webnovel

First meet

-Karin-

"Karin nilai kamu turun lagi!" Teriak Mommy menggertakku. Aku memutar bola mata jengah dan melihat sekilas berkas putih yang tergeletak di atas meja yaitu hasil ujianku.

Dalam hati aku mengumpat Mommy kenapa harus dengan teriak-teriak aku juga bisa mendengar, memangnya sedang di hutan apa.

"Mom, kenapa harus teriak-teriak kita gak lagi di hutan Mom." Jawabku santai membuat Mommy melotot geram dengan muka yang sudah merah padam.

"Karin, kamu mau jadi apa? Kalau nilai kamu gini! Mommy malu punya anak kaya kamu." Aku pikir Mommy akan baik-baik saja dengan nilaiku yang merah, karena kedua orangtuaku tidak terlalu memperdulikan soal nialiku. Mereka pikir aku sekolah dengan rajin sampai lulus, itu cukup. Lagian aku juga mau jadi penyanyi seperti artis Girlband Asia. Tapi ini pertama kalinya Mommy begitu marah padaku karena hal yang tidak penting.

"Mommy aku pernah bilang kalau Karin mau jadi artis idol. Jadi Mommy jangan lebay deh," Jeda. "Dan satu lagi nilai-nilai seperti itu tidak dipentingkan di dunia musik Mom." Jelasku membuat Mommy semakin merah karena menahan amarahnya.

"KARIN------"

Mommy siap melayangkan kata-kata yang akan membuat kupingku gatal. Terlambat aku sudah melenggang pergi sebelum itu terjadi. Aku menghela napas tidak perduli dengan semuanya yang sudah terjadi. Langkahku terhenti saat di undakan anak tangga ketiga.

"Liat anak kamu----"

"Tapi dia anak kamu juga." balas Dady tidak mau kalah. Aku bisa mendengar ucapan mereka yang saling menyalahkan, diantaranya tidak ada yang mau mengaku aku ini anaknya. Lalu aku ini anak siapa jika bukan anak mereka, anak Tuhan kan tidak mungkin.

Daripada aku menguruskan kedua orangtuaku yang sedang asyik berdebat, lebih baik aku pergi saja ke kamar merebahkan badan dengan bermanja-manja di ranjangku yang terasa nyaman sembari memainkan handpone pintarku yang canggih yang sangat mahal.

***

Ketika aku bangun tidak ada apa-apa. Aneh, kenapa serasa hening dan sunyi. Biasanya selalu Mommy atau bi Minah yang membangunkan aku pembantu di rumahku sekaligus orang yang sudah merawatku sejak kecil sampai masih sekarang.

Aku mengerling ke arah kanan dan kiri mengedarkan isi kamarku yang masih gelap sambil mengucek mata. Tirai jendela masih tertutup. Kenapa belum dibuka kemana para Maid yang selalu membereskan kamarku. Aku beranjak menyibakkan selimut tebalku sebelum melihat smartphoneku yang berada di sampingku.

Sunday, 03-04-2020

Tertera dilayar handponeku hari dan tanggal dengan tahun kumplit dengan iklim cuacanya juga. Aku lupa kalau hari ini minggu jadi sekolah pun libur. Pantas tidak ada yang membangunkan aku. Mengayunkan kakiku menuju kamar mandi. Setelah keluar dari kamar mandi aku berjalan ke arah lemari tempat dimana semua pakaianku tersimpan manis disana. Aku memilah baju sebelum mengambilnya. Tak membutuhkan waktu yang lama aku sudah siap mengambil handponeku dan memasukannya ke Sling Bag yang sudah tersampir di pundakku dan mengambil kunci mobil yang tergeletak di nakas dekat tempat tidurku.

Aku turun melihat seisi rumah begitu sepi hanya para Maid yang berlalu lalang sedang melakukan tugasnya.

"Bi Minah, Mommy Dady mana hari ini kan, hari libur kok.. " Kepalaku memutar kesana kemari mencari orang yang kucari namun tidak ada. Biasanya orangtua ku akan selalu ada jika menjelang Minggu menghabiskan waktu nya di rumah menghilangkan kan sejenak tentang sebuah pekerjaan. Setidak nya ada sedikit kebersamaan, walau hanya sesaat.

"Oh, Nyonya sama Tuan sedang pergi non. Bibi tidak tahu mereka pergi kemana non," Jawab Bi Minah pembantu di rumahku dan orang yang sudah ku anggap seperti ibu kandungku sendiri. Namun kenyataan aku bukan anaknya tapi Bi Minah begitu menyayangiku seperti anaknya sendiri.

"Ihh bibi jangan panggil embel-embel non, risih tau. Panggil Karin aja. Aku gak suka pokoknya!" Balasku cepat sebelum Bi Minah akan menolak keinginanku. Dengan ragu Bi Minah menganggukan kepala mengerti.

"Non. Eh, Karin mau sarapan apa? Bibi masakin," Ucap Bi Minah. Aku mengetuk dagu seraya berpikir. "Hmm.. Nasi goreng aja yang Pedes!" Jawabku menyebutkan hal-hal yang pedas membuatku bersemangat. Karena aku pecinta makanan yang pedas. Makanan yang pedas apa saja aku makan.

"Tapi, nanti Karin sakit perut makan yang pedes-pedes." Raut Bi Minah sangat cemas, begitu mengkhawatirkan aku, berbeda dengan kedua orangtuaku. Sudahlah jangan bahas kedua orangtuaku yang tidak menyayangiku.

Lidahku kuat dengan segala pedas namun perutku lemah. "Tapi sekali ini saja ya bi. Karin mau Nasi Goreng yang Pedas. Boleh ya ya," Rajukku membuat Bi Minah mengalah dan berlanjut memasak Nasi Goreng Pedas untukku. Aku duduk di kursi meja makan menunggu Bi Minah mengantarkan nasi goreng pedas itu. Aku memainkan handponeku membuang rasa kejenuhan dengan bermain game di ponsel pintarku.

"Ini Nasi Goreng Pedas buatan ala Bi Minah." Ucap Bi Minah girang saat melihat mataku berbinar. "Wah kayaknya ini enak, baunya sudah sedap apalagi rasanya." Aku menggoda Bi Minah membuatnya senang karena aku suka masakannya.

"Gimana?"

"Enak bi. Enak banget, masakan Bi Minah paling Top deh." Aku mengacungkan kedua ibu jariku ke depan membuat Bi Minah terkekeh kecil melihatku.

***

"Rin, lo dimana kita udah di Cafe XX,"

"Bentar lagi gue nyampe kesana, ini lagi macet nih. Kalau telat sorry ya,"

"Buruan jangan lama, kalau lama kita tinggal! "

Tut tut

"Gak sabaran banget tu orang!"

Aku melajukan mobilku dengan kecepatan tinggi agar segera sampai. Tahu sendiri anak-anak itu rewel kalau belum di kasih makan.

Aku memarkirkan mobil suppot ku terlebih dulu di tempat khusus untuk menyimpan kendaraan. Sebelum beranjak aku menarik kunci mobil ku lalu keluar membuka pintu dan berjalan menuju tempat yang sudah aku ketahui. Namun saat-saat di perjalanan..

BRUKKK

"Aduhhh kalau jalan hati-hati dong main nabrak aja punya mata gak sih!"

Aku sedang terburu-buru jadi berjalan sambil mengambil handponeku di tas, niatnya untuk menghubungi sahabatku yang pada rewel pengen di ulek baru diem, di uleknya pake makan terus dibayarin itu maksudnya.

Tapi ada orang yang menyenggolku, lalu handpone ku jatuh ke lantai. Aku langsung mengumpat Shit, dalam hati aku memaki orang yang sudah menabrakku. Tidak punya mata apa.

Aku berdiri memandang ke bawah melihat benda kesayangan ku lebur tak berbentuk. Mata ku berkilat tajam pada laki-laki yang jongkok di depanku sedang mengambil handponeku yang naas.

"Maaf, saya tidak sengaja." Ucapnya sambil mengasongkan handponeku yang terjatuh karena ulahnya.

Aku mengambilnya dengan cepat, mataku menatap horor pada handpone kesayangan ku. Layarnya retak tidak terlalu parah sih, tapi aku tidak terima handponeku jadi seperti ini. "Eh-eh mau kemana? Urusan kita belum selesai pokoknya saya minta ganti rugi sekarang!!" Ucapku tegas.

"Maaf tapi saya lagi buru-buru."

"Tidak bisa! Harus bayar dulu baru boleh pergi." Cegahku melarangnya pergi. Enak saja main pergi gak ganti rugi. Rugi dong gini-gini juga handpone ku bermerek mahal.

"Iya sudah berapa?"

Aku meyeringai "20 juta serahkan sekarang. Kalau gak aku teriak mau!" Ancamku membuatnya tidak tenang.

"Tapi kalau bayar sebanyak itu saya tidak punya nona," Ucapnya.

"Kamu kerja kan. Ya tabungin uangnya buat bayar ganti rugi. Gitu aja repot!" Balasku tenang dengan meletakan kedua tangan di dada.

"Saya----"

"Kamu gak kerja?" Tebakku.

"Oke. Berikan dompetmu sekarang!" Dia merogoh sakunya mengambil sesuatu dan nampak sebuah dompet kulit warna cokelat. Dia memberikannya padaku.

"Oke, sekarang dompet kamu ada di tanganku sekarang. Sebelum bayaran itu belum lunas dompet ini aku sita. Gimana?"

Aku hanya memberikan keringanan untuknya karena sepertinya dia tidak kerja jadi aku berikan penawaran yang tidak sulit kan.

Lihat bajunya yang biasa sudah kumel. Tapi wajahnya lumayan tampan juga walau dibalut dengan kaos biasa yang menurutku jelek.

TBC

Halooo semuanya...

maaf baru nongol lagi, thor baru buka apk nya lagi. Semoga thor kembali pada banyak yang baca dan suka sama karya karya sya.

Mau nanya ada yg kangen sma Thornya atau ceritanya nih..

Oke see you:*

IrmaKimcreators' thoughts