8 Bab 8

Jam kayu di dinding warna putih itu menunjukan pukul 9 pagi . Suara motor serta mobil sudah mulai terdengar dari arah halaman rumah . Satu persatu para pengendara berseragam coklat itu memasuki rumah kediaman Soeratmaja

"Assalamualaikum " mereka masing-masing ngucapkan salam sebelum melewati ambang pintu rumah bergaya kolonial belanda itu .

"Walaikumsallam , masuk bro " . Sambut Gibran dengan menggunakan celana jeans coklat selutut . Ia menyambut tamunya dengan menjabat tangan mereka satu persatu .

Sebagian dari mereka duduk di ruang tengah . Televisi 40 inch dihadapan mereka sudah di setel permainan playstation yang akan di mainkan . Dan sebagian orang dari mereka menuju ke taman belakang untuk sekedar bersantai maupun berenang .

Dari semua orang yang ada, hanya Bagas yang terlihat gelisah mencari kesana- kemari keberadaan Diana . Tetapi Ia tak menemukan Diana dimanapun . Matanya sudah menyelusuri setiap tempat di rumah mewah itu .

"Bran si cantik kemana ?" . Bagas mencoba bertanya pada tuan rumah yang duduk di hadapannya itu . Ia berharap Gibran mengetahui keberadaan si cantik Diana .

Belum sampai jawaban didapat Bagas. Tatapan tajam, Gibran berikan kepada Bagas .

Gibran yang tadinya sedang meminum air , langsung menaruh gelas berisikan air itu ,di meja yang berada diantara mereka . " Ngapain nyariin adikku ..!!" .

" Galak banget sih bran , santai bro... aku pengin ketemu , mau kenalan aja , janji nggak aku apa-apain bran .."

" ahh ..buaya darat kayak kamu tuh nggak bisa di percaya , cuk !! "

" Yaudah ,terus kenapa kamu bolehin si Rio kenalan, bukannya dia anak tingkat 3 masih sermadatar , masih setahun lagi pendidikan di AAL mending sama akulah .. yang udah mau lulus jadi Letnan "

" Siapa juga yang ngebolehin si Rio ... Rio itu tentangga bro rumahnya satu kompleks mungkin juga mereka kenalan sendiri , aku juga nggak tau kenapa mereka kenal "

" Ahh yang bener !! ... kemarin waktu kirap aku lihat si Rio ngobrol sama Diana kelihatan deket banget "

" Itu perasaan kamu aja tuh... Diana itu jarang punya temen dia anaknya introvert nggak punya temen banyak "

" Sumpah bro ... kelihatan banget mereka deket , mending Diana buat aku aja bentar lagi lulus terus bisa langsung nikah nggak usah nunggu juga si Diana hahah... "

"Hmm... aku bener-bener nggak tau kalau si Diana deket sama Rio di rumah juga Diana jarang keluar rumah... males banget punya adik ipar nyusahin kayak kamu gas"

"Haha... ayolah kakak ipar "

***

Diana berjalan diantara deretan buah segar di supermarket itu . Sambil mendorong keranjang , tangannya memilih buah-buah segar yang tersusun rapi . Ia mengambil beberapa buah apel fuji , jeruk serta mangga . Tak lupa Ia singgah ke tempat mie instan . Ia mengambil beberapa buah ramen instan kesukaannya . Diana memang gemar memakan ramen . Ramen merupakan makanan khas dari Jepang . Tidak banyak restauran menyajikan menu ramen . Ramen instan merupakan pilihan alternatif jika dirinya tak sempat pergi ke restauran. .

Di supermarket tersebut juga menjajakan beberapa pakaian dengan brand ternama . Lantai 2 supermarket itu merupakan tujuan berikutnya bagi Diana . Disana terdapat berbagai pakaian serta sepatu dan tas .

Diana mulai mengitari beberapa rak baju . Tangannya mulai menari memilih baju-baju yang tergantung . Satu persatu rak dengan penuh baju tersebut Ia lihat . Tidak ada satu baju yang Ia rasa cocok untuk dirinya . Kaki Diana beralih haluan menuju banyaknya sepatu cantik yang di pajang di rak . Ia melihat satu-persatu sepatu yang ada . Hingga perut Diana berbunyi pertanda perutnya lapar .

Bagian lantai teratas dari supermarket itu merupakan food court. Banyak stan makanan yang ada disana . Dari mulai makanan trandisional hingga sekelas susi tersedia di food court tersebut . Tanpa berpikir panjang , Ia menaiki escalator untuk menuju bagian atas teratas . Ia ingin mengisi perutnya yang kosong itu agar tidak terus meronta .

Diana sengaja menghabiskan waktunya berlama-lama di supermarket agar tidak bertemu dengan teman-teman Gibran yang sedang berkunjung ke rumah. Ia merasa sedikit tidak nyaman dengan banyaknya kehadiran laki-laki di rumahnya . Diana bukan tipe perempuan yang dapat bergaul dengan sembarang orang . Sifat introvertnya tersebut menjadikan Diana penyendiri sehingga merasa tidak nyaman berada ditengah kerumunan orang .

***

***

Aku memiliki duniaku sendiri yang bahkan sampai saat ini belum ada satu orang pun hadir di dalamnya . Seakan angin membawamu melayang masuk kesana , terjatuh diantara bukit gersang . Berusaha berjalan , menapakan rangkaian bunga yang membuat duniaku kini berwarna .

Diana Soeratmaja

Bagas masih merasa gelisah karena belum bertemu sang pujaan hatinya . Ia masih berusaha berjalan kesana-kesini mengitari setiap sudut rumah . Laki-laki itu masih belum menemukan keberadaan Diana . Hingga dirinya memiliki ide untuk mengundang Rio ke rumah Gibran . Ia menelepon Rio untuk mampir ke rumah tetangganya itu . Bagas berpikiran bahwa jika Rio bersamanya maka Diana tidak bersama Rio . Hal tersebut membuat hatinya sedikit tenang.

Rio yang kebetulan hari ini sedang berada di rumah , langsung berangkat menuju rumah bergaya kolonial itu. Di sebuah Akademi militer kepatuhan seorang junior terhadap seniornya sangat dijunjung tinggi . Rasa hormat serta kepatuhan mereka seperti atasan dengan bawahan . Perintah senior merupakan perintah mutlak yang tidak dapat dibantah . Begitu patuhnya seorang junior kepada seniornya maka seorang senior akan semakin menganggapnya bagai keluarga . Terbentuknya adat seperti itu membuat seluruh taruna seperti keluarga. Bahkan saat tugas memisahkan mereka, Mereka tetap menjalin komunikasi guna menyambung silaturahmi.

" Assalammualaikum " .Terlihat seorang lelaki berdiri di ambang pintu .Ia menunggu pemilik rumah mempersilahkan dirinya masuk . Matanya memandang lurus ke dalam rumah . Senyum manis Rio terkembang diwajahnya. Seperti menyapa senyumnya membuat orang-orang yang didalam rumah tersenyum melihat kedatangannya.

" Waalaikumsallam... masuk bro !" . Gibran berjalan menghampiri Rio . Ia menjabat tangan Rio dan mempersilahkan masuk .

Rio melangkahkan kaki masuk . Ia menuju ruang tengah kediaman Soeratmaja itu . Disana masih terdapat beberapa taruna yang sedang bermain playstation . Satu persatu Rio menjabat tangan mereka . Hal tersebut Ia lakukan sebagai sebuah ungkapan rasa hormat Rio terhadap para seniornya .

" Hey guys ... Gimana kalau kita main sepak bola dilapangan kompleks , orangnya cukup ini tiap grub 6 orang , kamu ikut ya rio ... " . Bagas mengajak semua temannya untuk bermain . Ia sengaja melakukan itu agar dapat mencari putri keluarga Soeratmaja di sekitar kompleks .

"Siap Mas "

Setelah semua menyetujui ajakan Bagas , Gibran segera mencari sepatunya . Ia berjalan menuju rak sepatu . Ada sesuatu yang membuat Gibran heran . Saat dirinya sampai di rak sepatu . Ia tak dapat menemukan sepatu hitam bergaris putih itu. Ia mencari berulang kali di rak itu . sesekali Ia mengelilinggi garasi , yang kemungkinan sepatunya terjatuh , terhimpit diantara mobil .

Bi Inah berjalan melewati garasi . Ia melihat Gibran sedang kebingungan membuat dirinya merasa penasaran . "Den Gibran lagi cari apa den ? "

" Ini bi aku lagi cari sepatu , bibi lihat sepatuku enggak bi yang warna hitam ada garis putihnya "

" Bibi udah lama enggak lihat sepatunya den Gibran , terakhir bibi lihat waktu sebelum non Diana jogging den . waktu itu pagi-pagi bibi bersih-bersih masih ada den , terus non Diana bangun mau jogging , bibi lagi masak di dapur .... terus habis non Diana keluar rumah bunyi Brakk .. keras banget den di atas genting "

" Ahhh ... sekarang aku tau bi sepatuku dimana "

" Memang dimana Den ???"

" Pasti kemarin Diana ngambek bi waktu aku enggak mau nganterin dia jogging , terus sepatuku , Diana lempar ke genting ."

avataravatar
Next chapter