19 Ulang tahun Hani

Keesokannya Hani bangun dari tidurnya, dan melihat jam yg menunjukkan pukul 08.00, berhubung hari ini hari Minggu Hani pun turun kebawah dengan bermalas-malasan, tapi anehnya Hani tidak melihat ada Papah dan Mamah Hani di meja makan.

Biasanya Mamah Hani sudah sibuk membuatkan sarapan untuknya, dan yang lain, Angga juga tidak muncul dari kamarnya.

Hani berjalan kearah dapur dan melihat Bi Ijah "Bi.." .

Bi Ijah menoleh kearah Hani, "Iya non?" tanya Bi Ijah.

"Mamah sama Papah dimana ya Bi?" tanya Hani.

"Sudah berangkat non, dari tadi pagi, sama tuan Angga juga pergi" jawab Bi Ijah.

"Angga pergi kemana Bi bukannya ini hari Minggu ya Bi?" tanya Hani yang keliatan binggung.

"Ke Bandung non" jawab Bi Ijah.

Hani yang mendengar itu pun sedikit kaget tumben dia pergi gak bilang sama Hani, apa Angga marah sama Hani? atau memang dia tidak berniat memberi tahu Hani.

"Yaudah kalau gitu Hani naik ke atas dulu ya Bi" pamit Hani pada Bi Ijah.

Bi Ijah melihat kearah Hani, "Non gak makan?" tanya Bi Ijah.

"Nanti minta tolong bawain aja ya Bi ke kamar Hani, soalnya Hani mau mandi dulu" ujar Hani.

Bi Ijah pun hanya menganggukkan kepalanya, dan Hani naik ke atas menuju kamarnya, setelah itu dia masuk ke kamar mandi, dan melakukan ritual mandianya.

Selesai mandi, Hani pun membawa makanannya ke balkon untuk makan disana, agar dia bisa makan sambil menikmati angin sepoi-sepoi.

"Kemana ya mereka?" gumam Hani.

Hani mengaktifkan handphonenya dan melihat siapa saja yang menghubunginya ternyata tidak ada satu pun yang menghubungi Hani.

Bahkan Nay dan Dara yang biasanya sibuk ngajak Hani pergi jalan-jalan ke mall atau pun kemana.

"Kok mereka aneh ya" ujar Hani.

Hani mencoba menghubungi Angga namun nomornya tidak aktif, Nay dan Dara juga sama seperti itu, Hani binggung melihat kelakuan mereka, kenapa gak ada yang aktif? pikir Hani.

Setelah selesai makan Hani memilih untuk menonton Drakor di kamarnya.

Berjam-jam sudah Hani menonton Drakor tapi tidak satu pun dari mereka yang ada kabar, Angga pun begitu tidak ada menghubungi Hani, Hani mangkin cemas dengan mereka, apa mereka dalam masalah? batin Hani sambil berpikir.

Malam pun mulai tiba, tapi tidak satu orang pun pulang biasanya Mamah Hani selalu memanggil Hani untuk makan malam bersama, tapi sekarang tidak ada.

Hani menuruni anak tangga perlahan sambil melihat sekeliling, "Biii..." panggil Hani.

"Iya non di dapur" jawab Bi Ijah dari arah dapur.

Hani pun pergi mencari Bi Ijah ke dapur, dan melihat Bi Ijah sedang memasak makanan yang lumayan banyak.

"Banyak banget Bi emang mau ada tamu?" tanya Hani.

"Enggak non, cuman ini buat besok lagi" ujar Bi Ijah.

"Ohhh" jawab Hani manggut-manggut.

Setelah itu Hani menunggu Papah dan Mamah Hani pulang di ruang tamu.

Pranggg....

Hani mendengar suara sesuatu jatuh dari arah dapur Hani pun berlari menuju dapur untuk melihat situasi.

"Bii..." panggil Hani, namun tidak ada yang menjawab.

"Bii... bibi dimana?" panggil Hani lagi.

Namun tidak ada jawaban sama sekali, Hani melihat bekas pecahan kaca piring di lantai, dan seperti ada tetesan darah di dekat sana.

Tanpa pikir panjang Hani langsung berlari ke kamarnya karena merasa takut, Hani masuk dan mengunci pintunya, lalu naik keatas tempat tidur dan menarik selimutnya sampai menutupi semua tubuh Hani yang gemetar.

"Mah, pah kalian dimana sih Hani takut" gumam Hani dengan suara gemetaran.

Hani mendengar ada suara mendekati kamarnya, Hani mangkin merasakan ketakutan, tubuh Hani gemetar dengan hebat saat ada yang memutar kenop pintu kamar Hani.

Tok tok tok....

Seseorang mengetuk pintu kamar Hani dengan lumayan keras, Hani yang takut pun hanya bisa diam di balik selimut.

Tapi Hani mendengar suara yang cukup Hani kenal, "Hani" panggil orang itu.

Mamah- batin Hani, segera Hani berlari kearah pintu dan membukanya, dan benar saja Mamah Hani sedang berdiri di depan pintu Hani dengan senyum yang sumringah, Hani memeluk mamahnya dengan erat.

"Eh kamu kenapa?" tanya Mamah Hani.

"Mamah kemana aja sih, gak pulang-pulang" ujar Hani.

"Mamah kerja sayang" jawab mamah Hani dengan lembut.

"Tadi ada suara piring jatuh, dan tiba-tiba Bi Ijah gak tau kemana, Hani takut mah" ujar Hani dengan suara gemetar.

"Kamu bercanda ya, orang Bi Ijah di bawah kok, lagi siapin makanan" jawab Mamah Hani.

"Hah masak mah?" tanya Hani tak percaya.

"Makanya ayo turun, kamu liat dulu" ujar mamah Hani.

"Ayo mah" jawab Hani.

Mamah dan Hani pun turun kebawah sambil bercerita, namun saat sampai di bawah tiba-tiba saja lampu rumah Hani mati.

"Mah ini gimana gelap banget" ujar Hani.

"Sebentar mamah ambil handphone dulu buat senter" jawab Mamah Hani.

Mamah Hani pun berjalan menjauh dari Hani, Hani mangkin takut karena Mamahnya lama sekali mengambil handphone.

"Mah" panggil Hani sambil jalan kearah depan dengan meraba-raba.

"Mahhh... mamah dimana? jangan buat Hani takut dong!" ujar Hani sambil terus berjalan.

saat Hani merasa dia di tengah-tengah, lampu pun menyala, dan betapa kagetnya Hani saat melihat sekelilingnya sudah ada teman-teman nya dan juga Ersyah, Rafael, Dimas, Gracia.

"HAPPY BIRTHDAY HANIIII!!!" teriak mereka dengan serempak.

Hani yang melihat itu pun tersenyum bahagia, sungguh dia lupa bahwa hari ini adalah hari ulang tahunnya.

"Tiup lilinnya tiup" ujar Nay dan Dara yang membawa kue.

Hani pun meniup lilinnya, setelah itu Hani memeluk kedua orangtuanya.

"Makasih mah pah" ujar Hani.

"Iya sayang" jawab Papah Hani sambil mengelus kepala Hani.

"Mamah harap kamu semangkin dewasa ya sayang, jangan ngambil keputusan dalam keadaan lagi kacau, jangan pernah membantah omongan Papah dan Mamah, dan sering beribadah" ujar Mamah Hani.

Hani pun hanya bisa menganggukkan kepalanya, setelah itu dia memeluk kedua sahabatnya, giliran Angga Hani berhenti.

"Kamu kenapa bilang sama bibi ke Bandung" ujar Hani.

"Namanya rencana Han" jawab Angga dengan cengir.

"Tangan kamu kenapa?" tanya Hani yang melihat tangan Angga di perban.

"Hehehe.... aku tadi yang jatuhin piring" jawab Angga.

"Bambang kamu, aku kira maling, Bi Ijah dadak ngilang lagi" jawab Hani.

"Iya pas aku mau ngambil piring aku kaget bi Ijah tiba-tiba di belakang aku, yaudah piringnya jatuh, nah pas Bi Ijah ngilang dia ngobatin luka aku di belakang" jelas Angga panjang lebar.

"Ohhh... pantesan aku cari gak ada" jawab Hani.

Hani pun berjalan kearah Angga lalu memeluknya dengan erat, "Thanks ya, walaupun aku masih kesel sama kamu" ujar Hani.

"Iya sama-sama, udah dong jangan kesel lagi" jawab Angga.

Hani pun hanya mengangguk setelah itu, mereka semua makan malam dengan sesekali bercanda.

avataravatar
Next chapter