webnovel

pindah sekolah

Hanna adalah gadis broken home yang dimana keadaan keluarganya di ambang perceraian.

Suatu malam, Ibu dan Ayah Hanna berbicara kepada Hanna untuk memberikan pilihan kepadanya.

Apakah Hanna ikut dengan ibunya kembali ke kota atau tetap bersama ayahnya yang sedang kesulitan ekonomi di desa.

Karena Hanna tidak ingin menyusahkan ayahnya, maka Hanna memilih untuk ikut ke kota bersama ibunya.

Di kota Hanna tinggal di rumah kakek dan neneknya, ibu Hanna mulai mengurus sekolah Hanna di kota dan mencari pekerjaan.

Hanna gadis yang sedikit pendiam dan cuek, dia tidak yakin dia bisa langsung akrab dengan anak kota di sekolahnya nanti, apa lagi sekolah Hanna yang akan dia masuki adalah sekolah yang elit, penuh dengan anak-anak orang kaya.

Hari pertama masuk sekolah pun tiba, di hari pertama sekolah, Hanna mendapat bully anak-anak nakal di sekolah, saat berjalan kaki Hanna tersandung oleh kaki anak laki-laki yang jail sampai Hanna terjatuh.

Anak jail itu bernama Hesa, Hesa beserta teman-temannya menertawakan Hanna yang sedang terjatuh.

"Hahaha makanya kalau jalan lihat-lihat dong."

Taka yang keluar dari ruang perpustakaan melihat kejadian itu, dengan gerak cepat menolong Hanna.

Karena Hanna masih sedikit takut, Hanna berjalan lurus dan tidak memperdulikan kebaikan Taka.

Hari pertama sekolah pun selesai, Hanna pulang naik angkutan umum sendiri, sesampai di rumah, Hanna langsung masuk ke kamarnya.

Melihat anaknya sudah pulang, Kirana menanyakan bagaimana harinya di sekolah

"Bagaimana sekolahnya Han?," Tanya Kirana kepada Hanna

"Aku tidak suka sekolah di sini Bu," jawab Hanna

"kenapa?."

"Banyak anak nakal di sekolah, pengen Hanna tonjok saja muka mereka," jawab Hanna dengan sangat emosi.

Kirana takut Hanna berkelahi dengan temannya lagi di sekolah seperti waktu di SMP.

Kirana pun memperingatkan Hanna

"Pokoknya jangan sampai keulang lagi kejadian di sekolahmu yang dulu ya.....! kamu itu sudah besar, jangan berkelahi terus dong."

Mendengar kirana mulai mengoceh, Hanna pun menutup pintu kamar dan mengabaikan nasehat ibunya yang berada di ruang tengah.

Di kamar, Hanna teringat ayahnya, dia sangat merindukan ayahnya yang berada di desa.

Sudah hampir seminggu dia tidak bertemu ayahnya, dia berharap bisa berkumpul bersama lagi.

Air mata Hanna pun tak terbendung, dikamar, Hanna menangis tanpa di ketahui oleh siapapun.

Keesokan harinya cerita tentang Hanna dimulai dari jam 5 pagi. Nenek mengetuk pintu kamar Hanna untuk membangunkan Hanna sholat subuh

"Han, sholat"

Hanna tidak menjawab sampai nenek membangunkannya hingga 3 kali dan barulah Hanna menjawabnya

"iyaa nenekk...."

Setelah Hanna sholat subuh, seperti biasa Hanna melanjutkan tidurnya sebentar sebelum ibu dan neneknya menyiapkan sarapan.

Pukul 05:30 wib, ibu Hanna membangunkan Hanna seperti biasanya, berteriak dari dapur sambil menyiapkan sarapan di meja makan

"Han sudah jam 6 nanti telat!!!."

Hanna yang mendengar suara ibunya dengan sekali teriakan, langsung terbangun, meski Hanna mengetahui bahwa yang di katakan jam 6 itu tidak benar.

Hanna tetap bersiap untuk mandi, dengan mata tertutup Hanna duduk di kasur selama 2 menit, berdiri dan berjalan mengambil handuk dengan setengah mata terbuka 3 menit, berjalan menuju kamar mandi 1 menit, di kamar mandi dia hanya berdiri selama 5 menit tidak ngapa-ngapain, gosok gigi 3 menit, mandi 10 menit, pakai seragam 30 menit, menyisir rambut dan lain-lain 5 menit.

Akhirnya pukul setengah tujuh, Hanna pun keluar dari kamarnya dan menuju meja makan untuk sarapan.

"Jam segini baru keluar, gak telat kamu?."

Hanna yang terlihat santai mengecek jam tangannya, apakah dia telah salah memprediksi waktu.

Setelah melihat jam tangannya, Hanna menjawab

"Enggak kok, kemarin sarapan jam segini Hanna enggak telat nyampe sekolah," sambil menyantap sarapannya

"Itu kemari hari pertama kamu masuk sekolah ibu anterin, hari ini dan seterusnya kamu naik angkutan umum," jelas Kirana.

Hanna yang baru tahu kalau hari ini tidak di antar ibunya ke sekolah, cepat-cepat memakan makanannya dan segera pergi ke sekolah.

Nenek yang melihat Hanna terburu-buru khawatir dia tersedak makanannya sendiri

"Makannya pelan-pelan Han," kata nenek perhatian.

Namun Hanna tidak mendengarkan nenek bicara, dengan cepat Hanna menghabiskan makanannya, lalu berpamitan.

"Hanna berangkat dulu, assalamualaikum."

Memakai sepatu pun, sambil berjalan, lalu membuka pagar rumah dan tidak kembali menutupnya.

Dia berlari dari rumah sampai ke halte. Di halte, Hanna menunggu angkutan umum yang tak kunjung datang, dia berdiri sambil melihat jam tangannya dengan cemas.

Dan tak lama kemudian angkutan umum pun tiba, Hanna merasa lega, sepertinya dia tidak telat, akhirnya dia pun sampai di sekolah.

Dari seberang jalan, Hanna melihat pak satpam yang akan segera menutup gerbang

Hanna mulai panik dan cepat-cepat turun dari angkutan umum dan berlari menuju gerbang sekolah.

Dengan kemampuan berlarinya, akhirnya Hanna berhasil memasuki gerbang.

Hanna pun ngos-ngosan, kedua tangannya masing-masing memegang satu lutut dan bagian perut.

Di parkiran ada Taka, murid tampan dan jenius di sekolah sedang melihat Hanna, Taka yang masih di atas motornya, melepaskan helm dan menghampiri Hanna untuk menyapa.

"Kamu Hanna kan?."

Hanna yang masih ngos-ngosan menatap Taka sambil menganggukkan kepala, Taka tersenyum melihatnya.

Tiga detik mereka saling memandang.

Hanna memandang Taka karena heran kenapa dia tersenyum kepadanya sedangkan Taka memandang Hanna karena tiba-tiba matanya melihat jelas wajah cantik Hanna.

Bell masuk pun berbunyi, membubarkan pandangan mereka. Karena Taka laki-laki yang cukup pintar, dia mampu menutupi pandangan Hanna yang seolah-olah dia tidak terpesona melihat wajah cantiknya dengan berkata santai mengajaknya masuk ke kelas.

Sedangkan otak Hanna tidak mempunyai pertanyaan satu pun soal apa yang di pikirkan Taka terhadapnya. Dengan otak kosong Hanna berjalan meninggalkan Taka menuju kelas.

Hanna berjalan memasuki lorong, Taka pun berjalan masuk ke lorong, Hanna belok ke kanan, Taka pun ikut belok ke kanan, langkah Hanna semakin cepat dan langkah Taka pun tidak kalah cepat. Karena merasa di ikuti, Hanna mendadak berhenti berjalan.

Langkah Taka pun tersentak dan berhenti tepat di belakang Hanna, Hanna yang tidak menyadari itu langsung membalikkan badan alih-alih untuk memberi tahu Taka agar tidak mengikutinya tapi yang dia dapati malah wajahnya di depan dada Taka.

Karena Taka sangat tinggi bagi Hanna, Hanna pun melihat Taka ke atas, sebaliknya Taka melihat kepala Hanna di bawah dagunya.

Bagi Hanna ini hal yang awkward, Hanna salah tingkah dan segera mengambil 2 langkah ke belakang lalu berkata

"Jangan terus mengikuti ku," sambil menunjuk ke arah Taka.

Namun, Taka merespon baik, Taka hanya menunjuk ruang kelas tepat di sampingnya dan Hanna berdiri

"ini ruang kelas 10 A kan?."

Taka melewati Hanna yang sedang berdiri dan masuk kedalam kelas yang sama dengan ruang kelas Hanna.

Mengetahui itu Hanna baru menyadari bahwa dirinya satu kelas dengan Taka.

Dengan menyesal karena perkataannya kepada Taka, Hanna memukul-mukul kepalanya sendiri karena malu.

Setelah merasa lebih tenang, akhirnya Hanna pun masuk ke dalam kelas dan mendapati Taka ternyata duduk tepat di belakang tempat duduknya.

Sambil melihat Taka dengan perasaan malu, Hanna berjalan degan hati-hati menuju tempat duduknya.

Melihat Hanna yang berjalan kaku, Taka membalas dengan senyuman dan memberikan kesan tidak terjadi apa-apa.

Tapi tetap saja Hanna menduduki kursinya dengan hati-hati dan merasa canggung, guru pun memasuki kelas dan pelajaran pun dimulai.

waktu berjalan cepat, bell istirahat berbunyi. Di jam istirahat, Hanna mencoba berbicara pada Taka dengan baik untuk meminta maaf.

Tapi sebelum Hanna membalikkan badannya untuk berbicara pada Taka, Hanna mendengar suara Sesha yang memanggil untuk mengajak Hanna pergi ke kantin.

"Hei anak baru," Hanna pun menoleh kearah Sesha.

"Kekantin yuk," ajak Sesha.

Hanna merasa ini adalah kesempatan dia mempunyai teman di kelas, disisi lain, Hanna juga ingin berbicara pada Taka untuk meminta maaf.

Karena Hanna terlalu lama menjawab ajakan Sesha, Sesha yang sok akrab langsung menyeret tangan Hanna.

Hanna berdiri dan berjalan bergandengkan tangan Sesha sambil melihat Taka yang duduk sedang memperhatikannya.

Tak lama Taka pun juga beranjak dari duduknya. sesampainya di kantin, Hanna dan Sesha memesan makan, duduk bersama dan mengobrol.

"Kamu anaknya memang pendiam ya?," kata Sesha.

"Kalau sudah akrab enggak kok," jawab Hanna.

"Ngomong-ngomong akrab, agar kita lebih akrab, kenalin nama ku Sesha."

Hanna tidak butuh waktu lama untuk akrab dengan Sesha karena Sesha orang yang supel dan gampang bergaul.

Di tengah obrolannya dengan Sesha, Hanna tidak sengaja melihat Taka berjalan masuk ke kantin sendirian.

Mengetahui itu Hanna pun berpura-pura tidak melihat Taka dan melanjutkan makan saja.

Sedangkan Taka, di kantin, dia melihat Hanna yang sedang makan. Tak lama kemudian Goji mendatangi Taka yang baru saja duduk di kantin dan mengajak Taka pindah bergabung duduk bersama Sesha dan Hanna.

"Ka, pindah yuk," ajak Goji.

"Pindah kemana?," tanya Taka

Goji pun menjawab, "Sesha duduk di sana tuh, sama anak baru, kesempatan kita untuk kenalan, ayok."

Taka pun tidak keberatan dengan ajakan Goji, tanpa di sadari Hanna dan sesha, Goji dan Taka langsung duduk semeja dengan mereka.

"Sha, kok ke kantin gak ngajak-ngajak sih?," kata Goji.

mengetahui itu Hanna tersedak makanan yang dimakannya karena melihat tiba-tiba Taka duduk semeja dengannya.

Taka bergerak cepat memberinya minum

"Minum dulu Han."

"Makasih," balas Hanna ramah, lalu Goji pun ikut memperingatkan Hanna untuk berhati-hati saat makan.

Setelah itu Sesha memperkenalkan, Taka dan Goji kepada Hanna. Karena Sesha, Hanna menjadi tahu siapa nama laki-laki yang baik kepadanya itu.

Setelah berkenalan dengan Taka dan Goji, Hanna mengingat bahwa dia harus segera meminta maaf pada Taka soal tadi pagi.

Tapi Hanna merasa bahwa waktunya tidak tepat untuk meminta maaf, jadi Hanna berencana untuk meminta maaf kepada Taka sepulang sekolah saja.

Bell pulang pun berbunyi, rencana Hanna untuk meminta maaf kepada Taka pun tidak terlaksana karena saat Hanna ingin bicara, mulut dan lidahnya kaku dan memutuskan untuk diam.

Pulang sekolah Hanna berjalan menuju pintu gerbang bersama Sesha, sampai di gerbang sekolah, mobil jemputan Sesha sudah di depan.

Sesha menawarkan Hanna untuk mengantarnya pulang tetapi Hanna menolaknya, Hanna tidak ingin merepotkan dan memilih naik angkutan umum saja.

Di depan gerbang sekolah Hanna berjalan menuju halte yang tidak jauh dari sekolahnya.

Tidak lama kemudian, Taka kebetulan lewat dan menawari Hanna untuk mengantarnya pulang.

Hanna pun berfikir kalau ini adalah kesempatan untuk meminta maaf pada Taka soal tadi pagi, jadi Hanna menerima tawaran Taka mengantarnya pulang.

Di perjalanan, Hanna tetap saja tidak berbicara, malahan Taka yang mengajak bicara.

Taka bertanya dimana rumah Hanna, tinggal bersama siapa dan lain-lain.

Dari percakapan itu di temukannya fun fact bahwa rumah Taka tidak jauh dari rumah Hanna, rumah mereka Hanya beda 3 gang saja.

Lima belas menit berlalu, sampailah mereka di depan rumah Hanna, Hanna pun turun dari motor Taka dan mengajak Taka untuk mampir masuk kerumah, hanya untuk terlihat sopan saja.

"Mau mampir dulu?."

"Terimakasih, aku sedang ada perlu, jadi mungkin lain kali aja aku mampir," jawab Taka sopan.

Sebelum pulang, Taka mengajak Hanna untuk berangkat sekolah bersama besok tapi Hanna menolaknya.

Hanna tidak ingin merepotkan siapapun jadi Hanna lebih memilih naik angkutan umum saja.

Tak lama, Taka kembali pulang dan Hanna pun masuk kedalam rumah. Di rumah, nenek menyiram tanaman di teras belakang.

"Sudah pulang kamu Han?," kata nenek.

"iya nek," jawab Hanna sambil membuka kulkas dan mengambil makanan yang ada di dalamnya.

"Di antar siapa kamu tadi?," Tanya nenek penasaran.

"Oh itu, Hanan tadi di antar teman sekelas nek," jawab Hanna santai.

"Nenek lihat hari ini, sepertinya kamu baik-baik saja di sekolah, tidak seperti kemarin, pulang-pulang bilang tidak suka sekolah di sini," sambil menyiram tanaman.

"Hari ini sih, Hanna baik-baik saja di sekolah," jawab Hanna jujur

"Syukurlah, semoga di hari-hari selanjutnya juga baik-baik saja," kata nenek.

Setelah itu, Hanna pamit ke kamar untuk mandi dan ganti baju.

Malam pun tiba, di kamar, Hanna sedang belajar sampai larut malam, sekitar pukul 10 malam Hanna mendengar suara ibunya sedang berbicara di telepon.

Nada bicara ibu Hanna keras sehingga terdengar dari kamar Hanna. Mau tidak mau Hanna mendengar apa yang ibunya katakan di telepon.

"Apa yang harus di pertahankan?." "... aku enggak bisa..." "cukup mas, aku capek... jangan hubungi aku lagi."

Setelah Kirana menutup teleponnya, Hanna membereskan buku di meja belajarnya dan beranjak tidur.

Kakek yang sedang tidur bersama nenek di kamar terbangun karena suara keras anaknya bicara di telepon.

Kakek pun keluar dari kamar untuk mengambil minum di dapur. Mendapati Kirana yang sedang duduk sambil memegang kepalanya.

"Kamu kenapa Kir," tanya Kakek

"Eh papa, belum tidur?," tanya Kirana

"Kebangun karena mendengar suaramu di telepon," jawab kakek jujur.

Kirana pun meminta maaf atas kegaduhan yang telah dia lakukan.

"Maaf pa, membuat papa bangun."

"Ada apa lagi kamu dengan Haris?," tanya kakek yang telah mendengar Kirana bertengkar dengan suaminya di telepon.

"Cepatlah baikan, kasihan Hanna, jika dia mendengarmu bertengkar dengan ayahnya di telepon pasti dia sedih," tutur kakek baik pada Kirana.

Namu Kirana menjawab enteng seolah-olah Hanna baik-baik saja dan bisa mengerti dirinya

"Hanna sudah besar pa, dia pasti mengerti." "Tapi lebih baik kan kalian kembali bersama dan bisa berkum...."

Sebelum Kakek menyelesaikan kalimatnya, Kirana langsung memotong Kakek bicara.

"Kirana ngantuk pa, Kirana ke kamar dulu."

Selalu saja ada alasan Kirana untuk menghindar nasehat papanya, Kirana pun masuk ke kamarnya, sedangkan Kakek yang sedang duduk hanya bisa menghela nafas.

.....

Hadiah anda adalah motivasi untuk kreasi saya. Beri aku lebih banyak motivasi!

farah_dbcreators' thoughts
Next chapter