2 Jujur

Setelah mamah Hani pergi, Hani membereskan piring bekas dia makan tadi.

Selesai itu Hani menunggu teman-temannya di ruang keluarga sambil menyiapkan beberapa cemilan, untuknya dan juga Dara dan Nay.

Ting tong ting tong

Hani beranjak dari tempat duduknya untuk melihat siapa yang datang.

"Pasti Nay sama Dara" gumam Hani.

Hani membuka pintu rumah nya dan dia benar sahabatnya sudah di depan dengan tangan yang memegang sekantung plastik.

"Haniii!" Teriak Dara sambil merentangkan tangannya.

"Apasih kamu! Malu tau gak kalau tetangga aku denger" ujar Hani dengan sebal.

"Hehehe... ini kita bawain cemilan buat kamu dan kita" ujar Dara sambil mengangkat sekantung plastik yang tadi dia pegang.

"Yaudah yuk masuk" ucap Hani sambil mempersilahkan mereka masuk.

Saat mereka sudah duduk di ruang keluarga, Hani menatap mereka "kalian pada mau minum apa?" Tanya Hani.

"Kita udah beli kok tadi, kamu gak perlu repot-repot" Jawab Nay.

"Bagus deh kalau gitu" Hani kembali duduk di sebelah Nay dan mengambil cemilan yang mereka bawa.

"Kamu emang mau cerita apa Nay?" Tanya Dara.

"Iya Nay sampai kamu sama Dara datang ke rumah aku" ujar Hani sambil terus memakan cemilannya.

"Aku suka sama orang nih" jawab Nay sambil tersipu malu.

"Uhuk uhuk" Hani yang mendengar perkataan dari Nay pun tersedak makanan nya.

"Serius kamu?" tanya Dara yang ikut terkejut.

Nay hanya menganggukkan kepalanya tanda dia serius dengan perkataannya tadi.

"Siapa Nay?" tanya Hani

"Kamu berdua pasti gak percaya tapi, aku suka sama kak Rafael" ujar Nay sambil tersipu.

Hani dan Dara melongo melihat kearah Nay, Nay suka sama kak Rafael orang yang terkenal bad boy, dan cuek.

"Kamu serius?" tanya Hani lagi.

"Iya Han, aku serius" ucap Nay.

"Tapi kok bisa Nay, kak Rafael itu kan nakal" Ujar Dara yang mendapat anggukan kepala dari Hani.

"Kalian tau cinta bisa datang kapan saja, tanpa di duga" ujar Nay.

"Iya kamu bener, tapi aku cuman takut kamu sakit hati di buat dia" ujar Hani.

"Aku tau kalian khawatir, tapi aku gak papa kok, aku siap menerima semuanya" ucap Nay dengan mantap.

"Yaudah aku setuju aja sih, asalkan kamu bahagia, kita ikut bahagia" ujar Hani.

Nay yang mendengar itu pun tersenyum bahagia, Nay melihat kearah Dara seperti minta persetujuan juga, Dara yang peka menganggukkan kepalanya.

Nay mendekat dengan Dara dan Hani lalu memeluk mereka bersamaan "Makasih ya, kalian memang sahabat terbaik aku" ujar Nay.

"Iya Nay, sama-sama" jawab Hani dan Dara serempak.

Setelah itu Nay kembali ke tempat duduknya, dan mereka lanjut bercerita tentang semua hal.

"Eh aku juga suka nih sama orang" ujar Dara tiba-tiba.

Nay dan Hani menatap Dara seperti meminta penjelasan "Siapa?" tanya Hani dan Nay barengan.

"Hehehe...itu Dimas" jawab Dara.

Nay dan Hani menatap Dara tak percaya, "Whatt!?" pekik mereka dengan kaget.

"Iya, pas aku masuk aku udah terpesona sama ketampanan dia" ujar Dara.

"Kok kamu alay ya" ujar Nay yang melihat Dara senyum-senyum sendiri.

"Awas kesambet kamu Dar" ucap Hani, sambil melemparkan kulit kacang.

"Ish kalian gitu sama aku" ucap Dara.

"Bodoamat" jawab Nay.

"Oh ya, kalian udah ada nomor mereka belum?" tanya Hani.

Nay dan Dara sama-sama menggelengkan kepalanya. Hani yang melihat itu pun menghela nafas.

"Kalian gak mencoba cari tahu gitu?" tanya Hani.

"Enggak" jawab Nay dan Dara serempak.

"Yaudah biar aku aja yang cari tahu" ujar Hani.

"Darimana?" tanya Nay yang penasaran.

"Ada deh, yang penting nanti nomornya udah ada" jawab Hani.

Nay dan Dara hanya menganggukkan kepalanya, tidak terasa hari sudah semakin sore, Nay dan Dara pun pamit pulang.

Setelah Nay dan Dara pulang, Hani membereskan sisa-sisa makan mereka tadi, asisten rumah tangga Hani yang bernama Bi Ijah merasa tidak enak melihat majikannya yang membersihkan itu.

"Udah non biar Bibi aja" ujar Bi Ijah.

"Gak usah Bi, Bibi pasti capek udah kerja dari pagi, Hani bisa kok Bi ngerjain ini" jawab Hani, Hani mengambil gelas dan mencucinya di tempat pencucian piring.

"Tapi non kan majikan Bibi" ujar Bi Ijah.

"Gak papa Bi, kalau Hani gak mandiri nanti Hani punya keluarga gimana Bi" ujar Hani, yang masih berkutat dengan piring-pirinng yang dia cuci.

"Yaudah Bibi gak maksa loh non buat non Hani ngerjain ini" jawan Bi Ijah.

"Iya Bi" jawab Hani.

Setelah selesai mencuci piring, Hani memilih naik ke atas dan pergi ke kamarnya untuk membaringkan tubuhnya yang lelah.

"Aku minta tolong Gracia aja kali ya" gumam Hani.

Hani mengambil handphonenya di nakas, dan mencari kontak Gracia, Gracia Alexa Riris adalah sepupu Hani yang sudah kenal dekat dengan Ersyah, Rafael, dan Dimas. Karena mereka udah sahabatan dari mulai masuk sekolah.

Hani membuka room chat, dan mengetik sesuatu di sana.

Hani : "besok ketemuan ya di rooftop sekolah"

Gracia : "Ngapain?"

Hani : "Ada yang mau aku bicarakan"

Gracia : "Oke"

Hani hanya melihat pesan itu, lalu membuka aplikasi Instagram, dan melihat-lihat postingan teman-temannya dan orang lain.

Tidak terasa hari sudah malam, Papa dan Mama Hani juga sudah pulang.

"Hani" panggil Mama Hani dari balik pintu.

"Iya ma?" Hani beranjak dari tempat tidurnya dan membukakan pintu kamarnya.

"Ayo turun, kita makan malam" ujar Mama Hani.

"Iya Ma" jawab Hani.

Hani dan Mama nya pun turun kebawah, Hani melihat Papanya sudah duduk disana.

"Hai Pa" sapa Hani, lalu duduk di depan bangku Mamanya.

"Hai sayang" jawab Papa Hani.

"Papa bilang sayang ke Hani atau Mama" ujar Hani menggoda orang tuanya.

"Kamu ini bisa aja" jawab Mama Hani.

"Hehehe Mama malu ya, gak perlu malu Ma Hani ngerti kok" jawab Hani dengan kekehan.

"Sudah kamu ini, suka sekali mengganggu Mama kamu" ujar Papa Hani.

"Cieee... Papa belain Mama" ujar Hani lagi, sambil menaik-turunkan alisnya.

"Sudah Han makan dulu" ucap Mama Hani.

"Hehehe iya Ma" jawab Hani.

mereka bertiga pun makan dengan diam, dan Hani kadang kembali menggoda orang tuanya.

selesai makam Hani membantu Mamanya membereskan meja makan, setelah selesai Hani menyusul Papa Hani yang sedang duduk di ruang TV. Hani duduk disebelah Papa Hani.

"Gimana sekolah kamu?" Tanya Papa Hani.

"Ya gitu Pa" jawab Hani.

"Papa dengar disana terjadi pembullyan, kalau kamu di bully kamu bilang sama Papa ya" ujar Papa Hani dengan tegas.

Papa Hani selalu tegas dengan Hani, karena dia tidak mau Hani terluka ataupun sedih.

"Iya Pa, tapi kalau Hani bisa lawan kenapa gak Hani lawan dulu" jawab Hani.

"Kamu nanti bisa terluka Han" ucap Mama Hani yang baru saja datang sambil membawakan teh untuk Papa Hani.

"Mama sama Papa tenang aja, selagi Hani bisa lawan kenapa enggak" ucap Hani.

"Iya deh terserah kamu, tapi kalau kamu sampai luka jangan salahkan Papa dia Papa keluarin dari sekolah" ujar Papa Hani.

"Iya Papa" jawab Hani.

Selesai berbincang dengan Mama dan Papanya, Hani pamit untuk ke kamarnya, karena Hani sudah merasa ngantuk.

Sampai di kamarnya Hani langsung naik ke tempat tidurnya, dan terlelap masuk ke alam mimpinya.

avataravatar
Next chapter