19 Bab 19

Diana dan Andrew melewati lorong-lorong kraton , mereka masih bersenda gurau layaknya saat mereka masih berada di atas delman . Andrew menaruh semua etensinya ke wajah cantik Diana , Ia mendengarkan setiap kata-kata dari gadis yang berjalan disampingnya tersebut. Andrew sesekali menengok ke arah bawah untuk menatap mata Diana . Iya , Diana tidak cukup tinggi untuk menandingi lelaki blasteran itu. Namun disela-sela perbincangan mereka Andrew tak sengaja melihat sebuah mobil pajero sport terpakir didekat ruang tunggu tamu . Mobil tersebut jelas bukan mobil milik kraton karena plat nomer yang digunakan berwarna hitam dan disana berawalan huruf L dimana huruf L merupakan plat nomor untuk wilayah Surabaya . Hal tersebut sedikit mengganggu pikirannya tetapi dia mencoba untuk tak menghiraukan tentang mobil itu. "Mungkin ada tamu !" . Begitu kurang lebih pikirnya.

Langkah kaki Diana terhenti saat dirinya dan Andrew melintas didepan pintu ruang tunggu . Dengan senyuman penuh diwajahnya dia berjalan serta sedikit berlari ke dalam ruang tunggu . "Mas Rio" . Begitu teriaknya. Sementara Andrew hanya berdiri dan menatap Diana yang berlari menghampiri bi Inah dan tamu tersebut. Andrew berdisana sedikit lebih lama sebelum kakinya beranjak pergi meninggalkan Diana bersama tamu itu. "Mas Rio ..siapa dia , badannya cukup tegap dan potongan rambutnya sangat rapi" . Begitu pikir Andrew sembari berjalan menuju kamarnya .

Namun tanpa Diana dan Andrew sadari Sekar melihat mereka dari kejauhan . Sebelum pada akhirnya Sekar merasa tergelitik untuk melihat siapa sosok tamu yang membuat Andrew meninggalkan Diana di ruang tunggu . Setelah dirasa aman dan Andrew telah menjauh dari ambang pintu ruang tunggu , Sekar mencoba melewati ruangan tersebut . Ia berjalan dengan sepelan mungkin agar tak ada langkah kaki yang menyebabkan orang-orang yang berada diruang tunggu menyadari keberadaan Sekar disana. Perlahan langkah sekar mulai mendekati pintu , Ia sengaja memperlambat langkahnya saat hendak melewati pintu itu. Ia menegakkan kepalanya kedepan , namun lirikan matanya menyudut masuk mengidentifikasi setiap orang diruang tunggu . "Ahhh itu pacarnya Diana!" . Seketika Sekar menghentikan langkahnya saat telah melewati pintu itu . Kemudian dirinya mencoba untuk memastikanya sekali lagi dengan melewati pintu itu sekali lagi . Perlahan-lahan Sekar melangkah , namun kali ini dirinya sengaja menengok ke arah dalam ruang tunggu . "Iya benar itu dia , aku harus bilang mas Aditya sekarang !" . Sekar berlalu dan segera mencari kakaknya .

*Didalam Ruang Tunggu

Diana : " Mas Rio..." (sembari berlari ke arah Rio yang duduk dihadapan bi Inah)

Bi Inah : "Non Diana sudah pulang"

Diana : "Iya bi , baru saja aku sampai di kraton sama Andrew"

Bi Inah : "wah sudah mulai akrab sama calon suami ya , non ?"

Rio : "Calon suami ?" (Menatap keheranan ke arah Diana yang kini duduk disampingnya"

Diana : "Sssttt bibi ! , aku belum bilang setuju untuk perjodohan ini , mas aku belum memutuskan untuk menerima atau tidak"

Bi Inah : "Kok gitu non , semua ini juga demi Almarhum pak Soeratmaja kan ?"

Diana : Ahh sudah bi , aku tak ingin memikirkan perjodohan saat ini ! Ehh.. iya mas Rio kok bisa sampai sini ?"

Rio : (Tersenyum pahit ) "Ini aku bawakan sesuatu buat kamu !"

Diana : Wah , terima kasih ya mas , bonekanya bisa nemenin aku tidur kayaknya nanti malam .

Bi Inah : "Mas Rio nanti ikut sekalian ya makan malam bareng ?"

Rio : Terima kasih bi , tapi saya harus langsung balik ke Surabaya karena waktu libur saya tidak lama"

Diana : "Mas bahaya nyetir malam , mending nginep dulu di Jogja"

Rio : Maaf Diana tapi aku balik ke Akademi"

Diana : "Yahh " (Diana menenggelamkan wajahnya pada boneka yang ada dipelukannya itu

Rio : (Mengelus lembut rambut Diana dan tersenyum) "besok kita ketemu lagi ya dilain kesempatan"

Diana : "Mas , aku disini gak ada temennya ... mas Gibran layar , mas Rio di Akademi hmm"

Rio : (Menggenggam tangan Diana) Inget, itu masih ada bi Inah jadi kamu gak sendirian".

***

*Ruang Kerja Aditya

Sekar menerobos masuk semua kedalam ruang kerja kakaknya . Bisa dibilang sikap Sekar jauh dari kata sopan . Bagamana bisa ? coba kalian bayangkan seorang putri sebuah kesultanan dengan segala aturan yang berlaku apalagi di tanah jawa dengan ceroboh masuk kesebuah ruangan dimana disana berisikan putra mahkota dan beberapa pejabat lainnya . Sontak adegan itu membuat semua orang yang ada menghentikan aktivitasnya , dengan gerakan cepat setiap mata menatap Sekar yang terengah-engah setelah berlari berdiri di depan meja kakaknya. "Mas ayo ikut aku !" . Ajak Sekar sembari menarik tangan kakaknya. Sekar masih belum menyadari kondisi apa yang sedang ia alami saat ini . Ia terus merenggek meminta kakaknya menuruti keinginannya . Sementara itu Aditya masih menundukkan kepalanya , menahan segenap emosi yang ada . "Mas ayo ikut aku sekarang !" . Sekar meminta sekali lagi .

Sepertinya kesambaran Aditya sudah berakhir . Ia perlahan menengadahkan kepalanya dengan penuh kemarahan dia menatap kedua mata adiknya . Sekar mulai menyadari kesalahannya , perlahan dirinya melepaskan tangan kakaknya lalu tersenyum getir . Sekar mundur tiga langkah dari meja kakaknya , pandangannya juga kini teralih pada sekitarnya . Ia merasa kikuk , malu dan kebingungan . Kemudian Aditya mengambil tindakan yang cukup tegas . "Putri Sekar , mohon tunggu 15 menit lagi diluar , kami akan segera menyelesaikan rapat untuk memenuhi permintaan putri" . Kalimat yang dilontarkan Aditya cukup menohok membuat Sekar bergegas keluar dari ruangan tersebut dengan perasaan yang rumit ,hal itu terlihat jelas dari wajahnya.

***

*Kamar Andrew Leopold

Andrew segera menjatuhkan tubuhnya keatas kasur segera setelah ia memasuki kamarnya . Andrew menatap langit-langit kamarnya yang di setiap sudut terdapat ukiran kayu nan cantik disana . "Siapa dia ? Tampilannya sangat rapi ? Kakak Diana ? atau pacarnya ? aahh... sudahlah yang pasti tetap aku yang akan menjadi suaminya , baru kali ini perjodohan terasa sangat menyenangkan" . Lelaki itu tenggelam dalam lamunan pikirannya . Namun ditengah lamunannya itu ibunda Andrew ternyata telah berdiri diambang pintu kamar Andrew.

Ibunda Andrew : "Wahh ada yang baru pulang kayaknya ? "

Andrew : (seketika terduduk dan menatap ibunya) "Ehh .. ada bunda"

Ibunda Andrew : "Habis dari mana nak ?" (sembari berjalan mendekat dan duduk di samping anaknya )

Andrew : "Jalan-jalan dong sama calon istri !"

Ibunda Andrew : (mencubit pipi Andrew) "Dasar anak nakal kemarin bilang nolak perjodohan sekarang kamu malah bilang calon istri !"

Andrew : (menatap ibundanya lalu tertawa ) "Hehe senyumnya bun , bikin hati kalang kabut enggak tahan"

Ibunda Andrew : "Kamu ini...Andrew inget selama kamu di kraton jaga sikap dan kamu enggak bisa seenaknya keluar masuk , budaya disini dan di Belgia berbeda , satu lagi Andrew , Diana belum setuju tentang pernikahan ini jadi ibu harap jangan gegabah !"

Andrew : "Baik bu , tapi sepertinya Diana dengan senang hati menerimaku"

Ibunda Andrew : "Belum tentu , baru saja ibunda dengar dari abdi dalem ada tamu dari Surabaya yang katanya itu pacar Diana"

Andrew : "WHAT !!??"

Ibunda Andrew : "Ssssstt.... pelankan suaramu , banyak abdi dalem yang sudah bergunjing bahkan putri Sekar sempat membuat kehebohan karena hal tersebut !"

Andrew : "Tidak bun , aku tak bisa membiarkan senyuman darinya diambil orang lain !"

Ibunda Andrew : "Jika itu mau mu maka ingat jaga sikap agar Diana mau menyetujui perjodohan ini !" .

Andrew : "baik bu"

Ibunda Andrew : "Kamu harus menikah dengan Diana ini jalan satu-satunya untuk membersihkan nama baik ibu karena lebih memilih ayahmu daripada lelaki jawa disamping itu banyak keuntungan dari pernikahan ini bagi kerajaan Belgia juga , yang pertama kamu akan mendapat gelar bangsawan dari jawa , kedua hubungan antara dua kekuasaan memudahkan transaksi bisnis yang akan dijalin nantinya , maka anakku sayang kau harus mendapatkan hati Diana !"

Andrew : "Baik bun , akan kudapatkan dengan segala cara "

avataravatar
Next chapter