Hanyalah Milikmu

Aku membawa obat yang barusan aku ambil di resep pengambilan itu, kemudian kutaruh obat itu di meja yang tak jauh dari ranjang. Sesekali kulirik ke singgah gadis itu berbaring tanpa daya di atas ranjang rumah sakit yang beralas spons itu, lalu berjalan untuk mengambil kursi yang terletak di bawah ranjangnya agar aku tidak selalu berdiri. Ingat wajahnya, teringat pula wajah pamannya yang katanya anak pamannya itu juga sedang sakit keras. Bahkan wajah itu juga mengingatkan tentang peristiwa di kawasan Anyar itu. Sebenarnya orang tuamu berada di mana? Lekat-lekat kupandang gadis yang kali ini matanya masih terpejam rapat. Tanpa aku sangka, ternyata dia memakai make up tipis yang hanya bisa terlihat dari dekat saja. Lipstik merah jambu yang samar pada bagian luar bibir, terlihat senada dengan lipstik merah mawar pada bagian dalam bibirnya. Wajahnya cantik. . Hust, jangan bilang seperti itu. Apakah pantas memuji gadis lain di belakang Mafayzah? Aku berpaling untuk tidak memandangnya kembali. Aku seharusnya lebih menjaga pandangan saat sedang berjauhan dari calon istriku, Mafayzah.