1 Bab 1

Vote sebelum membaca 😘

.

'Pernikahan adalah sebuah benteng besar yang tidak ketahui apa yang ada didalamnya. Bisa saja neraka ataupun surga'

.

.

Inikah yang disebut takdir hidupku ? Dimana aku masuk ke satu gerbang yang tidak aku tahu apa di dalamnya. Tapi setidaknya aku memiliki gambaran akan hidup seperti apa dibalik gerbang itu, sesuatu yang ada di dalamnya mungkin tidak akan pernah bisa beradaptasi dengan diriku yang hanya termasuk kaum murahan.

Dan sekarang, aku sedang memegang gerbang itu. Dimana aku tidak bisa keluar lagi karena gerbang itu tertutup dengan ratusan uang yang menghalanginya.

Bayangan sesuatu yang akan terjadi di gerbang itu membuatku begidik, aku tahu posisiku hanya sebagai budak belian. Tapi aku pernah mengalami hal yang lebih buruk dari ini, dimana aku harus dikerumuni oleh pria pria berhidung belang dengan perut buncit, mereka menaburkan uang pada tubuhku. Hatiku berdenyut ketika mengingat hal itu kembali. Pahit. Itulah kata yang menggambarkan kehidupanku di dunia malam.

Mata sayuku menatap pantulan seorang perempuan dicermin dengan gaun putih yang bertaburan berlian, pita merahnya terlilit sempurna di pinggangku. Mereka merancang sedemikian rupa hingga tidak ada yang tahu umurku yang sebenarnya, gaun mewah ini menenggelamkan semua pandangan manusia hingga aku tampak seperti sosok wanita matang dengan sejuta kesempurnaaan dan dapat bersanding dengan seorang billionaire dunia.

Keheningan hanya menyelimutiku dengan cermin yang memantulkan wajah cantikku, hingga pintu terbuka dan masuklah sosok wanita yang memandangku remeh dari atas hingga bawah. Aku melihat tatapan itu dari kaca, wanita itu menutup pintunya lalu melipat tangannya di dada dan berjalan ke arahku dengan sombongnya. Bahkan aku tampak seperti pembantu di mata wanita itu yang sebenarnya adalah adik dari pria yang akan aku nikahi.

Aku masih tetap berdiri tanpa ekspresi apapun saat wanita itu menyentuh bahuku dan menatap remeh, mengejek dan aku tahu pasti apa yang ada dalam pikirannya.

Dialah wanita yang mencaciku saat aku diperkenalkan oleh Nyonya Gloria Hudson. Wanita ini dengan entengnya mengatakan aku jalang dan aku tidak mampu mengelaknya, karena memang itulah faktanya.

"Kau terlihat bahagia memakai pakaian mahal itu, jalang." ia berucap dengan berbisik di telingaku hingga ketakutan asliku mulai muncul.

Mataku menunduk dan membuatnya tersenyum kemenangan dan melepaskan tangannnya pada pundakku. Ia menatap tangannya lalu meniupnya seolah disana ada ada kuman yang sangat menjijikan.

"Aku disuruh mommy untuk membantumu, tapi kau tahu aku tidak akan sudi. Kau tidak pantas berdiri diantara keluarga Hudson meskipun sebagai pengganti Cordelia." ia kembali berucap sambil duduk disofa dan memainkan handphonenya.

"You are the most terrible bitch," ucapnya lagi yang masih aku abaikan.

Aku hanya diam tanpa menjawab apapun, toh jika aku berkata sesuatu sekali pun akhir akhirnya ia masih tetap akan mencaciku, dan akan lebih parah jika ia mengingatkanku kembali pada pekerjaan lamaku disebuah bar ternama di London, melacur.

Kakiku terasa pegal terus berdiri dan aku hendak duduk disamping wanita itu, mungkin tak sopan jika aku terus berkata wanita itu. Namanya adalah Molly Evangeline Hudson, adik dari seorang billionare yang telah mengguncang dunia beberapa tahun terakhir ini, Jack E Hudson.

"Hei mau apa kau kemari?" tanya Molly dengan jijik.

"Duduk," cicitku dengan suara yang hampir saja tertelan.

PLAK !

PLAK !

Aku terdiam saat Molly menamparku dua kali hingga wajahku berpaling ke arah kanan. Pipiku terasa terbakar dan saat aku melirik cermin, warna merah tercetak jelas dipipi kiriku. Walaupun sudah berulang kali mendapat tamparan dari berbagai jenis manusia, tapi tetap saja rasanya sama. Menyakitkan. Saat dimana tidak ada orang menghargaimu bahkan untuk satu hari saja.

Dengan mata yang mulai berair aku menatap takut Molly yang tingginya jauh di atasku. Ia mendekat padaku sementara kakiku otomatis menyuruh mundur sebab takut akan kembali mendapatkan tamparan ataupun pukulan.

"Duduk?! denganku?! enyahlah kau jalang. Dasar budak belian," ucapannya kembali mengingatkanku pada posisiku di keluarga Hudson, aku memang budak belian.

"Ma-maaf." bibirku mengatakan kata itu dengan bergetar. Sejatinya aku adalah gadis yang lemah sejak aku kecil. Tatapan Molly mengintimidasiku hingga aku sungguh menyesal berniat duduk di sebelahnya.

"Hetikan Molly!!" sebuah bentakan membuat Molly mulai menjauhkan tubuhnya dari tubuhku dan pergi begitu saja meninggalkanku yang masih terdiam sempurna.

"Maafkan dia, Gwen. Kau tahu sifatnya memang seperti itu."

"Ti.. tidak apa Nyonya Gloria." aku mengatakannya dengan tersenyum lembut. Akan lebih jalangnya aku jika tidak menghormati seseorang yang telah membebaskanku dari tempat terkutuk itu.

"Jangan memanggilku seperti itu, dear. Kau adalah anakku. Panggil aku Mom." aku hanya tersenyum getir mendengarnya, rasanya sudah sangat lama aku tidak mendengar seorang wanita mengatakan 'anakku' untuk diriku.

"Aku tahu pernikahan ini menyakitimu." dengan cepat aku menggeleng saat Nyonya Gloria mengatakan itu.

"Tidak nyonya, anda menyelamatkan saya dari tempat terkutuk itu. Saya akan membayarnya untuk itu." Nyonya Gloria tersenyum.

"Ingat Gwen, namamu adalah Cordelia Argueilard. Umurmu 23 tahun bukan 17 tahun." aku hanya mengangguk mengerti.

Nyonya Gloria kembali mengingatkanku kembali dengan identitasku yang baru. Namaku Cordelia Argueilard dan umurku adalah 23 tahun. Aku bertugas untuk menggantikan Cordelia mengucapkan janji sucinya lalu mengabdi pada keluarga Hudson.

Wanita tua itu keluar dari ruangan setelah menyuruhku memperbaiki riasan dan bersiap kembali. Aku tidak lah sempurna, aku seorang perempuan cacat yang melayani pria di sebuah bar. Entah mengapa, Nyonya Gloria membeliku dengan harga yang fantastis. Padahal aku adalah pelacur yang tidak memiliki keistimewaan.

Setelah aku memperbaiki riasan, seseorang mengetuk pintu meskipun pintu itu terbuka, pria itu mengangguk kepadaku pertanda ini sudah waktunya. Aku mengehela nafasku berat dan mengikuti langkah pria itu yang membawaku pada Tuan Lukas Argueilard.

"Lingkarkan tanganmu pada tanganku dan jangan terlihat gugup. Hari ini kau akan menjadi putriku. Hanya sementara." aku hanya diam tidak banyak bicara dan melakukan apa yang Tuan Lukas katakan.

Aku mengikutinya menuju pintu besar di mana di sana berjuta juta pasang mata akan menatapku dengan tatapan berbeda. Dan terbukalah pintu besar itu, benar saja beratus ratus manusia langsung berdiri menatapku dan Tuan Arguelard. Aku hanya tersenyum tipis dan berjalan dengan anggun seperti yang mereka ajarkan seminggu yang lalu.

Sebuah pernikahan yang sangat mewah, bergaya eropa klasik dengan bunga mawar putih menghiasi beberapa sudut. Swarovski bertaburan dimana mana, makanan mahal berjajaran dengan sempurna. Para tamu dengan pakaian mahal mereka menutup mulutnya saat menatapku, sebenarnya apa yang terjadi? Seorang Argueilard pasti dikenal banyak orang. Apa mereka tidak pernah melihat putrinya?

Tuan Argueilard membawaku menuju altar dimana seorang pria yang selalu menatapku dingin, tanpa bicara dan hanya memandang jijik menungguku dengan wajah datarnya. Tak lupa para tamu juga memuja wajah tampannya, seorang pria yang sukses pada usianya yang masih muda.

Diusianya yang ke 25 sudah menjadi billionaire. Hidupnya menjadi panutan berbagai pengusaha dan ia sangat berpengaruh penting dalam perkembangan teknologi dunia.

Pernikahan ini dirahasiakan dari publik. Sudut mataku melihat seorang wanita bergaun peach yang dimarahi oleh bodyguard yang ditugaskan mengamankan keadaan. Aku tahu mengapa wanita itu dimarahi, ia berniat memotretku dan Tuan Argueilard tadi.

Pikiranku semakin berkecamuk bingung apa yang terjadi. Dua perusahaan besar yang digabungkan pasti tidak akan banyak rintangan. Tapi apa ini ?? Aku menggantikan posisi putrinya mengucapkan janji suci. Meskipun aku bingung, tapi bibirku masih membentuk senyuman tipis yang cantik.

Aktingku berjalan dengan baik, persis seperti wanita bangsawan yang terlahir kaya. Bahkan Nyonya Gloria mengajarkanku berakting dengan sangat baik, saat aku keluar dari rumah laknat itu aku langsung menerima tawarannya. Sebagai pengganti Cordelia.

Tanpa kusadari tanganku telah beralih ketangan seorang pria yang kutahu namanya Jack Evanders Hudson dan ia adalah tuanku. Aku adalah budak belian keluarganya, tidak lebih. Saat pendeta mulai berbicara semua orang berhenti bicara. Hening. Saatnya janji suci diucapkan, kami saling berhadapan. Aku memasang wajah tersenyum padanya, tapi ia malah menyunggingkan senyumannya mengejek.

"I accept you Cordelia Arguelard to be my wife, to have one another and keep, from now forever. In times of trouble and joy, in times of abundance and in deprivation, in good health and sickness, to love one another and to esteem, till death divides us, according to the sacred law, and this is my sincere faithful promise." ucapnya dengan sangat lancar. Tatapan matanya terlihat sangat serius dan ia berucap dengan segenap hatinya terutama saat mengucapkan kata 'Cordelia Argueilard'.

Hati kecilku terasa sakit saat ragaku memakai gaun pengantin dan melakukan pernikahan dengannya, tapi janjinya bukanlah untukku.

"I accept you Jack Evanders Hudson to be my husband, to have one another and keep, from now forever. In times of trouble and joy, in times of abundance and in deprivation, in good health and sickness, to love one another and to esteem, till death divides us, according to the sacred law, and this is my sincere faithful promise." ucapku dengan sama jelasnya.

Tanpa ia tahu aku benar benar mengucapkannya, mengucapkan namanya dan mengklaimnya sebagai suamiku. Miliku. Meskipun ia menjanjikan untuk wanita lain. Tapi aku mengucapkan janji suci itu untuknya.

"please kiss your wife, sir." perintah pendeta saat aku dan dia telah bertukar cincin.

Tanpa persetujuanku pria itu menarik pinggangku lalu menciumku, menggerakan bibirnya dan dengan gilanya ia menggigit bibir bawahku hingga mengeluarkan darah. Karena aku memakai lipstik merah, tidak ada yang tahu betapa menyakitkannya saat bibirku terluka seperti ini.

Aku meremas tuxedo hitamnya dan mengerang sakit. Tapi aku menahannya karena ini perjanjianku dengan Nyonya Gloria. Aku akan menerima apapun yang dilakukan oleh tuanku, meskipun aku tidak tahu mengapa aku harus menggantikan wanita yang bernama Cordelia.

Ia berhenti menciumku dan menjilati bibir milikku. Seringai iblisnya kembali tercetak diwajah tampannya.

"Jalang kecilku," ucapnya di depan bibirku bersamaan dengan suara tepuk tangan yang menggema di ruangan ini. Tatapan matanya, ia memang hanya memandangku sebagai sampah. Tidak lebih.

avataravatar
Next chapter