11 bab 11

Pagi ini terasa lebih dingin dari biasanya. Putri Soeratmaja itu ada jadwal kuliah pagi ini .Diana sengaja menggunakan pakaian sedikit tebal agar tubuhnya hangat . Perempuan itu menatap cermin untuk beberapa saat dan berkata "udah cocok , waktunya berangkat" . Ia mulai berjalan keluar dari kamarnya . Perlahan Diana menuruni anak tangga satu persatu .

Terlihat semua sedang berkumpul di ruang tengah . Ada bi Inah , bahkan pria berjas hitam yang wajahnya tak asing bagi Diana . Pria itu merupakan sekertaris ayah Diana . Kemanapun Soeratmaja pergi pasti pria itu akan mendampinginya . Suasana di ruang tengah terasa sangat sedih . Bi Inah pun terlihat meneteskan air matanya.

Diana mulai terdiam sejenak menatap keadaan yang ada . Ada rasa ingin tau di hati kecil gadis itu . Ia berjalan menghampiri mereka .

"Bi ada apa ? " .Diana memberanikan diri untuk bertanya .

"Yang tabah non" . Bi Inah memeluk Diana dengan erat

"Ada bi , ini kenapa semua orang kumpul terus ayah mana pak sekertaris ? "

"Maaf Diana , saya kesini mau menyampaikan sesuatu sama Diana dan Gibran bahwa pak Soeratmaja sudah tiada , dan seluruh hartanya jatuh kepada kalian berdua kecuali bisnis akan di kelola oleh Diana sesuai dengan wasiat pak Soeratmaja karena Gibran merupakan abdi negara dan tidak dapat menjalankan bisnis secara bebas ". jawab sekertaris dari Soeratmaja

Seketika air mata menetes dari mata Diana Soeratmaja "ini gak mungkin, terus sekarang ayah kenapa , ayah dimana pak ...pak jawab , dimana ayahku" .

"Begini Diana pak Soeratmaja terkena serangan jantung , pak Soeratmaja masih ada garis keturunan pihak Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat sehingga Pihak Kesultanan meminta agar jenazah di makamkan di jogja . Dan penerbangan jenazah hari ini pukul 09.30 dari Australia"

"Aku harus ke jogja bi , mas gibran gimana dia udah tau belum ?"

"Iya non" . Jawab bi Inah sembari mencoba menenangkan Diana

"Tenang Diana , masalah Gibran saya sudah ke Akademi dan memberi tahu , serta Akademi telah mengijinkan Gibran untuk menghadiri pemakaman pak Soeratmaja di jogja . Tiket pesawat sudah saya pesankan untuk 2 orang , jadwal keberangkatannya pukul 10.30 . Gibran akan segera di bandara nanti Diana bisa langsung menemui Gibran di bandara dan langsung berangkat ke jogja" . penjelasan dari Sekertaris itu

"aku harus siap - siap , aku harus segera mengemas baju di koper " . Diana segera meninggalkan ruang tengah . Ia segera bergegas kembali ke kamarnya.

***

Diana bergegas meninggalkan mobil yang mengantarkannya . Ia berlari masuk ke dalam bandara . Matanya mencari keberadaan kakaknya . Ia berlari kesana kemari seperti kebingungan.

Terlihat Gibran mengenakan seragam lengkap tengah duduk dengan gusar . Matanya menatap jam tangan sesekali . Tampak jelas kesedihan di wajah Gibran . Diana yang melihat kakaknya itu langsung berlari menghampiri Gibran .

"Mas gibran...." Tangis Diana pecah saat Ia memeluk kakaknya . Seragam laki-laki berpangkat Sersan Mayor Dua Taruna itu seketika basah dengan air mata Diana . Pelukan Diana semakin erat melingkar di badan Gibran seiring dengan kerasnya tangisan perempuan itu .

Tangan Gibran membalas pelukan Diana dan sesekali mengelus lembut kepalanya "Sabar ya dik , kamu harus kuat masih ada mas disini jangan sedih " . Gibran mencoba menenangkan adik semata wayangnya itu . Ia mencoba untuk tetap terlihat tenang agar adiknya dapat tegar melepas kepergian ayah mereka .

"Mas aku takut , ayah udah pergi nyusul ibu , aku takut sendirian gimana nanti nasibku kalau mas gibran dinasnya jauh"

"Tenang dik , kita enggak tau nanti mas dapet penempatan dinas dimana yang penting berdoa aja biar mas bisa nemenin kamu terus"

" iya mas"

***

Genggaman tangan Diana masih terasa sangat kuat diatas tangan Gibran . Sesekali Gibran memandang wajah adiknya . Diana nampak sangat sedih . Kedua mata Diana Soeratmaja masih berkaca-kaca.

Kakak beradik itu berjalan menyusuri lorong di keraton . Gibran berencana mengajak adik perempuanya untuk sekedar berjalan-jalan . Setelah acara pemakaman Gibran merasa perlu menghibur Diana . Supaya gadis itu tidak berlarut dalam kesedihan.

"Diana , mas mau ngomong sama kamu "

"Apa mas ? "

"Jangan nangis terus ya mas khawatir kalo nangis terus kayak gini , mas gak bakal tenang kalo balik ke Akademi kamu masih kayak gini "

"Mas Gibran gak usah khawatir , aku enggak sedih kok .. mas Gibran fokus aja kependidikannya mas "

"Gimana gak khawatir dik , kamu adikku satu-satunya Diana "

Mendengar perkataan Gibran . Perempuan itu langsung menyeka air matanya . Melepas genggaman tangan nya . Serta berdiri tegap memandang kakak laki-lakinya itu "nih aku gak sedih lagi , mas Gibran gak perlu khawatir lagi" .

"Makasih Diana , setidaknya mas sekarang sedikit lega ... jangan pernah nangis lagi ya" . Gibran memeluk erat adiknya . Sembari mengelus lembut kepala Diana .

Gibran nampak sedikit gelisah . Ia mengerutkan dahinya . Sesekali dirinya menggigit bibir bawahnya . Seperti ingin mengucapkan sesuatu . Hanya saja Ia menahannya . Diana menatap kakaknya itu . Perlahan Diana melepaskan pelukannya . Memberanikan diri bertanya pada laki-laki dihadapannya itu. "Mas ada yang mau diomongin sama Diana"

"Emm ... tapi janji dulu sama mas kalo Diana enggak sedih ya "

"Aku janji mas , aku enggak bakal sedih "

"Gini Diana , besok kita bakal balik ke Surabaya terus mas harus langsung balik ke Akademi tapi mas bakal ninggalin Diana sendirian "

"Hehe itu kan udah biasa mas , nanti kan mas bakal pulang kalo pesiar"

"Iya pasti pulang tapi besok mas harus Lattek , harus layar selama 96 hari keliling Dunia mas gak bisa pulang dulu "

"Emn gitu ya mas , ya udah gapapa mas aku gak mau nyusahin mas Gibran "

"Kalo ada apa-apa kamu bisa minta tolong Rio , cuma Rio sama bi Inah yang mas bisa percaya jagain kamu "

"Iya mas"

***

Semua makanan sudah siap di meja makan . Bi Inah tengah menata kembali dapur setelah memasak . Gibran terlihat tengah makan disana . Ia sudah berseragam rapi dan siap kembali ke Akademi .

"Den mau balik ke Akademi sekarang ya ? " . Tanya bi Inah

"Iya bi , cuma dapet ijin satu hari aja .. oh ya bi dalam satu bulan ini aku enggak balik ke rumah dulu ya aku layar bi "

"Iya den , terus gimana sama non Diana apa sudah di kasih tau den ?"

"Sudah bi Diana , udah aku kasih tau waktu kemarin masih di jogja"

Gibran melahap makanan yang tersisa di piringnya . Ia mulai bergegas untuk segera berangkat . "Bi aku mau berangkat dulu , Diana belum bangun kayaknya gara-gara kecapekan , nanti "

"Baik Den , nanti bibi sampaikan ke non Diana "

Laki-laki berseragam lengkap itu segera menuju keluar rumah . Sebenarnya dalam hati kecil Gibran tak ingin meninggalkan adiknya sendiri apalagi dengan beban bisnis yang begitu banyak . Pikirannya berkecambuk antara cita-citanya untuk mengabdi pada negara atau cinta dan rasa sayangnya terhadap adik kecilnya itu. Terlihat jelas di raut wajah tegas di anak pertama keluarga Soeratmaja itu .

Saat tangan Gibran hendak membuka pintu . Tiba-tiba dari belakang ada dua tangan yang memeluknya . Tangan itu memeluk Gibran dengan erat .

"Mas Gibran tega mau ninggalin aku tanpa pamit ?"

Gibran tersenyum mendengar suara itu . Laki-laki itu mulai mengelus tangan adiknya dengan perlahan "kamu udah bangun Diana , mas kira kamu masih ngorok"

"Hih...mas Gibran jahat , masih sempet aja ngejekin aku dasar jelek "

Gibran melepaskan pelukan adiknya . Ia mebalikkan badannya menghadap Diana "Dengerin mas baik-baik ya Diana , kamu kalo ada apa-apa minta tolong aja sama Rio ya , mas udah masukin nomer Rio yang baru ke hp kamu "

"Iya mas ... ehh tunggu kok mas bisa buka hp aku, terus kapan masukin nomernya ??"

"Dasar tukang tidur , makanya jangan tidur terus , mas masukin waktu semalem di pesawat "

"Loh kan aku pake face lock "

"Buktinya bisa hehehe" Gibran terkekeh sembari mengacak lembut rambut adiknya.

avataravatar
Next chapter