webnovel

Antibodi

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Gu Nianzhi mengangkat tasnya ke atas kepalanya dan berlari ke Mei Xiawen.

Payungnya tak begitu besar untuk memayungi mereka berdua; jadi mereka saling menyenggol dengan canggung sambil berjalan menuju ke mobil yang diparkir di luar perpustakaan. Payungnya condong ke arah Gu Nianzhi sepanjang perjalanan. Oleh karena itu, salah satu sisi tubuh Mei Xiawen terlihat sudah basah kuyup saat ia masuk ke dalam mobil dan menyingkirkan payungnya.

"Xiawen, apa kau punya pakaian ganti di mobilmu? Kau sebaiknya melepaskan jaketmu dan menggantinya dengan pakaian kering," kata Gu Nianzhi kalau-kalau Mei Xiawen belum kepikiran.

Gu Nianzhi hanyalah manusia biasa, tersusun dari daging dan darah. Bagaimana mungkin ia bisa tidak peduli dengan Mei Xiawen yang seperti itu? Mei Xiawen sudah sangat baik hati kepadanya selama ini dan ia sadari itu. Ia begitu tersentuh oleh ketulusan Mei Xiawen dan berhasil mengubah caranya memandang Mei Xiawen tanpa ia menyadarinya.

Mei Xiawen sangat gembira ketika Gu Nianzhi memanggilnya dengan nama depannya. Ia tersenyum lebar-lebar dan berkata, "Jangan khawatir. Jaket ini anti air kok."

"Kalau begitu, baiklah. Aku hanya tak mau kamu jatuh sakit setelah basah kuyup kehujanan seperti itu. Aku akan merasa sangat tidak enak hati nanti."

"Oh, tapi aku malah ingin jatuh sakit. Kamu akan menjengukku saat aku sakit, kan?"

Wajah Gu Nianzhi merona merah muda. Ia batuk-batuk kecil dan mencoba mengalihkan topik pembicaraan dengan berkata, "Hujannya jadi lebat sekarang. Ayo kita makan siang saja di kafetaria."

"Oke." Mei Xiawen membelokkan setir mobilnya dan menuju ke salah satu kafetaria Universitas C, Kafetaria 3.

Ia sebenarnya telah merencanakan makan siang bersama Gu Nianzhi di luar kampus, tetapi Gu Nianzhi benar. Meskipun mereka pakai mobil, hujan masih berlangsung, itu artinya lalu lintas akan lebih buruk dari biasanya.

Mereka memasuki kafetaria. Di dalam ada banyak sekali pasangan pemuda-pemudi yang sedang saling suap-suapan dan bahkan ada yang berhenti makan karena sibuk berciuman. Sepertinya bukan masalah bagi para pasangan ini untuk melakukannya meski mulut mereka mungkin sedikit berminyak untuk berciuman saat itu.

Gu Nianzhi biasanya tak acuh dengan pemandangan para pasangan ini. Namun sekarang, ia menyadari bahwa itu menjijikan. Ia mengalihkan pandangannya dan memfokuskan hanya pada satu titik yaitu jalan di depanya sambil mengikuti Mei Xiawen. Mereka menemukan dua bangku kosong di samping jendela.

Mei Xiawen berkata, "Duduklah, aku akan ambil makanan kita." Mei Xiawen adalah seorang lelaki yang sungguh perhatian dan baik hatinya.

Gu Nianzhi menikmati makan siang bersamanya. Sungguh lebih menyenangkan daripada makan malam hidangan Itali yang mahal yang mereka lakukan tadi malam, yang memakan biaya lebih dari 10.000 yuan.

Setelah makan siang, Mei Xiawen mengantarkan Gu Nianzhi ke perpustakaan. Ia duduk bersamanya sepanjang siang.

Keduanya menyibukkan diri mencari referensi untuk skripsi mereka. Kapanpun mereka merasa lelah dan butuh sejenak istirahat, mereka akan saling memandang dan melemparkan senyuman. Hari semakin berlalu, jarak antara mereka berdua walau pelan tapi pasti menyusut.

Selama hari-hari minggu itu yang tersisa, Mei Xiawen mengajak Gu Nianzhi untuk sarapan setiap pagi. Mereka juga makan siang dan malam bersama.

Bahkan ketika Mei Xiawen sibuk, ia memastikan diri untuk menelepon Gu Nianzhi 3 kali sehari, pada saat waktunya makan; ia mengatakan lewat telepon apa yang sedang ia lakukan di hari itu dan ingin tahu juga apa Gu Nianzhi baik-baik saja. Ia juga menanyakan apa Gu Nianzhi mau kencan dengannya di akhir pekan nanti.

Gu Nianzhi masih juga menunggu telepon dari Huo Shao. Sekarang sudah hari Jumat dan ia masih belum mendapatkan respon apapun dari Huo Shao. Ia tidak mau menelepon Chen Lie lagi dan menanyakan apakah ia sudah menyampaikan masalah itu ke Huo Shao, serta, ia juga tentunya akan lebih malu untuk bertanya ke Yin Shixiong dan Zhao Liangze mengenai hal tersebut—jadi ia memendamnya sampai selama seminggu penuh. Pada Jumat siang, setelah kelas terakhir hari itu, ia meminta maaf pada Mei Xiawen yang telah mengharapkan ia bisa menghabiskan akhir pekan bersama. "Xiawen, aku tidak bisa keluar akhir pekan ini. Aku ada urusan. Aku harus kembali ke apartemenku."

"Oh? Urusan apa? Apa kau mau aku menemanimu?" Mei Xiawen merasa hubungannya dengan Gu Nianzhi semakin maju, maka dari itu ia sekarang merasa enggan berpisah dengannya.

Meskipun ia akan segera lulus dan skripsinya hampir selesai, ia masih seorang yang sangat sibuk: ia masih harus bertanggung jawab menjadi anggota dewan mahasiswa, tidak hanya untuk jurusannya tetapi juga di tingkat universitas. Dalam sehari, ia paling hanya tidur selama 3 atau 4 jam saking sibuknya dan agar bisa tetap bersama Gu Nianzhi.

Akhir pekan yang telah lama ditunggunya akhirnya tiba, saat keduanya bisa menghabiskan waktu mereka bersama tanpa ada yang mengganggu—dan Gu Nianzhi bahkan tidak harus pergi ke kampus.

Gu Nianzhi tak tahu harus berkata apa.

Ia harus pulang ke apartemennya; Chen Lie sudah memaksanya.

Ia harus melakukan pemeriksaan kesehatan mingguan.

Walau ia tidak menganggap ada yang tidak beres dengan dirinya, tapi yang seorang dokter itu Chen Lie bukan dirinya. Apabila Chen Lie beranggapan penting baginya untuk melakukan pemeriksaan setiap minggu, siapa yang bisa menyangkalnya?

Suara Gu Nianzhi lembut dan penuh kehangatan saat berkata, "Itu tentang waliku. Aku akan mempertemukanmu dengannya bila ada waktu."

Apakah Gu Nianzhi sedang mengatakan bahwa ia ingin mengajak Mei Xiawen bertemu dengan orang tuanya?

Mei Xiawen benar-benar gembira saat mendengarnya; ia mengangguk-angguk seraya berkata, "Baiklah, telepon aku kalau ada apa-apa terjadi." Lalu, ia bertanya, "Apa kau punya cukup uang? Akun Alipay-mu apa? Aku akan kirimkan sejumlah uang."

"Apa? Um... Aku tak memiliki akun Alipay," jawab Gu Nianzhi sambil agak tergagap. Ia menundukkan kepalanya saat mengatakan ini, ada perasaan bersalah dan canggung.

Ia sesungguhnya memang memiliki akun Alipay, tapi Zhao Liangze yang memegang sekaligus mengendalikannya. Jadi, bila ada transaksi apapun ke akunnya, Zhao Liangze pasti akan mendapat pemberitahuan. Inilah mengapa Gu Nianzhi tidak mau memberitahukan akun Alipay-nya ke Mei Xiawen.

Jika Mei Xiawen mengetahui akunnya dan mentransferkan sejumlah uang ke sana, Huo Shao akan juga mengetahuinya. Ia tidak tahu Huo Shao akan berpikiran apa mengenai hal tersebut.

Namun bagi Mei Xiawen, rasa simpatinya pada Gu Nianzhi semakin dalam setelah mendengarkan apa yang baru saja Gu Nianzhi katakan. Betapa teganya walinya tidak memikirkan untuk membuatkan akun Alipay untuknya? Itu sungguh tidak bisa diterima.

Sangat disayangkan!

Ada momen keheningan yang berlangsung cukup lama saat Mei Xiawen kehilangan kata-kata untuk merespon dan malah menyibukkan diri dengan ponselnya. Ia menggunakan kartu bank miliknya untuk mendaftarkan akun Alipay baru untuk Gu Nianzhi dan mengirimkan pesan kepadanya yang berisi nomor dan kata sandi akun. Ia mengatakan, "Aku mungkin juga tidak akan berada di kota akhir pekan ini. Ini, pakailah akun ini. Sekarang kamu tak perlu khawatir lagi."

Gu Nianzhi: "..."

Ponselnya tetap berada di tangannya saat ia kembali ke asramanya untuk mengemasi dan mempersiapkan barang-barang untuk mudik ke apartemen Daerah Fengya. Green Tea Fang melihat Gu Nianzhi yang sedang melamun; ia merangkul bahunya dan bertanya, "Ada apa? Apa ada sesuatu yang mengkhawatirkanmu?"

Gu Nianzhi menatap Green Tea Fang. Ia tahu Green Tea Fang adalah orang yang bijaksana dan cerdas bila berhubungan dengan masalah hubungan asmara. Ia menunjukkan ponselnya ke Green Tea Fang. "...Ini yang sedang mengusikku. Mei Xiawen membuatkan akun Alipay untukku. Aku tak tahu harus berbuat apa dengan ini."

Green Tea Fang mencondongkan kepalanya untuk melihat apa yang ada di ponsel Gu Nianzhi, kemudian tertawa dan menepuk-nepuk punggungnya. "Lumayan, sangat lumayan. Tampaknya Class Rep kita ini mungkin adalah tipe seorang CEO yang bossy—satu masalah kecil saja, dan ia membuatkanmu akun Alipay, begitu saja! Lil Sis, simpan akun ini dan ingat, belilah sesuatu menggunakan ini untuk para saudara-saudara perempuanmu, sebagai kenang-kenangan." 

Gu Nianzhi tidak tahu apakah harus tertawa atau menangis ketika mendengar ini. Ia menggelengkan kepalanya dan berkata, "Baiklah, aku tidak akan menggunakannya. Jika kamu ingin menggunakannya, beri tahu Mei Xiawen dulu tentang itu. Aku jelas tidak punya hak untuk menggunakannya."

"Ya ampun, betapa sopan dan jujurnya kamu!" Green Tea Fang menepuk dahinya penuh canda, lalu berbalik dan mengambil ranselnya. "Baiklah, aku akan keluar. Sampai jumpa minggu depan!"

Semua teman sekamarnya telah pergi. Gu Nianzhi adalah yang terakhir pergi.

Ia memanggil taksi dan setelah perjalanan berputar-putar melintasi kota, ia tiba di apartemen bertingkat dua-nya, di lantai atas gedung apartemen berlantai 28 Block C di Daerah Fengya. Saat itu hari sudah hampir gelap.

Chen Lie sudah menunggu di dalam. Ketika ia melihat Gu Nianzhi masuk, ia segera melambaikan tangan padanya dan bertanya, "Apa yang membuatmu begitu lama? Ayo, aku akan melakukan beberapa tes padamu."

Gu Nianzhi sangat terkejut melihatnya. "Kakak Chen, kenapa kamu ada di sini hari ini? Ini baru hari Jumat. Kupikir kau akan datang besok."

Chen Lie menghabiskan minggu ini dalam kondisi yang sangat penuh gejolak dan mengusiknya. Dengan menggunakan data yang diberikan Huo Shaoheng, ia telah merekayasa balik proses pembuatan virus. Namun, ia tidak dapat menjamin bahwa obat rekayasa ulangnya bekerja persis sama dengan aslinya.

Lagipula, ia tidak bisa mengikuti dengan baik contoh dari Oda Masao dan mengujinya pada gadis-gadis yang hidup, masih bernafas, dan bahkan sesama warga negara di negeri ini.

Selama membandingkan dua set data tersebut, ia menemukan sesuatu yang sangat menarik. Sampel darah yang diperolehnya dari Gu Nianzhi tampaknya memiliki efek penghambat terhadap virus. Terkecuali hasil temuannya benar-benar melenceng, semua tanda-tanda menunjukkan sistem kekebalan tubuh Gu Nianzhi telah menaklukkan virus tersebut dengan sendirinya.

Dengan kata lain, jika ia terus sehat selama sebulan ke depan atau lebih, maka bisa diasumsikan tubuhnya telah aman dan telah menghasilkan antibodi tersendiri. Penciptaan antibodi mandiri ini merupakan sebuah tonggak sejarah utama dalam hal bertahan melawan senjata biologis sintetis seperti virus buatan manusia.

Memang dipandang normal bagi tubuh manusia untuk secara alami memproduksi antibodi terhadap virus, tetapi ini tidak berlaku untuk senjata biologis sintetis. Hal ini terutama berlaku untuk H3aB7 yang telah dibuat dengan target memang untuk manusia. Sama sekali tidak mungkin bagi target manusia ini untuk menghasilkan antibodi yang dibutuhkan.

Jika target mampu menghasilkan antibodi, itu berarti virus itu sebagai senjata biologis telah gagal total.

Virus sintetis Oda Masao sudah dalam tahap penyempurnaan, yaitu salah satu tahap akhir produksi. Ini berarti bahwa virus telah terbukti menjadi senjata biologis yang dapat digunakan: tidak ada tubuh manusia yang akan mampu menghasilkan antibodi untuk virus itu.

Namun, darah Gu Nianzhi telah menghasilkan sesuatu yang menekan virus—dan sesuatu itu sangat mirip dengan antibodi!

Next chapter