25 Nenek (2)

Malam itu nenek datang , wajahnya sangat ketakutan tidak seperti biasanya. Ia menatapku dengan semua anggota tubuhnya mengigil.

Lalu segera memelukku, aku masih belum tahu kenapa ia tidak berkata apa apa dan memelukku dengan erat.

_

"Nenek..ada apa?" tanya ku khawatir setelah ia perlahan tidak mengigil lagi.

Ia menghela nafas, dan melirik kiri kanan lalu menutup pintu.

Nenek tidak seperti biasanya,..

"Luci.. , nak kau harus tau satu kebenaran ini", ucapnya masih was was. seolah ada seseorang yang akan mengintipnya.

"Kau mungkin tidak akan percaya, dan akan membenciku"

"Katakan nenek" ucapku tegas. Apa apaan ini mengapa dengan Luci?

"Rani, anakmu dan ayah itu adalah psikopat besar!!" serunya mengeraskan suara dan kemudian segera menutup mulutnya rapat rapat.

Aku tidak percaya, dan menganggap nenek terlalu berhalusinasi karena mungkin saja karena ia sudah tua.

Aku menepuk punggungnya dan sedikit tertawa..."Nenek sudah lah, jangan bercanda seperti itu"

Namun, nenek ia hanya menatapku dengan tatapan kecewa,

"Nenek tidak akan bohong, percaya pada nenek. kau harus segera keluar dari rumah ini"

Seketika aku naik pitam, bagaimana bisa nenek bercanda keterlaluan seperti itu.

"Berhenti bercanda nenek, kau tau jangan macam macam dengan ku"

"Rani, nenek serius. Keluarga ini akan membunuhmu!!"

"Cukup!!"

"Rani, tadi nenek melihat Luci sedang asyik memotong tubuh kucing di taman, ia tidak sadar nenek memperhatikan nya"

"Nenek berhenti mengatakan hal seperti itu, anakku tidak mungkin sekejam itu!!"

Nenek berhenti berbicara, dan melirik ku dengan sedih. Aku semakin marah. Apa nenek ini ingin mendorong ku keluar??

"Rani, nenek serius. Luci adalah psikopat dan kau akan dalam masalah besar jika tetap disini"

Aku hanya terdiam, nenek mengatakan hal yang serius. Namun tentu saja sebagai ibu aku tidak akan percaya anak manisku memiliki sifat sekejam itu.

Wajahku kubalikkan dan menyuruhnya pergi.

aku tau nenek akan sedih mengetahui aku tidak mempercayainya. Namun, aku percaya anakku adalah anak yang manis dan sangat baik.

Klak

_

aku berbalik dan terkejut melihat sebuah handuk di depanku. Aku mengambilnya lalu mendapati sebuah

rajutan di handuk itu.

Kemudian handuk itu aku simpan dan sesekali aku hanya bisa menatapnya sejenak.

"Ibu..., ibu..." teriakku sedikit sendu, Nenek sudah kuanggap sebagai ibu sendiri. Tatkala aku memang tidak punya ibu...

Dan tadi baru saja aku membuat ibu sedih, ibu menangis dan tidak mempercayai nya..

Namun, bagaimanpun Luci adalah darah dagingku sendiri. Siapapun tidak akan percaya kalau anaknya disebut tidak baik..."

""Siapa yang harus kupercaya..?""

_

Besok nya aku menyadari nenek sudah pergi dari rumah itu. Kak Nika sama sedih nya denganku.

Aku hanya bisa terdiam dan melihat Luci yang hanya bermain Lucu dengan boneka nya.

Sekilas aku berpikir,"Nenek pasti bergurau"

_

Hidupku Perlahan sedikit meredup, kepergian nenek akibat salahku. Dan aku tidak mempercayainya...

Tanganku bergerak membuka laci dan melihat handuk itu, disana terdapat beberapa tulisan dan sebuah foto,.

Tes

itu adalah foto keluarga kami, tentu saja dengan nenek, aku bisa merasakan tetesan air mata di kedua mataku.

Sedih..., walaupun nenek telah pergi, aku merasakan kata katanya..bahwa ia akan...

""Selalu melindungi ku...""

avataravatar
Next chapter