webnovel

Dia Pikir Sedang Mempermainkan Siapa?

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Wajah Huo Shaoheng tak dapat dijelaskan, matanya semakin gelap seperti lautan yang mendung dan suram sebelum badai. Ia melihat Chen Lie dengan tangan yang bersedekap dan tatapan mata yang angkuh. "Tak ada cara lain?"

"Hmm, tidak juga sebenarnya," kata Chen Lie dengan sedikit rasa bangga akan dirinya sendiri. Chen Lie menyeka butiran-butiran keringat di alisnya dengan sapu tangan. Kemudian ia melepaskan kaca matanya dan dengan santai mulai mengusap-usap kaca matanya dengan kain pembersih.

"Apa maksudmu?"

"Jika Anda sungguh-sungguh memaksa ingin menghapus memori Anda, satu-satunya cara yaitu dengan secara fisik mengeluarkannya—dengan kata lain, operasi pembedahan. Kami akan memotong sedikit bagian dari lobus frontal otak Anda—" Chen Lie mengambil risiko dengan menatap Huo Shaoheng tapi ia tidak memperhatikan reaksi Huo Shaoheng setelah apa yang dikatakannya. Chen Lie meneruskan, "Tapi terdapat konsekuensi serius. Bos, Anda adalah seorang tentara militer berperingkat tinggi, kemiliteran takkan pernah memperbolehkan diri Anda menjalani operasi semacam ini. Dan di samping itu, kemiliteran akan mempertanyakan alasannya. Apa yang akan Anda katakan pada mereka?" Chen Lie jujur sepenuhnya, menganalisis pro dan kontra dari hal tersebut.

"Berengs*k!" Huo Shaoheng melemparkan tinjunya ke pintu besi, cukup keras hingga meninggalkan penyok.

Kedua alis Chen Lie terangkat kaget. Ia tertawa dan memutuskan untuk sedikit bersenang-senang di atas penderitaan Huo Shaoheng, "Ada apa, Bos? Mengapa Anda begitu tegang? Dengan tekad dan pengendalian diri Anda yang luar biasa, saya yakin Anda hanya perlu mengatakan pada diri Anda bahwa Anda ingin melupakan semua memori kejadian tadi dan Anda akan berhasil menghapusnya. Cukup dengan begitu saja, gampang sekali! Tentunya sesuatu yang sepele seperti ini tak akan menjadi masalah bagi Anda, bukan?"

"Tentu saja tidak." Ucap Huo Shaoheng dengan keras dan kemudian meretakkan buku-buku jarinya pelan-pelan di depan Chen Lie yang wajahnya langsung berubah sekeras batu.

Chen Lie mulai berkeringat lagi. Bila ia masih ingin hidup besok, hal terbaik yang harus dilakukan adalah segera mengalihkan topik pembicaraannya. Dalam pikirannya yang kacau, ia ingat Gu Nianzhi dan segera memanfaatkannya untuk memalingkan amarah Huo Shaoheng. "Bos, saya harus memeriksa Nianzhi. Gadis perawan sepertinya, hanya Tuhan yang tahu apa yang telah Anda lakukan padanya semalam—"

"Sebentar." Huo Shaoheng menghentikannya, alisnya mengerut. "Cari seorang dokter perempuan untuk memeriksanya."

"Bos, Anda mendiskriminasikan dokter laki-laki!" Chen Lie memprotes dengan wajah polos, tapi sebelum Huo Shaoheng bereaksi akan hal tersebut, Chen Lie segera menyalakan pager-nya dan berkata, "Dokter Ye, mohon segera ke markas Jenderal Huo. Kami membutuhkan Anda untuk sebuah misi rahasia."

Dengan begitu Huo Shaoheng akhirnya melepaskan Chen Lie. Huo Shaoheng menurunkan tangannya, berjalan ke jendela, dan berdiri dengan tangan bersedekap. "Aku asumsikan kau mengerti bahwa beberapa hal tetap harus dirahasiakan."

"Rahasia! Baik, tentu saja, tidak masalah!" Chen Lie langsung mengangguk-angguk cepat dan menyesali perbuatannya. Ia sungguh tidak ingin melihat sisi menyeramkan Huo Shaoheng lagi.

Huo Shaoheng hanya memberinya tatapan dingin tanpa berkata-kata.

Tidak butuh waktu lama bagi Ye Zitan untuk datang dengan perlengkapan medisnya. Ia menyapa Huo Shaoheng dengan sikap hormat militer, lalu mengalihkan pandang ke Chen Lie. "Dokter Chen, apa misinya?"

Chen Lie menunjuk ke kamar tidur dan mengarahkan Ye Zitan ke sana sambil berkata dengan suara yang rendah, "Kau tahu Gu Nianzhi, kan? Ia diserang, kalau kau tahu maksudku. Kita baru saja menyelamatkannya. Periksa dia, lihat seberapa parah keadaannya, dan obati luka-lukanya."

Ye Zitan juga merupakan petugas medis yang bekerja di bawah Chen Lie, terkejut mendengar hal ini dan segera bertanya, "Apa? Siapa yang melakukannya? Apakah sudah menangkap pelakunya?"

Mata Chen Lie memalingkan pandang ke arah Huo Shaoheng yang tidak berkata apa-apa dan tetap sedang menghadap ke jendela. Mulut Chen Lie mengerut. Ia lalu berdeham sedikit dan berkata dengan nada agak tinggi, "Jangan cerewet! Dan ngomong-ngomong apa kau benar-benar berpikir Jenderal Huo akan membiarkan pelakunya pergi begitu saja? Aku beri tahu kalau ia sudah meremukkan tulang-tulang pelakunya menjadi keping-keping dan melemparkan abunya ke udara. Sekarang ingatlah, kau harus menjaga rahasia ini. Jenderal Huo akan memberimu perintah militer resmi untuk ditandatangani saat kita selesai bicara. Aku yakin peringatan ini bisa meyakinkanmu seberapa serius situasi ini."

Ye Zitan mengangguk taat. "Saya paham. Saya mengerti; rahasia ini akan betul-betul saya jaga." Ye Zitan berjalan ke kamar tidur dengan peralatan medisnya.

Kamar itu gelap, sehingga hal pertama yang Ye Zitan lakukan adalah menyalakan lampu kamarnya. Ia memakai sarung tangan dokternya sebelum mengangkat selimut tipis yang menutupi tubuh Gu Nianzhi.

Apa yang ia saksikan begitu mencekat nafasnya.

"Ya Tuhan! Hewan! Biadab! Bagaimana mungkin mereka melakukan hal semacam ini kepada seorang gadis?!" Terdapat berbagai jenis lebam-lebam di tubuh Gu Nianzhi, dan pemandangan akan hal itu membuat Ye Zitan murka. Ia menyerapahi pelakunya, mengutuk pelaku yang telah melakukan hal tersebut agar terbakar di neraka.

Chen Lie berdiri di pintu, tubuhnya mengerut sedikit. Ia menahan keras untuk tidak tertawa, tapi ia pasti akan sakit perut jika terus menahan tawanya.

Huo Shaoheng sedang berdiri di samping jendela. Ujung-ujung bibirnya berkerut-kerut beberapa kali. Ketika pandangannya beralih dari jendela, ekspresi wajah keras dan datarnya kembali terlihat. Ia dengan tenang berjalan ke pintu depan.

Kedua tangan Huo Shaoheng dimasukkan ke dalam saku celana kamp-nya. Ia telah memasang headset bluetooth seperti biasa. Ia turun dari lantai tiga, dan karena melihat masih sangat pagi ia memutuskan untuk melakukan olahraga pagi. Jalan halang-rintang 10 kilometer mungkin akan cukup melepaskan energi ketegangannya.

Huo Shaoheng baru saja mulai berlari ketika sebuah panggilan masuk melalui headset-nya. Panggilan itu berasal dari operator panggilan markas militer.

"Pak, seseorang telah meninggalkan pesan suara di saluran ponsel sipil Anda. Pesannya mengenai Nona Gu. Apakah Anda ingin mendengarnya?" Huo Shaoheng adalah wali Gu Nianzhi, tetapi ia belum pernah secara publik mengungkapkan identitas sebenarnya.

Nomor yang ia berikan kepada Gu Nianzhi adalah nomor sipil; identitas yang ia anggap seperti buruh upah rendahan. Karena inilah teman-teman kelas Gu Nianzhi menganggapnya hanya seorang yatim piatu yang dirawat oleh pamannya yang tidak kaya.

"Lanjutkan."

"Ini berkenaan dengan wawancara akhir Nona Gu untuk penerimaan pasca sarjana. Universitas mencoba menghubunginya sepanjang pagi. Mereka mengatakan setidaknya telah menelepon nomor ponselnya sebanyak 10 kali, tetapi tidak ada yang mengangkat sama sekali. Mereka akhirnya menyerah dan menelepon nomor Anda."

Wawancara akhir untuk penerimaan pasca sarjana?

Huo Shaoheng mengerutkan alis. Ia tiba-tiba teringat: Gu Nianzhi sebelumnya mengatakan padanya bahwa ia akan mengikuti ujian penerimaan pasca sarjana. Apakah ia sudah melakukan ujiannya? Apakah wawancara itu yang berikutnya?

Huo Shaoheng berhenti berlari. Ia menelepon Chen Lie dan bertanya, dengan suara yang terengah-engah, "Chen Lie, apakah Gu Nianzhi mengikuti ujian penerimaan pasca sarjana?"

Chen Lie menjawab, "Oh, itu. Ya, dia mengikutinya. Dia juga mendapat posisi pertama, lho. Memangnya ada apa?"

Huo Shaoheng menyalakan sebatang rokok, lalu bertanya lagi, "Kapan ia akan bangun? Ujian wawancara akhirnya berlangsung hari ini, apakah kau sudah tahu?"

"Wawancara? Lupakan. Bahkan bila ia terbangun hari ini, ia takkan mampu beranjak dari tempat tidur. Ia baru saja melalui neraka dan kembali lagi. Saya harap ia tetap istirahat total di tempat tidurnya selama seminggu." Kata Chen Lie sambil mengetukkan jari di atas meja.

Huo Shaoheng menghirup rokoknya panjang dengan gelisah sebelum menghembuskan asap rokok dari dalam paru-parunya. Ia berbicara dengan tenang, "Oke. Buatlah laporan kondisi medis untuknya—yang terburuk dan terparah yang bisa kau buat—dan masukkan ke dalam sertifikat cuti medis. Aku akan suruh orang mengantarkannya ke universitas Nianzhi dan melihat apakah kita bisa membuat mereka menunda wawancaranya."

Chen Lie merasa tidak keberatan. Ia mengerti bahwa Gu Nianzhi sangat ingin masuk ke sekolah hukum. Ia mengutak-atik peralatan hemodialisis di kamar tidur seraya berkata di telepon, "Tidak masalah. Hanya saran saja: Anda mungkin akan perlu mengirimkan seseorang yang sangat pandai berbicara. Maksud saya, kita mungkin akan mendapat masalah apabila ada seseorang yang sukar dibujuk dan memilih untuk secara kaku mengikuti aturan universitas."

"Aku akan kirim Yin Shixiong untuk mengatasinya," kata Huo Shaoheng. Ia segera mengakhiri telepon dan menelepon nomor Yin Shixiong.

Yin Shixiong merupakan salah satu sekretaris pribadi Huo Shaoheng. Ia terbiasa mengurusi segala urusan luar Huo Shaoheng. Ia setia dan sangat handal dalam berurusan dengan orang-orang. Lagipula, kekuatan persuasinya begitu handal bahkan hingga bisa membujuk burung jalak untuk keluar dari sarang pohonnya.

Yin Shixiong mengangkat telepon Huo Shaoheng dan segera menyetujui permintaan Huo Shaoheng. Ia datang, mengambil sertifikat cuti medis dan laporan medis, serta pergi sendiri ke Universitas Gu Nianzhi untuk memintakan izin karena sakit.

Sekarang 15 menit sebelum wawancara dimulai.

Feng Yixi mengenakan setelan rok berwarna abu-abu muda dan menunggu penuh bangga di ruang konferensi. Profesor H Zhichu dari Kota B secara pribadi hadir untuk mewawancarai para kandidat pasca-sarjana hari ini.

Gu Nianzhi masih tidak terlihat di manapun. Ia mungkin tak akan datang.

Feng Yixi menundukkan kepala untuk menyembunyikan seringai jahat di wajahnya.

Di dalam kantor sebelahnya terdapat seorang lelaki dalam setelan putih; ia adalah Profesor Hukum He Zhichu dari Universitas B yang berlokasi di Kota B. Ia memunggungi pintu. Ia berkata dengan tidak sabaran, "Jika ia bahkan tidak bisa datang tepat waktu untuk wawancara maka ia bisa jadi telah melupakan hal sepenting ini. Izin sakit? Dia pikir dia sedang mempermainkan siapa?

"Profesor He, Nona Gu benar-benar sakit. Sungguh sangat mendadak dan tidak terduga. Saya membawa sertifikat cuti medisnya, yang dikeluarkan oleh seorang dokter dengan penuh reputasi tinggi. Anda juga bisa melihat laporan medis kondisinya saat ini." Akting Yin Shixiong sungguh sangat sempurna. Ia menyertakan laporan medis yang ia dapatkan dari Chen Lie.

Tak usah dikatakan lagi bahwa laporan medis itu penuh kepalsuan. Kebenarannya harus tetap menjadi rahasia. He Zhichu mengalihkan pandang dari jendela. Ia melihat sertifikat cuti medis dan laporan medis yang Yin Shixiong berikan kepadanya. Yin Shixiong diam-diam melihat He Zhichu, dan terkejut seketika. Ia sama sekali tidak menyangka bahwa profesor terkenal dari sekolah hukum Universitas B masih sangat muda!

Profesor itu berbadan tinggi dan tegap. Setelan jas putihnya sangat pas di badannya: melengkapi perilakunya yang penuh ramah-tamah dan wajahnya yang tampan luar biasa. He Zhichu memiliki mata yang sipit dan panjang. Ia sangat terkenal akan matanya yang mempesona, basah, dan berbentuk seperti kacang almond.

Next chapter