4 × 3 × Incident +

Suasana panas dapur semakin menjadi tatkala dua insan itu malah bertegur sapa dengan sahutan intonasi tinggi. Orang-orang sudah berusaha menghentikan mereka. Namun berakhir sia-sia manakala perdebatan itu justru semakin memanas.

"Pulanglah Jeon Jungkook! Kau mengganggu pekerjaanku, sialan!" Hana bersahut marah. Menyidekapkan tangannya di depan dada, garang.

"Hidupku! Maka jangan mengaturku!" murka Jungkook. Sementara para pendengar banyak yang tertegun, diam, berpura tak dengar, bahkan ada yang terkagum-kagum pada sosok Jeon Jungkook hingga diam-diam mengeluarkan ponsel guna memotret.

"Dan ini bukan tempatmu Jungkook-ssi. Pergilah ke rumah megahmu itu dan biarkan aku bekerja!" Intonasi yang tak gentar sama sekali, bahkan saat sudah tahu bahwa pria di hadapannya ini bukanlah pria sembarangan. Pria yang teramat kaya bahkan diincar para gadis diberbagai penjuru Korea Selatan. Diagungkan bahkan katanya mendapat sahutan saat memanggilnya saja menandakan bahwa kau akan beruntung.

Ck, dunia sudah gila.

"Aku hanya perlu membelinya! Mudah bukan?" sahut Jungkook berucap enteng terlihat tanpa beban yang menumpuki dirinya, kentara retoris. Oh, semua orang tahu pria ini sangat kaya. Maka membeli restoran seperti ini adalah hal kecil bahkan hampir tak berharga bagi pria itu.

"Pemilik restoran ini mengurusnya dengan baik. Jika kau membelinya aku tidak yakin bagaimana masa kelak tempat ini Jeon!"

"Kim Hana-ya jika uang ada padamu maka gunakanlah itu. Hamburkan selama kau masih hidup. Karena tidak ada yang menjamin pada kehidupan kedua," tutur Jungkook. Jujur saja sedikitnya cukup terasa realistis. Namun terlalu mempermainkan hidup dan ─Hana tidak suka itu.

"Bergantunglah pada uangmu Jeon Jungkook. Aku akan bergantung pada kemampuanku kita berbeda maka pergilah!" Hana sudah kelewat geram. Tidak akan ada toleransi lagi jika pria ini kembali berucap pongah.

"Sejak awal aku tidak mengharapkan apapun Hana-ya. Apa kau berharap sesuatu, hm?" Sebelah alisnya menjungkir naik, pun mendekatkan wajahnya sedikit.

"Dalam jarak ini kau sudah terlalu jauh memasuki garis teritorial-ku Jungkook-ssi. Akan sangat mudah merusak tulang hidungmu di jarak ini." Katakanlah Hana gadis yang jahat atau keji. Ya, sebagai gadis. Dirinya yang memasuki sekolah elite berkat beasiswa kendatipun memiliki kondisi ekonomi yang tergolong buruk. Dan berakhir memilih bekerja paruh waktu.

"Di mana baju basahmu itu?" Ya, itu Jungkook yang bertanya. Gadis itu telah mengganti bajunya menjadi pakaian waiter kendati dia juga memasak di dapur ini. Hana dianggap berbakat di restoran ini. Maka dirinya juga dipercaya dalam banyak hal. Kenaikan gaji juga tak dapat terelak tentunya.

Nyatanya pria itu telah memakai pakaian kering sempurna beserta hoodie hitam berharga tak murah pun jeans dengan sedikit robekan pada lutut dan bagian pahanya, ─menawan. Tapi tidak untuk Kim Hana. Tidak ada tampan, cantik, atau buruk di kamusnya. Entah untuk selamanya atau hanya sesaat.

"Bukan urusanmu Tuan Jeon!" sahut Hana kesekian kalinya. Menghela begitu kasar ketika merasa sangat lelah dengan drama picisan ini. Terlebih banyak mata yang mengintip dibalik celah pintu itu. "Tuan Jeon Jungkook yang terhormat. Saya harap Anda segera angkat kaki dari sini. Saya mohon dengan sangat." Hana menegaskan kalimatnya pun dengan nada yang terdengar tak gentar namun kentara sirat putus asa.

"Jangan begitu Hana-ya. Kau tahu aku tidak ingin repot mengikutimu dan berakhir tanpa hasil." Tangan Jungkook mendekat dan meraih cekatan pinggang ramping Hana.

"Lepas brengsek!" Hana memberontak kasar. Tidak peduli jika itu akan meluka pada wajah berukir sempurna itu atau terlempar pada marmer yang membuat tulang ngilu.

Hana tidak peduli.

Maka dengan cekatan, Hana memelintir tangan Jeon Jungkook dengan teknik beladiri yang pernah ia pelajari. Oh! Akhirnya teknik beladiri ini dapat ia praktikkan langsung untuk pertama kalinya. Mempermalukan Jeon Jungkook?

Suatu kebanggaan.

Lantas jemari kecil Hana berada tepat di depan leher Jungkook. Selayaknya mengibarkan bendera perang bagi kaum hawa yang sedang mengamati dengan tatapan tajam seolah ingin memukul Hana dnegan membabi-buta saat ini juga.

Pun jemari Hana seolah siap menusuk leher hingga membuat sesak napas timbul. Mungkin sedikit menguda layaknya akan menusuk dengan pisau lewat jemari berkuku pendek itu.

"Hentikan ini semua dan pergilah, Jeon Jungkook!" Jika memang Hana masih sanggup untuk meladeni, akan ia ladeni hingga titik darah penghabisan dirinya. Namun kewajiban tetaplah berjalan dan dunia tak berhenti berputar. Maka diri kita sendirilah yang harus mengikuti arusnya. Hana masih harus bekerja dan itu adalah kewajiban dirinya sebagai pekerja.

"Beladiri, huh?" desis Jungkook. "Ini menarik, berapa lama kau memperlajarinya?" tanyanya kemudian. Jungkook membiarkan jemari itu berdiam di sekitar lehernya.

Hana mendecih seraya memiringkan kepalanya ke samping singkat layaknya membuang ludah tak kasat mata. "Sungguh, itu bukanlah urusanmu!" tekan Hana. Geram dan kesal bercampur sedemikian rupa di batinnya kali ini.

Hana sendiri tahu dirinya tak cukup tega untuk menancapkan jemarinya yang dapat memicu sesak napas pada pria di depannya ini. Jikapun iya, mungkin akan lebih memakan waktu lagi bila mengurus pria ini sesak nafas di hadapannya.

"Terserah." Hana menghela napas jera. Dirinya tak cukup kuat perihal batin untuk melayani ocehan pria yang kiranya sebaya dengannya ini.

"Oh!" Jungkook bersahut dengan tetiba. Mampu membuat labgkah Hana terhentu tatkala pria itu melanjutkan ucapannya. "Tolong panggilkan manager restoran ini!" serunya pada pelayan di sisinya yang hanya dihadiahi anggukan patuh.

Sangat hebat bukan? Hana tidak menyangka, sungguh!

"Ada Jeon Jungkook?!" pekik pria paruh baya yang tetiba muncul.

Timing yang hebat Pak Choi, seru Hana dalam hati.

Tepat sekali, bahkan aku sangat berharap kau sedang pergi saat ini.

Ya, bagaimana tidak? Belum saja sang pelayan beranjak dari tegunnya. Pria tersebut sudah datang sebelum dipanggil.

"Anda manager di sini?" tanya Jungkook tanpa ada nada berarti selain anggukan sebagai sapaan sopan pertama. Pria tersebut hanya mengangguk bingung. Dalam rangka apa Jeon Jungkook datang ke sini? pikir pria bermarga Choi itu. Dan mungkin pria Chip itu bertanya-tanya tentang apa yang dirinya lewatkan

"Saya tidak ingin bertele-tele. Biarkan Kim Hana pergi denganku hari ini," tegas Jungkook. Hana hanya berdiri tenang pun siap mengantarkan makanan untuk beberapa meja. Memilih berpura-pura tak tahu. Sekalipun batinnya terlonjak kesal kala ini.

✾ H A✾Z A✾R D ✾

avataravatar
Next chapter