27 Ila

Beberapa kali aku berusaha berkeliling mencari Luci dan ila. Namun, kak Nika juga sama sekali tidak ditemukan.

Tiba tiba suasana mencekam. Dan aku bisa merasakan suara ila melengking tinggi dari arah belakang.

Segera aku berlari ke sumber suara.

Dan saat aku kesana..rasanya jantungku berhenti..

_

Ila sedang ketakutan dan terduduk dipojokkan. Ia berusaha tidak tertangkap sesuatu.

Aku segera kesana, namun, sekali lagi langkahku terhentikan.

Saat aku melihat ayah, bukan pria bejat itu sedang berdiri disana. Tersenyum sangat menjijikan dan mendekati ila.

Deg

"Bergeraklah!!", seruku dalam hati keras. namun kakiku tidak berhenti bergerak. Saat itu aku sangat ketakutan...!!

Ayah tidak melihat ku , aku hanya terdiam berdiri disana. Dan seketika ila menoleh dan mata kami bertatapan.

Aku sangat takut, dan ila segera berteriak meminta tolong padaku, aku menghiraukan nya lalu pergi dari tempat itu.

Aku terduduk di depan ruang tamu sambil menutup mulut. Aku takut!!

Kakiku tidak hentinya bergetar, aku tidak ingin berada disana.

"Luci!!" seketika aku teringat anakku itu, dan mengumpulkan segala keberanian untuk melihat apa yang terjadi.

Teriakan ila tidak lagi terdengar, sepi..

_

aku bergerak dan melihat sebuah bangunan disana, gudang..

Gudang itu tidak pernah kulihat, atau mungkin aku tidak pernah melihat gudang itu sebelumnya.

Glek

Aku yakin tadi melihat ila ada disana.

Deg

Deg

_

Betul betul saat paling mengerikan, ketika aku sampai di depan. Tercium bau anyir begitu kuat terutama karena angin saat itu sangat kencang.

Aku berusaha menetralkan tubuhku yang seakan tidak bisa digerakkan.

_

Deg

"I..ila Chan...!" aku menatap tidak percaya, ketika melihat gudang itu. Diluar begitu tua. Tetapi saat didalam .

Ah..itu mimpi terburuk ku!!

Terdapat banyak organ hewan dan hewan yang di pajang diatas. Dan saat aku melihat ke bawah tepat di kakiku.

_

"Kyaaa...!!,"Itu tubuh ila. Baju yang tadi dipakai sudah bersimbah darah. Aku terduduk tidak mampu melihat kenyataan.

Srek

"Aaaaak.." sekali lagi aku berteriak panjang, malam itu sangat sunyi dan dingin.

Bisa kurasakan dinginnya menusuk tulangku, dan aku menutup mulutku. Darah ila perlahan menempel pada wajah dan tubuh ku. Karena darahnya yang masih terciprat.

Saat itu aku hanya melihat kegelapan, namun, seseorang muncul. Itu membuatku mati rasa.

Kurasa itulah Trauma terbesarku.

_

avataravatar
Next chapter