3 Makan Malam

Mereka mengikuti rani masuk ke panti asuhan. Rani merasa sangat tidak nyaman. Kenapa mereka mengikuti nya...?

Dan apa apaan perasaan tidak nyaman ini!!!

Ingatan Rani masih sangat kosong ia merasa dirinya bodoh. Ia bahkan tidak tau apakah pria ini dan yang lainnya ini benar benar mengenal dirinya.

Mereka hanya mengikuti rani tanpa berkata apapun. Rasanya terkekang dan sesuatu di hati Rani seakan mengelap..."

"Anu, kenapa kalian gak pulang.."

seruku hari sudah sore. Nanti mereka akan kemalaman pulang.

Gadis kecil itu hanya kembali di belakang ayahnya dan melongokkan wajah imutnya.

"Tante gak suka kami...?"

Aku sedikit tertegun ,sedih juga padahal mereka tidak jahat juga pada ku. Atau apa aku yang terlalu curiga ...?

"Bukan Tante minta maaf , ya Luci"

seru Rani ia memberanikan diri untuk mengelus kepalanya.

Luci hanya menutup matanya dan tersenyum, wah anak kecil memang imut sekali!!

"Kau mau makan malam bersama kami?"

tanya Nika ia sedari tadi berada dibelakang pria itu.

Aku hanya menoleh pada Luci dan pria itu. "Apakah boleh..?"

Pria itu tersenyum , senyum yang sangat hangat dan Dejavu tetapi entah kenapa membuat nafas ku sesak..."

Luci juga ia menarik bajuku dan sesekali memerah..."Tante mau makan sama Luci?'

"Iya Tante akan makan" - seruku, setidaknya dia tidak akan sendiri lagi malam ini.

Mereka berempat segera ke rumah Luci. Kamu hanya berjalan kaki. Tetapi seiring berjalannya Rani merasa tidak ada satupun yang berbeda.

Mereka seperti keluarga normal yang bercanda gurau, tetapi tatapan kak Nika terlihat khawatir dan takut.

"Mungkin sakit..."- pikirku.

Akhirnya setelah sekitar 15 menit perjalanan mereka memasuki gang kecil.

Entah kenapa ketika memasuki gang itu keluarga itu mendadak diam. Bersatu dengan gelapnya malam dan meninggalkan ku dibelakang.

Jantung ku berdebar keras terasa ada ancaman berbahaya.. Apa ini??

Tetapi semua itu Rani sekali lagi berpikir hanya halusinasi. Mereka sampai pada rumah yang sederhana.

Luci menarikku ketika sampai padahal sedari tadi ia seakan tidak peduli padaku.

Segera ku singkirkan pikiran aneh itu. Toh luci hanya anak kecil. Apa sih yang bisa dilakukan oleh anak kecil...!!

Kami memasukki rumah itu. Tampak seperti rumah biasa. Aura begitu kerumahan tetapi entah kenapa perasaan itu membuat Rani merasakan ketakutan yang teramat sangat.

"Tenang Rani, ada kakak"

seru kak Nika ia berbisik ketika malam malam. Aku duduk bersama kak Nika. Luci membantu pekerjaan ayahnya.

"Kak, kenapa kakak tidak bantu?"

tanyaku.

Kak Nika menoleh sesekali pada ruangan dapur itu lalu mulai berbisik.

"Rani, kau harus berhati-hati pada Luci..."

"Eh?"

Tiba tiba ayah dan Luci datang dan membawa nampan makanan. Kami langsung terdiam.

Kak Nika mengisyaratkan ku untuk diam, aku hanya setuju . Mungkin ini aneh. Tetapi feeling ku mengatakan bahwa ia harus menuruti kak nika..

Hari itu diakhiri makan malam yang terasa sempit dan juga. ....dingin..."

avataravatar
Next chapter