28 Bab 28. Official Berkencan

"Cherry." Panggilnya ketika sudah sampai di dekat mereka. Obrolan dua orang itu seketika berhenti dan menatap ke samping untuk melihat Berry.

"Eh, Berry?" Cherry terlihat terkejut dengan kedatangan lelaki itu.

"Boleh kita bicara?" masih dengan rasa sopan lelaki itu berbicara. Karena bagaimanapun, hal itu adalah nomor satu. Cherry sedikit memiringkan kepalanya karena sedikit merasa heran. Tapi akhirnya dia pun bersedia.

"Aku pergi dulu."

"Oke. Kita bisa diskusi lagi nanti." Bahkan Cherry juga belum memberikan jawaban, Berry sudah menarik tangan gadis itu sedikit agak keras. Membuat Cherry berusaha menyeimbangkan kakinya. Gadis itu sama sekali tak bertanya apa yang akan dikatakan oleh Berry. Atau sekedar menghentikan langkah lelaki itu yang benar-benar melangkah panjang-panjang.

Sepertinya ada yang mengganggu pikiran Berry, dan seseorang yang merasakan keresahan tidak boleh mendapatkan tekanan. Dengan dia bertanya lebih dulu, bisa saja itu akan memperburuk keadaan. Seperti itulah pemikiran Cherry.

Mereka sampai di tempat dimana tidak ada seorangpun yang akan datang kesana. Berry melepaskan tangan Cherry, dan Cherry pun sama sekali tak berusaha untuk berbicara. Dia menatap punggung lelaki itu dan berusaha untuk bersabar sampai Berry mengatakan sesuatu.

Lama, gadis itu menunggu, tapi tak ada kata pun yang keluar dari bibir Berry. Keduanya Setia dengan apa yang mereka pikirkan. Bahkan mereka tetap dalam posisi yang sama. Angin berhembus pelan seolah memberikan kenyamanan yang begitu menenangkan. Berharap siapapun diantara keduanya yang sekarang sedang dalam balutan emosi bisa merasakan kedamaian meskipun itu hanya sejenak.

"Berry."

"Aku nggak tahu harus mengatakan apa ke kamu." Berry tiba-tiba berbalik dan menatap Cherry dengan tatapan yang sangat dalam. Membuat Cherry merasa kaget, "semalaman penuh, aku nggak bisa tidur dan nggak bisa memikirkan hal lain selain kamu," Cherry terlihat meneguk ludahnya dengan pelan. Dia tak tahu apa yang akan dikatakan oleh lelaki itu sebagai lanjutan. Atau, sebenarnya apa yang ingin dibahas oleh Berry bersamanya.

"Dan sekarang, melihat kamu bersama dengan cowok lain, aku merasa hatiku marah dan nggak suka." Ucapan itu terang-terangan, "Kalau memang kamu tahu dan bisa mengartikan ini, maka apa arti semua ini. Apa yang sedang terjadi pada diriku?"

Kedua orang yang tak pernah terjamah oleh yang namanya cinta, sama-sama bodoh dalam hal itu. Memiliki nilai nol besar seandainya dalam ujian, kemudian salah satunya bertanya, lalu jawaban apa yang akan diberikan? Ini seperti, seseorang yang diminta untuk mengerjakan soal matematika. Dia tahu rumusnya, tapi dia tak tahu cara mengerjakannya. Sungguh sangat menyedihkan sekali memang.

"Aku nggak tahu jawaban dari pertanyaan itu, Ber. Aku, aku minta maaf kalau memang membuat kamu menjadi terbayang tentang aku, tapi sungguh. Aku nggak pernah mengirimkan jampi-jampi atau sejenisnya sebelumnya."

Kan, ngaco sekali jawabannya. Seperti orang yang tidak waras dengan mengatakan sesuatu yang tidak masuk akal. Dan ini sungguh lucu. Berry tak mengatakan kalau ini adalah kesalahan Cherry. Dia juga tak bermaksud menyalahkan gadis itu. Ini adalah masalahnya, hanya saja masalah ini dia tak bisa memecahkan sendiri. Karena itu, dia bertanya pada seseorang yang memiliki kaitan dengannya.

"Aku nggak nuduh kamu." Berry menjawab, "aku rasa aku butuh jawaban yang pas untuk keadaanku sekarang. Agar aku tahu apa yang aku harus lakukan setelah ini." Banyak orang diluaran sana yang sangat memahami masalah seperti ini. Atau ada juga yang bahkan tak paham apa yang dirasakan oleh hatinya seperti halnya Berry.

Tapi, dengan berdiskusi dengan orang yang bersangkutan, ini akan lebih baik dibandingkan dia harus menanyakan kepada orang lain. Toh Cherry bukan tipe gadis yang akan berkoar dan membahas masalah ini kepada orang lain.

"Apa aku jatuh cinta, Cherry? Sama kamu?" akhirnya kalimat itu meluncur begitu mulus untuk gadis di depannya, "Berkali-kali kita bertemu, dan melalui sesuatu bersama , aku kira adalah alasan kenapa aku merasakan perasaan ini ke kamu."

Cherry menegang di tempatnya. Dia Benar-benar tak menyangka jika Berry akan mengatakan hal yang demikian. Benarkah ini adalah Berry yang dikenalnya? Benarkah lelaki itu sekarang mengatakan perasaannya kepadanya? Sebenarnya ini sama sekali tak bisa dipercaya, tapi bagaimanapun apa yang dikatakan oleh Berry baru saja adalah nyata. Telinga Cherry tidak salah dengar.

"Aku, mungkin ini membingungkan bagi kamu. Tapi aku juga merasa bingung. Bingung dengan perasaanku sendiri. Tapi aku juga merasa lega setelah aku mengatakan ini sekarang." Senyuman Berry terbit dan ketulusan itu benar-benar terlihat di sana.

"Kamu…. serius?" begitu cara Cherry meyakinkan kepada dirinya dan juga kepada Berry. Ini adalah sesuatu yang tidak bisa dijadikan candaan atau hanya sebuah permainan.

"Iya, aku serius."

"Lalu, apa yang kamu harapkan dengan mengatakan ini ke aku?"

"Pertama, aku memang harus mengatakan ini ke kamu agar semua ganjalan di dalam hatiku bisa keluar begitu saja. Dan yang kedua, mungkin kita bisa mulai menjalani hubungan ini menjadi lebih dari teman." Berry menarik tangan Cherry dengan lembut sebelum dia kembali berbicara. Matanya masih menatap Cherry dengan lembut dan terselip kekaguman di sana.

"Aku nggak tahu bagaimana perasaan kamu ke aku. Tapi aku merasa bersama dengan kamu adalah yang benar. Aku memang tidak bisa menjanjikan apapun ke kamu. Apapun. Tapi aku merasa kalau memang kamu adalah perempuan yang aku cintai pertama kalinya dalam hidupku, aku ingin hubungan ini bisa bertahan. Aku nggak akan memaksa kamu, pikirkanlah." Kalimat panjang itu adalah pertama kalinya Berry katakan kepada Cherry.

Entah mimpi apa semalam gadis itu sampai hari ini ada seorang lelaki tampan yang sedang menyatakan cinta kepadanya. Jelas ini bukan pertama kalinya, hanya saja sepertinya ini adalah yang paling berkesan. Cherry dengan ragu berkata, "Kamu, mau sama aku?"

Kebodohannya kembali. Pertanyaan itu sangat tidak berbobot, namun anggukan Berry terlihat. "Kenapa tidak?"

"Maksud aku, ada banyak perempuan yang pasti mau sama kamu. Aku yakin orang yang menyukai kamu semuanya cantik."

"Aku menyukai kepribadian kamu. Dan tentang cantik, aku rasa kamu bahkan sangat cantik. Di mataku." Sebuah pujian mungkin akan membuat seorang perempuan malu-malu. Wajah yang terlihat memerah karena blushing. Tapi Cherry justru terlihat seperti orang yang berpikir ketika Berry mengatakan isi di dalam pikirannya. Sungguh, tak ada manis-manisnya sama sekali memang.

"Aku belum pernah pacaran sebelumnya," Cherry berterus terang.

"Aku pun sama." Berry menjawab.

Keduanya saling memandang lama, dan pada akhirnya mereka sama-sama terkekeh. Ini lucu, dua orang yang tidak pernah berpengalaman dalam hal cinta akhirnya bersatu. Cherry adalah lelaki pertama yang menjadi kekasihnya, pun dengan Berry. Dari sanalah mereka akan saling belajar menjalin sebuah hubungan. Tentang apakah ini akan berhasil nantinya, hanya waktu yang bisa menjawabnya.

*.*

avataravatar
Next chapter