10 Bab 10

Diana memacu mobilnya menuju rumah . Ia berpikiran bahwa teman-teman kakaknya sudah tidak memadati rumahnya . Lebih dari setengah hari dirinya menghabiskan waktu di supermarket . Sudah seluruh lantai supermarket Ia singgahi . Kini kakinya terasa pegal sehingga membuat Diana ingin segera pulang . Ia membayangkan betapa nikmatnya menghempaskan badan di kasur empuk yang berada di kamarnya .

Rasa lengket dari keringat menempel di badan Diana . Bau tidak sedap akibat keringat juga tercium oleh dirinya sendiri . Benar saja itu terjadi karena jarum jam sudah menunjukann pukul setengah empat sore .

Motor serta mobil masih terpakir di halaman depan kediaman Soeratmaja . Diana yang baru saja melewati pagar menyadari bahwa para taruna itu belum meninggalkan rumahnya .

Ahhh... ternyata belum pada pulang

Diana memarkirkan mobilnya ke garasi rumahnya . Ia segera keluar dari mobilnya . Mengambil seluruh belanjaanya dari bagasi mobil . Ia melangkah masuk rumah melewati pintu belakang . Pintu itu langsung tertuju pada dapur rumah . Diana menaruh beberapa buah segar di dalam kulkas . Setelah selesai Ia langsung menuju tangga untuk masuk ke dalam kamarnya.

Saat Diana akan menaiki anak tangga Ia menoleh ke arah ruang tengah . Sofa di ruang tengah terlihat sepi tanpa ada satu orang yang mendudukinya . Diana tak mau memikirkan hal tersebut. Dengan cepat Diana menaiki satu persatu anak tangga . Hingga pada anak tangga terakhir , Ia mulai berlari menuju kamarnya .

Diana menaruh semua belanjaannya di atas kasur . Ia mengambil celana pendek diatas lutut serta kaos berwarna hitam . Tak lupa Ia mengambil handuk yang ada di depan kamar mandinya . Kakinya mulai melangkah masuk ke kamar mandi yang berada di kamar mandi .

Kebanyakan dari wanita menghabiskan waktu lama berada didalam kamar mandi . Diana juga seperti itu . Ia membutuhkan waktu mampir setengah jam untuk membersihkan diri. Gadis itu gemar berendam di dalam bathtub . Ia memiliki sabun mandi yang berbahan dasar susu kambing . Sabun itu membuat kulit Diana cerah , bersinar . Ditambah lagi dengan warna pigmen dari kulitnya yang putih , membuat kulit Diana terlihat seperti kebanyakan artis korea selatan .

Sementara Diana sedang membersihkan diri. Rio masih berjuang di atas atap . Laki-laki itu masih merangkak menggapai sepatu Gibran . Sepasang sepatu hitam sedikit bercorak putih itu berada di tengah- tengah atap . Rio harus berhati-hati serta memperhatikan langkah kakinya . Satu kesalahan dalam melangkah membuat Ia dapat tergelincir dan terjun bebas .

Gibran beserta teman-temannya yang lain menunggu di taman belakang . Ia memantau Rio dari kejauhan . Gibran tidak menyadari bahwa adik kesayangannya tersebut sudah kembali ke rumah . Laki-laki itu masih bersikap santai karena Ia berpikir adiknya tidak ada di dalam kamar.

Sepasang sepatu sudah berada di dekapan Rio . Kini Ia berusaha turun perlahan menuju jendela tempatnya memanjat naik . Kala itu Rio juga tidak mengetahui keberdaan Diana yang sudah berada didalam kamar . Ia tidak menyadari sang pemilik kamar sedang berada di kamar mandi .

Kaki kanan Rio mulai menggapai jendela tersebut . Disusul kaki kirinya turun perlahan . Saat dirinya hendak memasuki kamar Diana . Terlihat seorang gadis keluar dari pintu kamar mandi . Rambutnya basah membasahi kaos yang Ia kenakan . Gadis itu mengeringkan rambutnya dengan handuk kering. Diana belum menyadari keberadaan Rio yang sedang memperhatikannya .

Melihat adegan tersebut , jantung Rio berdebar semakin keras . Diana membuat seorang Rio lupa bahwa dirinya sekarang sedang berada diketinggian lebih dari 10 meter. Rio terpaku melihat Diana yang berada di depan pintu kamar mandi . Bagai terkena semen kakinya tak dapat melangkah masuk . Satu tangannya berpegangan pada kayu jendela itu dan tangan yang lain memeluk sepasang sepatu .

Diana menoleh ke arah jendela kamarnya . betapa terkejutnya Ia , melihat seorang laki-laki berdiri menatapnya dari ambang jendela kamar. "AAAAaaaaa..... " Diana berteriak sangat keras . Teriakan Diana tersebut membuat Rio terjatuh masuk ke dalam kamarnya .

Rio berlari menghampiri Diana . Ia membekap mulut Diana dengan satu tangan. " Aku bisa jelasin Diana tapi janji jangan teriak ya " . mendengar kata-kata Rio , Dia mengangguk pertanda Ia mengerti .

Rio menyingkirkan tangannya dari mulut Diana . " Begini Diana, aku tadi di mintain tolong sama mas Gibran buat ngambil sepatunya yang diatas atap , aku harap kamu enggak salah paham ya Diana , aku enggak ada maksud buat ngintipin kamu sama sekali , sumpah " . Laki-laki didepan Diana itu memasang wajah memelas .

" Loh mas Gibran kok enggak kasih tau aku sih... kalau tau mas Rio tadi ada disitu aku enggak mungkin kaget terus teriak juga mas "

" Tadi mas Gibran bilang , katanya kamu lagi enggak ada di rumah makanya aku disuruh naik ke atas atap lewat kamarmu , Diana "

"Ahh .. ya sudah mas kalau begitu , ini juga enggak sengaja "

"Iya Diana "

"Mas , boleh enggak aku minta nomernya mas Rio ... Siapa tau Diana butuh temen buat nemenin aku jalan-jalan ngelilingi kota Surabaya soalnya aku belum tau jalan yang ada disini lagi pula aku juga enggak punya banyak temen mas disini "

" Boleh , ini Diana ... nanti kalau ada apa-apa chat aja , tapi kalau buat jalan-jalan aku bisanya nemenin cuma waktu pesiar aja tau sendiri gimana situasi di akademi padat banget "

"iya mas "

***

Bi Inah kala itu sedang menyapu tangga . Ia mendengar suara teriakan perempuan yang berasal dari lantai dua . Bi Inah tidak terpikir bahwa teriakan itu adalah teriakan non Diana . Rasa penasaran bi Inah mulai timbul , dirinya mengentikan aktivitasnya sejenak . Ia berjalan menuju garasi rumah . Mendapati mobil yang dikendarai Diana sudah terparkir di garasi . Ia mulai panik berlari ke arah Gibran .

" Mas Gibran .... mas" . Teriak Bi Inah terengah-engah menghampiri Gibran dan teman-temannya di taman belakang rumah .

" Ada apa bi , kok panik kayak gitu ?"

"Itu mas .... itu..." kata-kata yang ingin disampaikan bi Inah tidak dapat Ia utarakan . Nafasnya masih tidak beraturan membuat dirinya susah berbicara .

"Tarik nafas dulu bi ... terus baru ngomong pelan-pelan "

"Itu Den , waktu bibi nyapu tangga , bibi dengar suara teriakan non Diana dari lantai 2"

"Bukannya Diana lagi keluar ya bi , bibi salah dengar mungkin "

" Beneran Den , bibi dengar jelas banget terus bibi lari ke garasi lihat mobil yang di pakai sama non Diana udah terparkir disana.

Tanpa berpikir panjang Gibran berlari mencari keberadaan adiknya . Bagas dan yang lainnya juga ikut menyusul Gibran . Kakak Diana terlihat khawatir tentang perkataan Bi Inah . Ia takut Rio berbuat hal yang tidak seharusnya pada Diana . Gibran berlari menyusuri setiap tanjakan anak tangga .

Pada akhirnya Ia beserta yang lain sampai di depan pintu kamar Diana . Gibran membuka dengan cepat pintu itu. Betapa terkejutnya Ia mendapati adiknya dan Rio duduk di kasur berdua . Mereka sedang berbincang sembari tertawa. Apa yang ada di pikiran Gibran seakan semua sirnah saat melihat kenyataanya .

"Diana , tadi kata bi Inah kamu teriak ...kenapa? " Sudah sewajarnya Gibran ingin mengetahui penyebab adik perempuannya itu berteriak . Sebagai seorang kakak , Gibran sangat menyayangi adiknya . Ia tak ingin Diana mengalami hal buruk. Kemiripan wajah Diana dengan almarhumah ibunya sangat mirip . Hal tersebut juga merupakan alasan mengapa seorang Gibran menjaga dan menyayangi adiknya .

"Gara-gara kamu mas, kamu suruh mas Rio ambil sepatumu diatas atap ...itu kan sepatumu kok yang ambil orang lain lewat kamarku lagi !!" . Jawaban ketus meluncur dari bibir merah muda Diana . Mata almond Diana menatap sinis kakaknya yang masih terlihat khawatir .

"Terus kenapa teriak Diana !!"

"Tadi mas Rio mau masuk ke kamar waktu udah ambil sepatunya mas Gibran , aku baru selesai mandi keluar kamar mandi ada laki-laki di kamarku , gimana aku enggak kaget mas !!"

"Tapi kamu enggak diapa-apain kan sama Rio ?"

" Enggak mas , aku cuma kaget aja tadi "

" Ehhh... Rio kamu ngapain masih disitu terus ayo keluar dari kamar adikku !!"

" Siap , iya mas "

Gibran Soeratmaja , Rio serta Bagas dan yang lainnya segera meninggalkan Diana. Mereka semua berjalan menuju lantai satu rumah tersebut . Sepasang sepatu Gibran masih berada dalam dekapan Rio . Hingga pada akhirnya Rio memberikan sepasang sepatu itu saat semuannya berada di sofa ruang tengah.

avataravatar
Next chapter