1 Arjuna (Chapter 1)

"Arjun! Ayo bangun!" seru seorang pria paruh baya bernama Rudi.

Anak laki-laki berusia delapan belas tahun bernama asli Arjuna itu pun menguap lebar dan enggan membuka matanya.

"Ayo bangun!" seru Rudi sekali lagi. "Atau nggak, Ayah bakalan siramin air buat kamu!"

Namun, laki-laki yang akrab disapa Arjun itu justru kembali tidur. Tentu saja, sang Ayah tidak akan menyerah. Beliau pun segera mengambil air satu timba dari kamar mandi dan menyiramkannya kepada Arjun. Laki-laki itu pun terkejut.

"Ayah kenapa sih?! Iya, aku bangun sekarang!" Arjun pun bangun dengan terpaksa karena tubuhnya yang basah kuyup. Ia pun segera melangkah ke kamar mandi.

Di tengah perjalanan menuju kamar mandi, Arjun melihat Kakaknya yang bernama Robby sedang makan. Pria berusia dua puluh satu tahun itu begitu heran melihat adiknya basah kuyup.

"Lo kenapa? Disiram lagi sama Ayah?" tanya Robby.

"Apa sih? Kepo amat!" sahut Arjun dengan jengkel. Robby pun hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala mendengar jawaban dari adiknya.

Arjuna Subiantoro, ia adalah laki-laki tampan bertubuh tinggi dan hidung yang mancung. Serta rambutnya yang sedikit panjang. Ia adalah seorang siswa di SMAN Nusa, Jakarta. Sekolah itu adalah sekolah negeri yang tidak begitu diperhitungkan. Sebab selain biayanya yang murah, sekolah itu dipenuhi oleh siswa dan siswi yang juga tidak diperhitungkan. Semua siswa dan siswi di sana dikenal miskin dan juga bodoh.

Berbeda dengan kakaknya yang juga lulusan di SMAN Nusa, Jakarta. Robby Subiantoro, atau yang akrab disapa Robby itu memiliki fisik yang hampir sama dengan Vino. Hanya saja, tubuh Robby lebih berisi karena sering olahraga.

Robby dikenal sebagai mantan siswa yang pintar dan patuh terhadap peraturan. Ia dikenal sebagai seseorang yang berprestasi dalam bidang akademik dan non-akademik.

Arjun seringkali dibanding-bandingkan dengan Robby dalam berbagai bidang meskipun kakaknya itu telah lulus sebelum dirinya memasuki sekolah itu. Namun, Arjun hanya menganggap semua ocehan guru adalah angin lalu. Namun, ia sangat beruntung karena tidak pernah tinggal kelas.

Mereka berasal dari keluarga dengan ekonomi menengah ke bawah. Dulu, mereka adalah orang kaya. Namun, perusahaan Rudi bangkrut. Hal itu juga menyebabkan Sofia, Ibu Robby dan Arjun meninggal akibat serangan jantung.

Arjun adalah anak yang memiliki Disleksia sejak kecil. Ia menyadari hal itu setelah menonton sebuah film yang persis dengan dirinya. Namun, ia baru menyadari hal itu setelah ia tumbuh dewasa.

Arjun hanya tinggal bertiga dengan Robby, dan juga Rudi di sebuah rumah yang sederhana. Mereka memiliki sebuah toko kelontong di dalam rumah untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.

Saat ini, mereka bertiga tengah duduk di ruang makan sembari menyantap sarapan masing-masing.

"Arjun, kamu harus contoh Kakakmu," ujar Rudi. "Kalau nggak mau pintar, paling nggak, kamu harus bisa bangun pagi sendiri,"

Arjun mengembuskan napas panjang dan mengangguk-angguk. Namun tentu saja perkataan Rudi hanya masuk ke telinga kanan, dan keluar di telinga kiri.

"Yah, aku berangkat dulu," Robby berdiri dan mencium tangan Rudi. Pria paruh baya itu pun memberikan uang sebanyak tiga puluh ribu rupiah kepada Robby.

"Nih, buat makan sama uang bensin," ujar Rudi. Robby pun menerimanya. Sementara Vino yang melihatnya pun cemberut.

"Aku nggak dikasih?" tanya Arjun dengan bibir yang maju beberapa senti. Rudi pun lagi-lagi mengeluarkan uang dari saku celananya. Namun, ia hanya memberikan uang sebanyak sepuluh ribu rupiah.

"Kok cuma segini? Nggak adil banget," Arjun masih cemberut.

"Kamu kan nggak pakai motor. Kenapa minta banyak? Dasar anak nggak tahu diri!" seru Rudi. Pria paruh baya itu pun pergi ke kamarnya.

Arjun lantas menatap Robby dengan penuh rasa iri.

"Kenapa sih lo dibeliin motor, sedangkan gue enggak?!" tanya Arjun dengan kesal. Robby pun membelai rambut Arjun.

"Lo harus bisa buktiin kalau elo juga bisa bikin Ayah bangga, Jun," sahut Robby.

"Gue udah nyoba dari dulu, tapi nggak pernah berhasil!" seru Arjun. "Mungkin benar, gue ini cuma anak pungut,"

"Heh! Sekali lagi lo ngomong gitu, gue nggak mau ngomong lagi sama lo!" Robby jadi kesal mendengar perkataan adiknya. Arjun pun berdiri.

"Siapa juga yang mau ngomong sama elo?! Mulai sekarang, kita nggak usah saling ngomong lagi!" seru Arjun sembari menggebrak meja dan pergi meninggalkan Robby. Kakaknya pun hanya bisa menghela napas panjang melihat kelakuan adiknya yang menganggap serius perkataannya...

*****

Arjun telah tiba di kelasnya. Ia tengah bermain game Free Fire dengan teman-teman satu kelasnya, yaitu kelas sebelas IPS.

"Ya ampun, pagi-pagi udah main game," gumam seorang siswi bernama Citra yang duduk di sebelah Arjun.

"Emang kalian semua udah ngerjain PR?" tanya Citra kepada semua murid di kelasnya. Arjun pun baru ingat dan segera mengeluarkan peralatan tulisnya.

"Lo udah selesai kan? Gue pinjam dong!" pinta Arjun. Citra pun memberikan buku tulisnya kepada Arjun. Pemuda itu pun segera menyalin semua jawaban yang ada di buku itu.

"Sampai kapan sih lo mau kayak gini terus?" tanya Citra.

"Sampai lo udah nggak ada di samping gue lagi," sahut Arjun sembari menyalin jawaban.

Citra Agatha, atau yang akrab disapa Citra, dia adalah gadis berparas cantik dengan ciri khas matanya yang besar dan bulat. Ia adalah gadis berambut panjang yang rajin dan pintar. Citra juga merupakan sahabat Arjun sejak kecil dan dikenal pintar. Kepintarannya di kelas ini tidak ada tandingan. Sebab, hanya Citra yang pintar di sini. Namun kepintarannya justru dimanfaatkan oleh murid-murid lainnya.

Semua orang tahu bahwa Citra jatuh cinta dengan Arjun. Akan tetapi hanya Arjun yang tidak mengetahuinya. Bisa dibilang tujuan Citra masuk di SMA Nusa hanya untuk bisa berada di dekat Arjun. Dia juga adalah orang pertama yang mengetahui bahwa pria itu memiliki sindrom Disleksia. Namun, ia tidak tahu bagaimana caranya untuk menyembuhkan laki-laki itu ...

*****

Sekolah telah usai. Para murid pun kembali pulang ke rumah masing-masing. Arjun, Citra, dan dua orang murid lainnya pun masih di jalan bermain dengan sepeda mereka sembari menikmati angin yang berembus.

Dua orang murid lainnya itu adalah laki-laki berkacamata yang bernama Rio, dan satunya lagi seorang laki-laki bertubuh kurus bernama Ali. Mereka berdua bersahabat dengan Arjun dan Citra sejak memasuki kelas sebelas IPS ini.

Di tengah jalan, Arjun melihat murid-murid dari sekolah internasional, St. Morena, mereka semua pulang sekolah dengan seragam yang jauh lebih bagus daripada yang dikenakan Arjun dan juga teman-temannya. Mereka juga dikenal sebagai sekolah terfavorit karena semua murid-muridnya yang berprestasi.

Namun ada satu orang yang menjadi fokus Arjun. Yaitu wanita berambut hitam dan panjang bergelombang berwajah blasteran Indonesia dan ... mungkin Amerika. Tubuhnya juga tinggi semampai bak seorang model.

Kepala Arjun tiba-tiba diarahkan kepada Citra oleh tangan gadis itu.

"Kenapa kamu ngeliatin dia?" tanya Citra sembari memegang dagu pemuda itu.

"Kamu tahu kan kalau kita nggak sederajat sama mereka?" tanya gadis itu lagi. "Mereka dari kalangan atas. Sedangkan kita? Hanya orang miskin yang selalu dipandang rendah sama mereka,"

"Ya nggak apa-apa kan? Sekali-sekali gue lihat yang cantik gitu," sahut Arjun. Ia pun mendahului menjalankan sepedanya.

Citra hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala sembari tersenyum melihat tingkah Arjun ...

***** TBC *****

avataravatar
Next chapter