webnovel

Chapter 1: Mimpi

Kali ini Maura benar-benar tak dapat menahan rasa kantuk yang menyerangnya. Semalam, ia tak bisa tidur setelah terbangun tengah malam. Akhir-akhir ini Maura selalu mengalami mimpi yang sedikit aneh. Mimpi yang mengganggu jam tidurnya.

"Psst.. Ra.. bangun! Maura bangun!"

Putri, teman sebangku Maura mencoba membangunkan gadis berambut ikal itu. Usaha Putri sia-sia saja, Maura masih terlelap di atas meja, seolah ia tengah berada di kamar miliknya.

Sudah beberapa hari ini Maura selalu tertidur saat jam pelajaran. Maura selalu terbangun tengah malam karena sebuah mimpi aneh. Alhasil, ia merasakan kantuk saat pelajaran berlangsung.

Perasaan Putri mulai tak enak. Ia merasakan ada sepasang mata tajam memandang ke arahnya dan Maura. Bu Rona yang sedari tadi asyik menerangkan pelajaran, berjalan menghampirinya. Tampaknya ia menyadari kalau salah satu siswinya sedang terlelap di waktu yang salah, dan tak memperhatikan mata pelajaran.

"Maura.." Maura sama sekali tidak terganggu dengan panggilan guru sejarahnya itu.

"MAURA!"

Maura menggeliat, "sebentar lagi, Bunda." gadis itu mengigau dalam tidurnya.

Kedutan mulai muncul di dahi wanita bertubuh tambun tersebut.

BRAAKK...

"MAURA BANGUN!!!" akhirnya kesabaran Bu Rona pun habis sudah. Maura tersentak dan bangun dari tidurnya.

"Tidak boleh tidur saat pelajaran berlangsung, kau mengerti?"

"Ma-maaf Bu, tadi aku tak sengaja.. tadi itu-"

"Banyak alasan! Cepat ke kamar mandi dan basuh wajahmu!"

Maura mengangguk dan bergegas ke kamar mandi.

Kegiatan belajar membuat kamar mandi menjadi tempat yang sangat sunyi. Suara hentakan langkah kaki Maura terdengar nyaring. Tak ada satu orang pun di kamar mandi saat ini. Maura segera membasuh wajahnya.

Cklek..

Suara pintu terbuka menghentikan aktifitas Maura. Maura menghampiri sumber suara. Ia yakin sejak tadi tak ada siapapun di sini. Maura bergidik, lantas siapa yang membuka pintu toilet? Rasa takut menyelimutinya. Maura segera menepis pemikirannya. Mungkin saja ada orang di sini dan Maura tak menyadarinya. Maura mendekat ke arah sumber suara.

"Siapa di sana?"

Tak ada jawaban.

"Hello, ada orang di sana?"

Dan BINGO! Tak ada siapapun. Seketika bulu kuduknya berdiri. Ia harus segera kembali ke kelas. Belum sempat Maura berlari, bayangan seseorang tiba-tiba muncul di depannya.

"Aaaaaaaa..."

BRUKK!!

Keseimbangan tubuh Maura hilang. Ia tersentak kaget, badannya terhuyung dan akhirnya jatuh pingsan.

Kelopak mata Maura terbuka menampakkan manik coklat miliknya. Ia mengkerjapkan matanya. Sekarang Maura berada di ruang UKS. Ia menoleh, tampak Putri terduduk di sampingnya.

"Kau tak apa-apa?" tanya Putri khawatir,

"tadi kau pingsan di toilet, apa yang terjadi?" timpal sahabatnya itu.

"Pingsan?"

Putri mengangguk.

Otak Maura memutar kejadian yang baru saja ia alami di toilet.

"Hantu!" celotehnya.

"Eh? Ha-hantu?" kening Putri berkerut.

"Iya hantu! Tadi aku melihatnya di toilet, dia.. ah aku memang tak melihatnya dengan jelas tapi aku yakin itu hantu, Put!"

Putri tak lantas percaya dengan cerita Maura. Mungkin saja Maura mengigau, atau mungkin ini efek dari pingsannya.

"Sebaiknya sekarang kau istirahat saja dulu, aku akan mengatakan pada Bu Rona kalau kau sudah sadar, aku akan segera kembali." ujar Putri berlalu.

Maura mencoba memejamkan matanya. Putri benar, ia harus beristirahat.

"Ck, aku bukan hantu!" sebuah suara bariton mengurungkan niat Maura untuk beristirahat.

Maura menoleh. Tampak seorang lelaki berdiri menyandar di dinding, tepat di depan Maura berada. Lelaki itu menghampirinya.

Maura terkejut dengan kedatangan sosok asing itu. Ia tak mengenalnya, sungguh! Lelaki itu bahkan tak memakai seragam sekolahnya. Ia bukan murid sekolah ini, lantas siapa dia?

"Bantu aku.." bisik lelaki itu.

"E-eh? S-siapa kau?"

"Orang yang tadi kau sebut hantu!"

"H-hantu? Aaaaaaa..."

"Ck, berhentilah berteriak! Sudah ku bilang aku bukan hantu!"

Maura sedikit bernafas lega. Ternyata itu bukan hantu. Tapi siapa dia? Mungkin saja dia seorang maniak yang menyusup ke sekolahnya.

Maura segera turun dari ranjang UKS dan memasang kuda-kuda untuk menyerang maniak itu.

"Siapa kau? Apa kau penyusup?"

Lelaki itu mengkerutkan keningnya. Detik berikutnya ia tertawa terbahak.

"Hahahahhahahah... kau bilang apa? Penyusup? Hahahahhaha,"

Maura menatap heran lelaki aneh di hadapannya.

"Apa yang lucu? Berhentilah tertawa! Pergi atau aku akan teriak!"

"Silakan saja, mereka takkan bisa melihatku."

Untuk sekian kalinya Maura dibuat heran dengan perkataan lelaki tersebut.

"Apa maksudmu?"

"Baiklah akan ku jelaskan, aku ini bukan hantu. Aah.. aku tak tahu apa itu. Yang jelas aku bukan hantu, tapi orang lain tak bisa melihat diriku dan hanya kau yang bisa melihatku." ujarnya dengan wajah polos.

Belum sempat lelaki itu melanjutkan perkataanya, Maura kembali pingsan.

***

Suara jangkrik saling bersahutan. Hari sudah larut. Tidak, mungkin lebih dari larut, ini sudah hampir dini hari. Maura masih belum memejamkan kedua matanya. Ia tak bisa tidur. Kejadian aneh yang ia alami di sekolah terus mengganggu pikirannya.

"Lupakan Maura! Tadi itu hanya imjinasimu, sekarang bergegaslah tidur!" titahnya pada diri sendiri.

"Itu bukan imajinasi."

Suara itu lagi. Tidak mungkin maniak itu ada di sini. Mungkin sekarang pendengaran Maura mulai terganggu, ia mendengar suara yang tidak-tidak. Maura tak mengindahkan suara tersebut dan memaksakan matanya untuk terpejam.

"Aishh.. jangan mengacuhkanku!"

Maura masih berusaha memejamkan matanya. Ia benar-benar tak mau tahu siapa sosok di hadapannya sekarang. Maura menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya.

"Kubilang jangan mengacuhkanku!"

Tanpa basa-basi, lelaki itu menyingkap selimut yang menutupi tubuh Maura. Sejurus kemudian ia mendekatkan wajahnya.

"Bantu aku.." bisiknya.

Dengan perlahan Maura mencoba membuka matanya.

"A-apa yang harus aku bantu?"

"Jadilah pacarku!"

"APA KAU BILANG?"

To be Continued

Next chapter