9 Sia Sia

Sesaat.. aku mulai memasuki ruang mimpi ku, aku berjalan di tengah keramaian bersama seorang pria yang membawa sebuah payung hitam, berjalan melewati banyaknya orang yang sedang berlalu lalang di sebuah jalan besar, di seberang sana terdapat sebuah pasar tradisional bertingkat empat.

Sementara.. aku masih memperhatikan di sekitar ku, Namun.. aku tidak mengenali tempat ini sama sekali, orang orang itu berjalan dari arah timur ke barat begitu pun sebaliknya, tapi.. aku bersama seorang pria berpakaian layaknya manajer itu, masih terus berjalan melewati mereka. Ia memakai sebuah jas hitam kantoran yang memiliki tiga buah kancing hitam yang menempel pada bagian ujung lengannya, dengan dasi berwarna merah yang menjulur ke bawah, pada bagian ujung dasi itu tertutup dengan jas hitam besarnya.

Dan pada bagian dasarnya yang di balut dengan sebuah kemeja putih yang Ia kenakan. Kami mulai memotong kerumunan orang orang itu dari samping menuju sebuah lorong gelap yang mengarah ke lantai terbawah.

Setibanya di sana.. aku memasuki lorong itu dan mulai berjalan melewatinya, sekarang.. suasana pun berubah drastis menjadi sepi dan senyap, di sertai hujan yang turun begitu derasnya, tidak ada seorang pun yang terlihat dari kejauhan, kami hanya menelusuri sebuah jalan panjang yang tak berujung ini. Suasananya sama seperti aku bersama Maki, hanya saja.. di sekeliling ku terlihat begitu gelap dengan kabut tebal yang menyelimuti bagian sisi jalan.

Aku mencoba untuk menoleh ke arah wajah Pria tu, tapi.. aku sama sekali tidak mengenalinya. Setelah berselang cukup lama.. aku kembali memperhatikan ke arah depan yang secara perlahan membuka pandangan ku dari kabut tebal itu, aku mulai melihat ada seorang wanita yang sedang menangis di ruas jalan sana, Ia sedang memohon mohon kepada seorang pria besar yang di kawal oleh dua orang lainnya.

Dengan posisi duduk yang di mana kedua kakinya melipat dan mejulur di sisi badannya, Ia tampak begitu sedih dengan air matanya yang mengalir begitu deras. Warna air mata miliknya bagaikan biji permata yang begitu cerah dan indah.

Seketika aku bertanya kepada pria di samping ku, " Siapa mereka, dan kenapa wanita itu menangis? " Ujar ku pada Pria yang berada di samping ku. " Wanita itu tidak menangis, tapi Ia.. hanya memohon untuk di berikan sebuah gelar kehormatan oleh pria besar itu " Ucapnya yang membuat ku semakin bingung, apa maskud dari semua itu. " Begitu pun juga dengan kamu.. " Sesaat wanita bersama pria besar itu menghilang dari pandangan ku dan aku menoleh kembali ke arah wajah pria itu lagi. hahh.. Makii..

" Kriinggg.. kriinggg.. " Dasar jam sialan, selalu mengusik ketenangan batin ku saja, aku masih menggenggam erat sarung bantal ku seperti ingin melepasnya. huuahhh.. aku mulai menguap di atas tempat tidur ku ketika cahaya matahari mencoba menembus korden tebal ku, Aku berbaring dari posisi miring ku dan menggeser sebuah korden pada jendela itu. Aghh.. seketika cahaya yang begitu menyilaukan mata pun muncul dari balik jendela, Aku berpaling dari cahayanya dan memejamkan mata ku, sedikit melihat cahaya matahari yang begitu terang itu.. membuat rasa ngantuk ini menghilang.

Aku mulai bangun dari posisi tidur ku dengan malas dan mematikan sebuah lampu tidur yang berada di samping ku, aku menarik talinya yang menjulur ke bawah. sepertinya.. ini saat yang tepat untuk bergegas mandi dan sarapan. Aku beranjak meninggalkan kasur ku dan menuju pintu kamar, berjalan menuruni tangga dan sesampainya di bawah, aku melihat berbagai sarapan yang sudah tersedia di atas meja ruang tamu, bersama dengan televisi yang masih menyala. Menayangkan sebuah acara kartun serial di pagi hari.

Aku berjalan menuju dapur mencari bibi ku, tapi.. tidak ada siapa pun di dapur. Apakah bibi sudah keluar ya, tidak mungkin juga kan kalau bibi masih berada di dalam kamarnya?. Tanya ku sendiri dengan bingung. Aku berjalan menuju kamar mandi dan mengambil sebuah handuk biru muda yang tergantung di tempatnya. Dan bergegas mandi dengan air dingin yang keluar dari shower-nya. Akhh.. keluh ku sesaat air dingin itu mengguyur tubuh ku.

Usai mandi.. aku langsung menuju ke atas untuk memakai baju seragam ku, sesampainya di kamar.. aku langsung memakai semua seragam yang sudah di siapkan di atas meja makan, Aku memakai rok hitam ku bersama dengan baju putih polos dengan bahannya yang mudah menyerap keringat dan terasa dingin ketika di pakai. Kemudian aku memakai seragam putih ku, dan tak lupa dengan dasi kecilnya yang berwarna merah, Akhh.. cantik bukan diri ku ini, seketika aku menilai diri ku saat sedang becermin pada lemari kaca, aku bertolak pinggang sambil memegangi untaian rambut depan ku dan bergaya layaknya model.

hanya saja.. aku tidak memiliki payudara besar seperti wanita pada umumnya. Huhh.. menyebalkan bukan. Bagaimana mau dapet pacar kalau seperti ini. Gerutu ku seketika berubah menjadi senyuman yang manis. Tapi tak apa.. aku masih punya senjata andalan untuk meraih pria idaman ku.

Sesaat.. aku melihat sebuah plastik kecil pemberian dari Maki yang tergeletak di atas meja belajar ku. Terletak di antara lemari dan tempat tidur, aku penasaran dengan isinya yang Ia belikan untuk ku, aku membuka plastik itu dan melihat berbagai belanjaan yang terbungkus di dalamnya. Waahh.. apa ini, sebuah roti cincin rasa keju yang berukuran cukup besar, bersama dengan biskuit coklat dan dua kotak wafer rasa strowberry dan vanilla, ehh.. ini dia susu yang bibi maksud. Aku melihat satu kotak besar berwarna hijau, aku langsung mengambilnya dan benar saja.. sebuah susu pelangsing badan.

Tapi untuk apa, raut wajah ku seketika berubah menjadi keheranan saat membaca khasiat yang tertera pada bungkusnya, bukan kah susu ini di rekomendasikan untuk para binaragawan dan seorang penari yang lentur badannya. Memangnya aku ini penari balet apa di belikan susu seperti ini, tapi.. bagaimana pun juga aku harus menghargai semua pemberian dari nya. Tapi.. berapakah semua harga yang sudah Ia beli. Seketika pertanyaan ku muncul saat melihat semua belanjaannya yang terlihat begitu besar.

( Ssreekk.. srekk.. ) Suara plastik ketika aku mengocek bagian isinya, tapi.. tidak ada bon yang menuliskan sejumlah harga dari belanjaan ini yang tertinggal di dalamnya. Padahalkan aku mau tahu dengan harga susu ini. Tapi.. kalau di lihat dari bungkus kotak hijaunya yang besar, sepertinya memiliki harga yang cukup mahal. Aku berjalan menuju rak buku yang terletak di atas meja belajar ku yang di bawahnya ada sebuah jadwal pelajaran yang tertera pada kertas putih yang menempel di tembok, hari ini.. pelajarannya Seni Budaya, IPA, Bahasa Indonesia dan yang paling atas ada Sejarah.

Hahh.. gawat, hari ini kan ada ulangan sejarah, mana belum belajar lagi. Aku langsung bergegas memasukkan semua buku pelajaran ku ke dalam ransel dengan sedikit berburu buru. Aku langsung menuruni tangga dengan cepatnya yang seketika melompati empat anak buah tangga pada bagian pertama dan melompati dua buah anak tangga pada bagian kedua. Dan dengan cepatnya aku menuju meja kecil itu untuk menyantap semua sarapan yang sudah di siapkan di atas meja.

Aku mengambil satu potong roti berbentuk persegi yang di bagi membentuk segitiga dan mengunyahnya dengan cepat. Gleepp.. Ahhh.. seketika roti di tangan ku tinggal setengah bagian, Aku langsung meminum susu pelangsing badan itu bersama dengan roti yang berada di dalam mulut ku, begitu pun juga pada sisanya yang masih ada di tangan ku sampai susu itu tersisa seperempat gelas.

Aku langsung mencari remot pada televisi ku, tapi.. kemana remotnya. Kenapa tidak ada di atas meja, kan biasanya ada di sekitar sini. Akhh.. ya sudah lah aku berangkat saja tanpa mematikan televisi ku. Aku mengambil satu potong roti lagi dan berjalan keluar rumah. Aduh.. belum memakai sepatu lagi. Keluh ku dengan begitu kesal, aku langsung membawa kedua sepatu ku yang kemarin di pakai dan memakai sendal sebagai gantinya.

Huhh.. sesampainya di luar aku berlarian menuju halte bus yang berada di sepanjang jalan yang di lalui oleh Maki, Sambil berlari aku memakan sepotong roti yang sudah benyek tertekan tekan oleh tangan ku sendiri, Argg.. setidaknya roti ini masih terasa enak. Setelah cukup lelah berlarian aku melihat sejumlah siswi yang mulai memasuki bus dari jarak yang masih cukup jauh.

Oh tidak.. Buss.. buss.. kenapa kau pergi meninggalkan ku, Huhh.. jadi harus nunggu lagi deh sepuluh menit, padahalkan niatnya mau datang pagi pagi untuk belajar Sejarah sekalian ngerjain pr bahasa indonesia. Aku duduk di halte bus yang sekarang sudah tampak sepi tanpa seorang pun yang sedang menunggu di dalamnya. Aku duduk di bagian bangku bagian pojok kanan, menaruh kedua sepatu ku di tanah dan memakainya dengan cepat, sementara.. roti daging itu masih ku gigit di mulut ku, hahh.. setelah cukup jauh aku berlari ternyata hasil ku sia sia.

Aku menundukkan kepala ku sambil melebarkan paha ku dengan tangan tangan yang saling berjabat satu sama lain, aku menumpukan bagian sikunya di atas pangkal paha. Nafas ku mulai terengap engap setelah berlarian cukup jauh untuk mengejar bus bodoh itu, sekarang.. keringat ku mulai berjatuhan dari dagu ku, di tambah.. baju daleman ku yang sekarang terasa begitu basah bersama dengan ujung lengan pada kemeja putih ku, yang ikut meresap keringat ku yang mulai mengucur dari atas pundak.

avataravatar
Next chapter