5 RAHASIA ADIK TIRINYA!

Masih terlihat kaku, Smith kemudian sedikit batuk untuk mencairkan suasana.

"Apakah kamu sudah siap?" ia melonggarkan sedikit kancing atas kemeja yang gunakan nya.

"Apakah menurut mu ini sudah pantas? aku takut salah kostum" Adeline tampak serba salah, karena baju yang di kenakan nya terlihat berbeda dengan baju yang biasa ia pakai.

"Ya, tidak buruk"

Adeline dan Smith segera pergi, mobil limusin yang di pakai menjemput Adeline kemarin kini sudah di buka kan pintunya oleh sang supir dan mereka masuk.

Tangan Adeline meraba gagang kulkas kecil di sana. "Hentikan, jangan sampai kamu mabuk seperti kemarin" ucap Smith, langsung membuat gadis itu kembali menarik tangannya.

30 menit perjalanan kini mereka tiba, mobil itu berhenti di sebuah hotel mewah dengan gaya Eropa yang terang di soroti lampu dari berbagai penjuru.

Smith membukakan pintu untuk Adeline, ia segera mengulurkan tangannya. Namun gadis itu tampaknya sangat terpesona dengan bangunan di depannya dan hanya reflek saja memegang tangan Smith.

"Ayahku sedikit banyak tanya, jangan terlalu banyak bicara dan hanya jawab saja apapun yang di tanyakan nya"

"Kamu bilang kita akan ke rumah orang tua mu, kenapa sekarang ke hotel?"

"Lantai paling atas adalah Penthous, itu adalah rumah orang tuaku kami memiliki banyak rumah"

Sembari berjalan masuk, mata Adeline terus ke sana kemari tak berhenti melihat kemewahan itu.

Pintu sebuah ruangan di buka kan oleh staf hotel, tepatnya itu adalah restoran privat yang hanya bisa di pakai dengan reservasi sangat mahal, tentu saja sebagai pemilik, keluarga Thomas sangat mudah mengurus hal ini.

Adeline dan Smith masuk, Adeline langsung memasang senyum nya yang simpel. "Selamat sore, om dan tante, nama saya Adeline!"

Sebelum duduk ia menyapa kedua orang paruh baya di depan nya.

Mereka duduk, namun Adeline sedikit tidak nyaman karena tatapan wanita di depan nya. "Mengapa kamu melihat calon istri ku seperti itu, apakah kamu tidak menyukainya tante?" tanya Smith.

"Ah bukan seperti itu, aku hanya takjub dengan kecantikan nya"

"Smith hentikan, sampai kapan kamu akan memanggil ibumu tante? tidak enak di depan Adeline"

Smith hanya mengalihkan pandangan dari ibu tirinya, dan hanya duduk.

"Adeline sambil menunggu makanan di hidangkan, ada baiknya kita akan berbicara untuk mengenal satu sama lain, benar?" tanya Jeremi Thomas.

Adeline mengangguk dan tersenyum simpul.

"Jadi apakah kamu sudah bekerja?"lanjut jeremi.

" Dia calon Dokter, salah satu penerima nilai terbaik di Universitas nya" Smith menyela.

Pandangan Jeremi dan ibu tirinya bernama Martha itu langsung tertuju padanya. Kemudian kembali ke arah Adeline.

"Dimana kamu tinggal sekarang apakah bersama orang tuamu?"

"Dia tinggal di rumahku sekarang karena kami akan sibuk mempersiapkan pernikahan" Lagi-lagi Smith yang menjawab.

"Aku bertanya pada calon istrimu biarkan dia berbicara Smith!" kini tampak Jeremi sedikit kesal dengan putranya.

"Apa pekerjaan orang tua mu?" Jeremi kembali memberikan pertanyaan.

Baru saja Smith akan menjawab, tangannya di pegang oleh Adeline. Dan menatap nya meyakinkan, karena malah terlihat aneh jika terus Smith yang menjawab.

"Aku tinggal di rumah Smith baru dua hari ini, kami memutuskan tinggal satu rumah karena Smith mungkin akan sibuk di kantor sehingga aku membantu beberapa persiapan sebelum pernikahan, orang tua ku sudah meninggal dan aku tinggal bersama adikku di sebuah apartemen, tidak besar tetapi cukup untuk kami berdua, setelah kehilangan orang tua kami aku juga bekerja part-time untuk bersekolah kedokteran karena itu keinginan ku, aku ingin mengatakan ini sebelum nya, jika tuan dan nyonya berpikir aku dekat dengan Smith karena sesuatu, itu tidak benar! Kami bertemu secara tak terduga sebelum nya"

Mendengar ucapan Adeline, semua pasang mata kini menatap nya.

"Semua wanita pasti akan berbicara seperti ini, padahal mereka sama saja" celetuk Nyonya Martha.

"Ya kamu benar, semua wanita seperti mu tetapi berbeda dengan calon istriku" Smith membela Adeline, sembari memegang tangannya.

"Jadi apa tindakan romantis Smith yang membuta mu jatuh hati?" tanya Jeremi, ia tahu anaknya sangat dingin dan jarang tersenyum selain terkenal sebagai si gila kerja.

Smith merasa ayahnya sedikit curiga pada Adeline, namun tiba-tiba gadis itu memegang tangan Smith yang tengah memegang tangan kirinya. "Saat itu aku terluka, itu kejadian lucu karena tiba-tiba Smith menutup pintu dengan keras, biasanya dia sangat dingin sekali, tetapi saat aku terluka dia langsung panik dan mencari kain untuk mengompres kepalaku"

Mendengar Adeline dengan ringan bercerita itu pada Ayahnya membuat Smith kaget, nia bisa bertingkah sangat natural, padahal kejadian itu baru terjadi kemarin. Smith tersenyum menatap wajah Adeline.

"Benarkah? Ayah kira dia tidak bisa romantis ternyata kamu adalah penakluk nya" Jeremi menepuk pundak anaknya, Smith merasa ini langkah bagus karena Ayahnya tidak curiga sama sekali.

"Jadi Smith, kamu tidak takut jika doa berbohong padamu tentang masa lalu nya? aku rasa orang biasa pintar menyembunyikan nya"

"Aku tidak peduli selama Adeline mau bersamaku" jawab Smith, yang membuat Martha sedikit geram.

Pintu kayu kembali terbuka, seorang gadis berusia 20 tahunan masuk. "Hai, Mam, Dad sorry telat ada yang harus dilakukan tadi"

"Seharusnya kamu datang tepat waktu Sharon, tidak sopan datang terlambat di pertemuan penting"

"Kenalkan Adeline ini adik tiri ku" Smith menyela, namun ia tidak menatap gadis itu sedikit pun.

"Ah, halo namaku Adeline" Adeline berdiri dan mengulurkan tangan nya.

"Sharon" gadis itu membalas, kemudian mereka duduk kembali.

"Ini calon kakak ipar mu, sebentar lagi Smith akan menikah dengan Adeline" Jeremi menjelaskan pada putrinya.

"Apa?" Sharon tampak kaget, dengan nada tinggi.

"Sharon kenapa kamu kaget, kamu juga tak percaya kan Kakak mu akhirnya akan menikahi seorang gadis yang ternyata hanya orang biasa"

Adeline hanya diam, ia tak ingin ambil pusing lagi pula ini hanya kontrak sementara pikirnya.

Makan malam pun selesai, Smith dan Adeline pamit pulang, sementara itu mata Sharon terus menatap gadis yang memegang tangan kakak tirinya itu.

Sharon masuk ke kamarnya ya salah satu kamar di paling atas bangunan itu tepatnya bersama orang tuanya. Melihat tingkah Sharon membuat Martha sang ibu penasaran.

Ia masuk ke kamar putrinya. "Apakah kamu kesal karena jika mereka memiliki anak, uang warisan mu akan di bagi?" ucap ibunya.

Sharon duduk di ujung kasur, "Mengapa dia menikah, berasal dari kalangan mana perempuan itu, dia tidak boleh menikah tidak ada satupun yang bisa menyentuh nya!" Sharon tiba-tiba mengamuk, ia melemparkan semua bantal yang ada di kasurnya dan membuat Martha kaget.

"Sharon, mengapa kamu semarah ini?" Martha memegang pundak anak gadis nya dan menatap dengan tajam.

Namun mata Sharon berkaca-kaca dan akhirnya ia menangis. "Tidak ada yang bisa memilikinya selain kita" lirih nya di sela-sela tangisan itu.

Martha kaget melihat reaksi putrinya. "Sharon apakah kamu menyukai kakak mu, apakah kamu menyukai Smith jawab Mama? " Martha mengguncangkan pundak putrinya itu.

avataravatar
Next chapter