webnovel

Kau adalah Obat Bagiku (3)

Editor: Wave Literature

Mata Chen Lie kaget dan terbelalak saat ia menunjuk syal-syal itu dan terbata-bata mengatakan, "Mayor... Mayor Huo! Kau menggunakan syal Hermes sebagai tali?!"

Ya Tuhan. Syal Hermes berharga setidaknya 6.000 RMB! Yang termahal paling tidak berharga antara 40.000-50.000 RMB. Apakah menggunakan syal-syal tersebut untuk mengikat tangan dan kaki Gu Nianzhi merupakan ide yang bagus?! Chen Lie berpikir keras.

Huo Shaoheng mengabaikannya dan mengatupkan bibir dengan rapat. Ia dengan sigap mengikatkan tangan dan kaki Gu Nianzhi ke empat sudut ranjang.

Chen Lie membantu di salah satu sisi ranjang, dengan tatapan yang janggal kepada Huo Shaoheng, ia bertanya, "Mayor Huo, bagaimana Anda bisa mempunyai begitu banyak syal Hermes?"

Yang dapat ia pikirkan hanyalah, ini semua pasti untuk wanita.

Huo Shaoheng menjawab dengan datar, "Gu Nianzhi menyukainya, jadi saat saya ada urusan di Perancis, saya membeli dua lusin atau lebih di kantor pusat Hermes dalam perjalanan. Semestinya ini hadiah ulang tahunnya tahun ini."

Sebenarnya ia tak memiliki waktu untuk memilah-milih, jadi ia hanya melihat sekilas dan akhirnya membeli seluruh koleksi gaya syal untuk tahun ini. Berbagai macam tipenya begitu memusingkan, yang panjang dan pendek, segi empat dan segi panjang; semua jenisnya berbeda-beda, yang berwarna dan bercorak atau berpola juga.

Chen Lie mengacungkan jempolnya dan berkata, "Sesuai ekspektasi, Mayor Huo! Seorang wali yang rela berusaha dan mengeluarkan uang banyak. Anda sepenuhnya memenuhi syarat wali!"

Huo Shaoheng menatapnya dingin dan menunjuk dengan dagunya ke arah Gu Nianzhi agar fokus pada urusan saat ini. "Ia akan baik-baik saja jika ia dapat melampiaskannya, kan?"

Chen Lie berkedip dan tersenyum, kepalanya mengangguk-angguk cepat seperti mainan yang kepalanya terus mengangguk-angguk sendiri. "Betul, betul! Itu adalah efek yang diharapkan dari obat perangsang, bukan?"

Bibir Huo Shaoheng terkatup semakin rapat, bentuk rahangnya yang tajam mengungkapkan ketegangan dengan jelas. Fisik tegapnya yang seperti busur panah memberikan kesan ganas layaknya akan mematikan siapapun yang berada dalam radius tiga kaki di sekitarnya. Chen Lie ketakutan oleh tampilan dingin dan kejam Huo Shaoheng yang tiba-tiba ia tunjukkan. Ia mundur, tersandung, dan akhirnya terjatuh ke lantai. Huo Shaoheng mengalihkan pandangan, wajahnya tak berekspresi.

Sambil mengangkat kepalanya untuk memastikan Huo Shaoheng telah mengalihkan pandangan, Chen Lie berpegangan pada meja dan diam-diam bangkit. Ia melepas kaca matanya yang berkabut dan mengusapnya. "Sebenarnya, kalau boleh jujur, ia akan baik-baik saja begitu kita mendapatkan seorang lelaki untuk berhubungan intim dengannya. Masalahnya adalah ia belum mencapai usia 18 tahun dan sedang tidak sadarkan diri. Saya tidak bisa membuat keputusan, jadi saya harus menemui Anda. Anda adalah walinya, selama Anda menyetujuinya, saya akan langsung mencari seorang lelaki."

Chen Lie selesai berbicara, lalu ia menyipitkan mata rabunnya dan menatap Huo Shaoheng dengan gestur seperti orang yang sedang berbisnis. Bagi Chen Lie, ini bukanlah sebuah keadaan yang sangat buruk. Ia sudah pernah melihat yang semacam ini dalam tahun-tahunnya sebagai petugas medis Satuan Militer Istimewa.

Huo Shaoheng tak bisa menahan diri untuk tidak mengepalkan tangannya, tapi kemudian segera melipatnya ke belakang. Tatapannya mengarah ke wajah Chen Lie, menyisir bagian wajahnya satu per satu, inci per inci, seolah-olah ia sedang mengoyak-oyak wajahnya.

"Mencari seorang lelaki? Siapa tepatnya? Kau anggap dia itu apa?" Dengan tangan masih di belakang punggungnya, ia berjalan ke arah Chen Lie dengan agresif. Tanpa kacamatanya, Chen Lie tak dapat melihat ekspresi wajah Huo Shaoheng. Ia hanya dapat merasakan seperti ada pukulan es yang begitu keras mendarat di wajahnya dan sangat menyakitkan.

Ia hanya dapat melangkah mundur dan mengenakan kembali kaca matanya. Setelah melihat-lihat catatan yang ia tulis tentang Gu Nianzhi selama ia di rumah sakit, ia bergumam, "Nianzhi belum mempunyai pacar, jadi ia masih perawan. Saya harus mencarikan seorang lelaki yang dapat dipercaya."

Huo Shaoheng terdiam.

Ia meraih buku catatan Chen Lie yang sedang dibacanya. Ekspresi wajahnya datar. Ia langsung merobek semua halaman dan mengambil korek api gas dari saku celana panjangnya. Api langsung menyala dan menyambar bagian bawah buku catatan itu kemudian melemparkannya ke tempat sampah di pojok ruangan.

Apinya membesar dan membakar buku catatan itu hingga menjadi abu dalam waktu sekejap saja.

"Mayor Huo! Apa yang baru saja Anda lakukan?!" Chen Lie berlari ke arah api untuk memadamkannya, tetapi ia dihalangi oleh lengan Huo Shaoheng.

"Mengapa kau membuat catatan data untuk hal seperti ini?" Huo Shaoheng menatapnya tajam. "Apa kau bodoh? Katakan padaku, apakah kau sudah merekamnya di laptopmu?"

"Itu data penting!" Chen Lie merengek dan menyaksikan rincian rekam datanya menjadi abu di tempat sampah. Hatinya pilu. "Lihat apa yang telah Anda lakukan! Saya belum sempat memindahkannya ke dalam laptop!" Chen Lie merupakan seorang jenius medis dan memiliki obsesi terhadap data apapun yang berhubungan dengan medis.

Huo Shaoheng telah menghancurkan catatan observasi medisnya dalam sekejap.

Chen Lie begitu marah hingga lupa akan ketakutannya dan membalikkan badannya ke arah pintu. Ia menyilangkan tangannya dan melihat ke langit-langit, wajahnya mematung seperti batu. "Baik, tak perlu bicara lagi. Mari cari seorang lelaki!"

Huo Shaoheng merasakan ada sesuatu yang menghalangi tenggorokannya, seperti batu yang terjebak di sana, membuatnya hanya bisa berkata, "Ya."

Setelah lama berselang, ia mengalihkan kepalanya dan melihat ke arah Chen Lie. Suaranya terdengar dingin, bahkan mungkin bisa membekukan. "Ia hanya butuh pelampiasan, bukan? Mengapa kita harus repot-repot mencari seorang lelaki? Untuk pelampiasannya, tidak perlu kontak fisik masih bisa, bukan?"

Chen Lie terperanjat sejenak dan menjawab dengan agak bergumam, "Secara teori—sejujurnya, selama ia mendapatkan 'kenikmatan', secara alamiah itu sudah teratasi. Tetapi, ia tak sadarkan diri saat ini. Kau tidak bisa mengharapkan ia bisa menemukan 'kenikmatan'-nya sendiri."

Ia sebenarnya juga sangat merasa tak nyaman untuk menawarkan diri untuk membantu Nianzhi merasakan 'kenikmatan', yang mana itulah alasan mengapa ia menelepon Huo Shaoheng. "Jika kau kurang berkenan bila itu harus seorang lelaki, saya bisa meminta bantuan ke seorang dokter wanita saja."

Chen Lie mengisyaratkan gerakan 'itu' menggunakan jari tangannya. Huo Shaoheng memelototi Chen Lie dengan tajam. Chen Lie sampai merasa seakan jari-jari bisa terpotong hanya oleh tatapan tajamnya. Buru-buru ia menyembunyikan tangannya ke belakang dan terkekeh, "Tentu saja, jika Mayor Huo tidak setuju, anggap saja saya tak pernah mengatakan hal semacam tadi. Tak satu kata pun. Kita mungkin masih bisa membiarkannya melewati ini sendiri."

Hanya orang seperti Huo Shaoheng, yang pikirannya dipenuhi oleh senjata dan perang, yang mampu membiarkan seorang gadis muda melewati hal seperti itu. Chen Lie tak dapat menahan diri untuk tidak mengeluarkan caci maki di dalam pikirannya: Huo Shaoheng benar-benar mempelakukan wanita seperti pria, dan pria seperti binatang ternak.

Alis Huo Shaoheng menegang lagi dan kali ini ia mengangkat tangannya. "Cukup. Biar ku pikirkan dulu." Ia mengeluarkan sebungkus rokok. Jari-jarinya yang ramping dan kuat mengambil satu puntung rokok keluar dan meletakkannya di antara kedua bibir di mulutnya. Kemudian, ia menyalakannya dan menghisap rokok itu dalam-dalam.

Saat itu hari sudah berganti malam, markas Satuan Operasi Istimewa ini berada di daerah pedalaman di Kota C. Bulan malam itu tampak samar, muncul dan bersinar di antara pepohonan di hutan. Sinarnya tipis dan dingin, tapi cukup bisa membuat padam kegundahan hatinya. Huo Shaoheng duduk di balkon dalam diam dengan rokok yang menggantung di antara jemari tangannya. Ia menghisap rokoknya pelan-pelan, hatinya gundah gulana.

Sebelum ia bisa menalar apa yang sedang terjadi, Gu Nianzhi mengerang hebat dan terdengar tanpa henti dari balik jendela bergaya Perancis yang terbuka, membuat kulit kepalanya mati rasa lagi. Akhirnya ia beranjak dan masuk ke dalam kamar dengan sebuah keputusan. "Tak perlu mencari seorang lelaki. Aku akan mengawasinya. Aku tak yakin ia bisa tahan melalui semua ini!"

Ia membungkuk dan menggendong Gu Nianzhi serta membawanya ke dalam kamar tidur pribadinya. Lalu, ia menutup pintu dengan kerasnya, tepat di depan Chen Lie.

Chen Lie sebenarnya sudah menebak akan hal itu saat ia melihat bayangan Huo Shaoheng yang sedang merokok di balkoni. Ia tak pernah melihatnya begitu galau. Huo Shaoheng telah berpengalaman memimpin tentara hanya dengan satu petikan jari. Sebagai seorang tentara, yang sangat menonjol dan luar biasa, kegalauan dalam perang sungguh tak bisa diterima. Maka dari itu, Huo Shaoheng yang terlihat galau kali ini sangatlah mengejutkan.

Meskipun begitu, untunglah ia telah dengan cepat mengambil keputusan.

Chen Lie mengetuk pintu kamar tidur Huo Shaoheng dan berteriak, "Ingat, awasi juga detak jantungnya. Jika terlalu cepat, langsung telepon saya! Saya akan melanjutkan analisis kandungan obat itu!"