan pria selingkuhanmu itu!" pria berambut dark blue itu tak mau kalah dengan sang gadis.

"Tapi kau yang membuatku seperti itu, kau yang membuatku berciuman dengan dia, arghh semua ini salahmu!"

Pria dark blue itu memandang dingin sang gadis lalu berdiri dan pergi menuju bar bagian belakang. Saat sang pria pergi, kulihat gadis dengan dress mereh itu menuangkan sebotol kecil cairan kedalam minuman prianya, lalu tersenyum sinis dan melipat tanganya didepan dada.

"Permisi nona, ini pesanan anda" bartender bername tage Aldino Setyawan itu sukses menyadarkanku dari acara menguping tadi

"Ah,, iya,, terima kasih " ucapku dibalas anggukan kecil darinya yang lalu pergi menuju mejanya kembali.

Kulanjutkan acara mengupingku tadi. Pria dark blue itu kembali dan duduk di kursinya semula, dengan wajah dan sebagian rambutnya yang basah.

Pria itu meminum minumanya. Aku mengerutkan dahi, saat melihat gadis itu tersenyum kemenangan.

Beberapa detik kemudian dahi pria itu mulai mengeluarkan keringat, tanganya sibuk mengibas ibas pada badanya. Pria itu berdiri dan berlari menuju belakang bar lagi, sementara gadis itu berdiri dan pergi dari bar ini.

"Hah dasar, pasangan bodoh"

Kuminum minumanku tanpa menuangkannya dalam gelas. Terasa manis, pahit, asam bercampur menjadi satu, namun masih dominan dengan rasa pahit yang menjalar disetiap tubuhku, beberapa beban pikiranku hilang begitu saja, kepalaku terasa sangat ringan.

Kuangkat tinggi tinggi botol minuman yang tinggal setengah ini. Lalu meminumnya hingga tak tersisa setetes pun.

Beberapa detik kemudian rasa mual mulai menyerangku. Tanpa pikir panjang lagi aku berlari menuju belakang bar menunggalkan tasku disana.

Sampai disebuah koridor, terlihat 3 buah pintu yang semuanya sama. Langsung saja kubuka pintu tengah dan alhasil samar kulihat sebuah kamar dengan kasur king size. Pandanganku teralih pada satu pintu dipojok ruangan.

Kubuka pintu itu, aku berhasil menemukan kamar mandi. Kukeluarkan semua isi perutku di wastafel dan mengusap mulutku menghilangkan sisa muntah.

Kepalaku mulai pusing. Samar kulihat seorang pria tanpa busana di belakangku.

Hingga terasa sebuah lengan kekar melingkari perutku dan terdengar suara serak seorang pria didekat telingaku

"Kau sudah selesai sayang?" bisiknya

Kepalaku sangat pusing, tanganku mencengkram erat tangan pria itu. Dan beberapa detik kemudian semuanya gelap.

avataravatar
Next chapter