Saat tiba di depan apartement, Supir taksi menurunkan koper milik Syifa. Wanita itu langsung membayar ongkos taksi dan berlari masuk ke unit apartement suaminya. Saat sudah berdiri di depan pintu, ia menekan kode pengaman untuk masuk ke dalam. Betapa terkejutnya wanita itu saat melihat isi apartemen sudah hancur berantakan.
Syifa berlari masuk ke dalam kamar untuk mencari Jun. Namun, tidak ada tanda keberadaan pria itu. Ia mencari suaminya di sekeliling ruangan, tetap saja tidak ada tanda keberadaannya. Ia keluar dari apartement mencoba menandakan keberadaan suaminya kepada tetangganya.
"Permisi, kalian melihat suamiku tidak?" tanya Syifa.
"Ah, dia tadi ke lantai atas unit apartemen," balas penghuni apartement di sebelah apartemen mereka.
"Terimakasih infonya," sambung Syifa berlari kearah lift dan naik ke lantai 30.
.
Jun tengah berdiri diatas tembok atap unit apartemen tempat ia tinggal. Ia memejamkan matanya dengan keadaan yang benar-benar berantakan. Jun seperti orang gila saat ini, tangannya di penuhi luka bekas gigitan dan bekas cakar. Ia melangkah dan akan menjatuhkan tubuhnya. Namun, Syifa segera memegang tangan suaminya sambil menangis.
"Turun, jangan tinggalkan aku," ucap Syifa yang wajahnya sudah di penuhi air mata.
Jun menatap ke arah istrinya dan turun dari tembok atap unit apartemen, Syifa langsung memeluk suaminya dengan erat. Ia begitu sedih melihat keadaan suaminya saat ini, tangisannya pecah dipelukkan Jun.
"Jangan tinggalkan aku," ucap Syifa berulang-ulang kali sambil terisak.
Jun membalas pelukkan Syifa dan meneteskan air matanya, ia sangat mencintai istrinya ini. Namun, karena rasa bersalahnya kepada Sarah, dia mengabaikan Syifa. Membuat Syifa salah paham dan sempat meninggalkan Jun. Pria itu benar-benar merasa bersalah dan merutuk dirinya sendiri. Tidak seharusnya dia mengabaikan wanita yang sangat tulus padanya. Jun benar-benar menyesal dan merutuk dirinya terus menerus.
"Maafkan aku Syifa, aku sudah menyakiti perasaanmu," ungkap Jun yang menangis.
"Aku yang salah, telah meninggalkanmu. Maafkan aku, jangan lakukan hal seperti tadi. Anak kita membutuhkanmu Jun," jelas Syifa yang masih terisak.
"Aku tidak akan meninggalkanmu, percayalah. Maafkan aku tidak menceritakan tentang alasanku yang sebenarnya untuk ke China. Tapi aku sudah memutuskan hubungan dengannya," balas Jun.
Syifa hanya diam dan memeluk erat suaminya. Tiba-tiba wajahnya pucat dan akhirnya Syifa pingsan dipelukkan Jun. Pria itu panik dan melihat wajah istrinya yang begitu pucat. Tubuh Syifa dipenuhi keringat, kakinya berdarah karena sempat terjatuh di depan apartement.
Tanpa pikir panjang, Jun menggendong istrinya dan membawa masuk ke dalam apartement miliknya. Jun menidurkan istrinya di atas kasur dan menyelimuti Syifa. Ia menelepon Dokter agar segera datang ke unit apartement untuk memeriksa keadaan Syifa yang pingsan. Ia setia berada di samping istrinya sambil menunggu Dokter datang ke apartemen-nya.
"Sayang bangunlah," ucap Jun menggenggam tangan Syifa.
Setelah beberapa menit, Dokter pun menekan bel apartement dan Jun segera membuka pintu, menyuruh Dokter itu segera memeriksa Syifa. Dokter mulai memeriksa wanita cantik itu, dan setelah selesai ia menatap Jun yang dalam kondisi penuh luka.
"Dia baik-baik saja, hanya saja tubuhnya kelelahan. Apa tadi dia berlari? Karena baju yang ia kenakan basah," ungkap Dokter.
"Iya tadi di berlari dan terjatuh, Dokter sudah mengobati kakinya? Anakku bagaimana?" tanya Jun yang khawatir.
"Istrimu sudah aku tangani, anakmu juga baik-baik saja, sekarang obati lukamu," jelas Dokter mengobati tangan Jun.
.
Setelah mengobati Jun, Dokter langsung pulang dan Jun langsung menghampiri Syifa yang masih dalam keadaan pingsan. Pria itu naik ke atas kasur dan berbaring disebelah istrinya sambil memeluk tubuh Syifa. Ia mengelus perut istrinya yang tengah hamil anak mereka.
"Maafkan Papa sudah membuat kalian kelelahan, harusnya Papa tidak melakukan tindakan ceroboh seperti tadi," ucap Jun merasa bersalah.
"Maafkan Papa membuat mamamu pingsan nak. Papa berjanji tidak akan mengulanginya lagi," sambung Jun.
Syifa membuka kedua matanya dan langsung duduk, ia menatap ke samping kanannya dan langsung memeluk Jun dengan erat. Pria itu membalas pelukkan istrinya dan mengusap lembut surai panjang milik Syifa.
"Jangan lakukan hal seperti tadi," ujar Syifa.
"Tidak akan," jawab Jun.
"Jangan lukai tanganmu, kamu 'kan jadi terluka," sambung Syifa kembali menangis.
Jun melepaskan pelukkannya dan menghapus air mata sang Istri yang sudah memenuhi wajahnya. Ia tersenyum dan mengecup singkat bibir Syifa. Wanita itu hanya diam dan menatap kedua mata suaminya.
"Jangan pernah tinggalkan aku seperti tadi, paham? Hidupku akan hancur tanpamu," ucap Jun.
"Habisnya kamu membuatku cemburu, sakit tau melihat pria yang aku cintai mencium gadis lain," jawab Syifa.
"Ciumannya juga beda lagi, aku makin sakit hati melihatnya," sambung Syifa terisak dan memanyunkan bibirnya.
"Ter--," ucapannya terpotong saat Jun menautkan bibirnya pada bibir Syifa.
Cup!
Jun mencium bibir istrinya dengan lembut sambil menutup matanya. Syifa membalas ciuman tersebut dan ikut memejamkan matanya, suaminya memegang kepala Syifa dan memperdalam ciuman mereka. Air mata Syifa masih menetes dan mengenai bibir mereka yang tengah berciuman. Syifa melepaskan tautannya dan menatap Jun.
"Kenapa?" tanya Jun.
"Asin," jawab Syifa yang tertawa kecil.
Jun tersenyum dan kembali mencium bibir istrinya. Ia merebahkan tubuh istrinya dan memperdalam ciuman mereka. Airmata yang membasahi bibir mereka tidak menghalangi adegan ciuman panas ini. Jun dan Syifa akhirnya melakukan hubungan suami-istri. Sepuluh menit berlalu, mereka menyudahi kegiatan tersebut. Jun memakai kembali baju lalu membantu Syifa mengambil baju bersih didalam lemari. Ia memberikan pada Syifa, gadis itu pun memakai bajunya.
"Mas bersihin ruang tamu dulu ya," ucap Jun.
"Ikut," jawab Syifa memegang tangan suaminya.
"Kamu istirahat saja sayang," sambung Jun.
"Aku mau ikut, biar cepat selesainya..." jawab Syifa.
Jun hanya mengangguk dan menggandeng istrinya yang tubuhnya masih lemah. Mereka menuju ruang tamu dan membersihkan vas bunga yang pecah. Memasukkan bunga di keranjang khusus yang mereka bawa.
"Hati-hati Sayang," ucap Jun yang mengkhawatirkan istrinya.
"Iya Mas," sahut Syifa.
Setelah membersihkan ruang tamu, mereka pindah ke ruang keluarga. Terlihat ruang keluarga sangat berantakan akibat Jun yang emosi. Syifa mengambil serpihan kaca yang berserak di lantai, Jun membantu istrinya membersihkan ruang keluarga.
"Hayo, semua barang pecah. Mulai dari nol lagi mengisi apartement ini agar tidak kosong," ucap Syifa tersenyum pada suaminya.
Pria itu hanya tertawa kecil dan mereka fokus membersihkan ruang keluarga yang di penuhi pecahan kaca secara berhati-hati. Setelah bersih mereka memilih duduk dan meminum air mineral dingin untuk menghilangkan rasa lelah mereka. Mereka tertawa bersama dan menikmati hari dengan begitu bahagia. Tidak ada kesedihan lagi saat mereka bersama, hanya ada kebahagian dimata sepasang Suami, Istri ini. [.]