1 Ch.1 Kelahiran dan Kepergian

Pada sore hari itu, langit berwarna oranye cerah, di pesisir pantai, suara tangisan bayi tiba-tiba terdengar dari salah satu gubuk kecil yang membuat wajah orang-orang disekitar gubuk kecil menjadi cerah dan penuh suka cita.

Pada sore hari itu, seorang anak laki-laki bernama Shen Yun yang memiliki takdir berduri, baru saja lahir ke dunia.

Tabib yang mengurusi persalinan mulai memeriksa kondisi tubuh Shen Yun dan segera terkejut karena mendapati tubuh Shen Yun yang istimewa.

Menurut tabib, Shen Yun memiliki tubuh istimewa yang biasanya disebut sebagai tubuh kebijaksanaan, Shen Yun dapat memahami dengan cepat ilmu bela diri hanya dengan beberapa kali percobaan, ataupun memahami tekniknya secara teori.

Seketika kedua orang tua Shen Yun menjadi bahagia dan senang karena anak mereka pasti akan membanggakan keluarga besar mereka dimasa depan.

Shen An segera memberikan koin emas yang ia bawa kepada tabib sebagai tanda syukur dan memerintahkan beberapa penjaganya untuk mengantar sang Tabib pulang dengan aman.

Shen An tidak bisa menghentikan senyuman bahagianya begitu melihat Shen Yun yang sekarang berada di pelukan sang istri.

"Shen Yun anakku, jadilah seseorang yang kuat dan dapat melindungi siapapun yang ingin kau lindungi, ayah dan ibu berharap besar kepadamu." Ucap Shen An lalu mencium kening anak laki-lakinya itu.

"Suamiku, kapan kita akan kembali ke Ibukota?" Tanya Zhi Shin dengan lemah lembut.

"Sampai dirimu pulih sayangku, bagaimanapun aku harus memastikan keselamatan anak kita dan dirimu terjamin." Jawab Shen An tersenyum tipis, ia sebenarnya tidak menginginkan istrinya melahirkan di tempat terpencil dan serba kekurangan seperti ini.

Namun keadaan memaksanya, sang istri tiba-tiba saja mendapati tanda-tanda akan melahirkan di tengah perjalanannya menuju ibukota. Terpaksa Shen An mencari tempat yang setidaknya lebih baik daripada harus melahirkan di tanah lapang terbuka.

----

3 Tahun Kemudian

Shen Yun tumbuh begitu cepat seperti yang Tabib katakan, di umur tiga tahun, Shen Yun sudah dapat membaca huruf-huruf dasar dan bisa berbicara cukup lancar.

Tubuh Shen jauh lebih cepat tumbuh daripada anak seusianya, oleh karena itu Shen Yun sudah dapat berjalan dengan lancar dan itu semua mengejutkan banyak orang di keluarga besar Shen.

Keluarga Shen merupakan salah satu keluarga Bangsawan terbesar di Kekaisaran Chan. Keluarga Shen bergerak di bidang jasa pengawalan karena memiliki cukup banyak anggota keluarga yang menjadi seorang Pendekar.

Keluarga Shen bahkan dipercaya oleh Kaisar untuk menjadi Pengawal pribadi para Pangeran dan Putri Kerajaan sejak seratus tahun silam.

Shen An sendiri memiliki posisi cukup berpengaruh di Keluarga Shen karena memiliki kemampuan mengimbangi Tetua Sekte Menengah di usianya yang kini menginjak 32 tahun.

Di keluarga besar Shen sendiri, Shen An menduduki peringkat empat dalam hal kekuatan, namun jika urutkan berdasarkan usia, Shen An menduduki peringkat kedua dalam hal kekuatan di usia tiga puluh tahunan.

Banyak yang memperkirakan anak pertama Shen An memiliki bakat kemampuan lebih hebat daripada Shen An dan suatu saat akan menduduki peringkat pertama dalam hal kekuatan di keluarga besar Shen jika semua berjalan begitu lancar.

Kemajuan pesat Shen Yun bukan hanya membuat keluarga Shen menjadi bangga, tapi juga beberapa anggota keluarga menjadi iri dengki dan menganggap Shen Yun adalah ancaman bagi ambisi besar mereka.

Shen An tentu menyadari sikap beberapa anggota keluarga yang menjadi lebih dingin padanya setelah melihat kemajuan pesat Shen Yun, namun Shen An memilih tidak menghiraukan mereka dan lebih memfokuskan diri melatih Shen Yun agar Shen Yun dapat melindungi dirinya sendiri seandainya ada yang ingin mencelakakannya disaat Shen An lengah.

-

Hari ini, adalah hari yang begitu menggembirakan bagi Shen An dan sebagian besar keluarga besar Shen. Sebab hari ini adalah hari kedua kalinya Zhi Shin, istri Shen An akan melahirkan.

Ya, hari ini Shen Yun akan menjadi seorang kakak.

Shen Yun sangat gembira ketika mendengar dirinya akan mempunyai adik, dan juga berulang kali dia mengatakan kepada ibunya untuk melahirkan adik perempuan untuknya.

Tabib sekaligus ahli nujum diundang secara langsung oleh Kakek Shen Yun untuk mengurusi persalinan kedua Zhi Shin.

Proses persalinan berlangsung dari siang sampai sore hari, cukup lama daripada yang seharusnya.

Bahkan Shen Yun yang sudah begitu tidak sabar sekaligus cemas, selalu meloncat-loncat di depan pintu ruang bersalin ibunya, berharap dapat melihat sedikit dari jendela pintu yang cukup tinggi, sedangkan di dalam, Shen An menjadi begitu cemas melihat kondisi sang istri.

Beberapa jam kemudian, akhirnya suara bayi menangis terdengar dari balik pintu ruangan bersalin.

Semua orang di dekat balik pintu ruangan itu segera bersuka cita, berbanding terbalik dengan yang berada di dalam ruangan.

Paman, bibi, kakek dan nenek Shen Yun segera memasuki ruangan itu dengan wajah gembira.

Namun mereka semua menjadi bingung ketika melihat ekspresi Shen An serta tabib yang getir.

"Ayah, paman... Yun mau lihat adik!" Seru bahagia Shen Yun dari belakang.

Shen An tidak berkata apapun, hanya mengelus kepala Shen Yun dengan lembut dengan wajah sedikit pucat.

Shen Yun yang bingung melihat wajah Ayahnya yang tidak menunjukkan kebahagiaan pun segera bertanya, "Ada apa Ayah? Apakah adik Yun adalah laki-laki?"

Shen An tersenyum getir sambil menjawab, "Tidak, Yun'er. Adikmu perempuan."

Seketika Shen Yun yang mendengar jawaban Ayahnya menjadi begitu gembira.

Namun ekspresinya terganti kembali menjadi bingung ketika menyadari wajah Ayahnya sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda bahagia, Shen Yun kembali bertanya, "Lalu kenapa Ayah sedih? Bukankah seharusnya Ayah senang karena akhirnya doa kita kepada langit terkabul?"

Wajah polos dan mata sejernih kristal milik Shen Yun semakin membuat Shen An tidak bisa berkata-kata.

Shen An kembali mengelus kepala Shen Yun, lalu memeluknya sambil berkata,

"Tidak apa-apa nak... Tidak apa-apa." Suara Shen An bergetar hebat, tidak bisa dikatakan ia sedang menenangkan anaknya, atau dirinya sendiri.

Saudara-saudara Shen An hanya bisa menggigit bibir mereka sambil menatap Shen An dan Shen Yun dengan iba.

Bibi Shen Yun, berlari keluar ruangan sambil menutupi wajahnya.

Sedangka paman Shen Yun, Shen Han, menepuk-nepuk pundak Shen An, dia begitu sedih melihat saudara kandungnya mengalami musibah ini.

"Sudahlah, An'er... Sebaiknya kita segera mengurusi hal ini dan biarkan Yun'er istirahat terlebih dahulu." Bujuk Shen Han dengan pelan. Shen An mengangguk pelan dan berniat mengajak Shen Yun untuk pergi ke kamarnya.

"Tunggu, Yun mau lihat adik dan ibu terlebih dahulu. Yun tidak lelah, paman dan ayah tidak perlu khawatir." Ucap Shen Yun dengan senyum polosnya.

Shen An berusaha tetap tersenyum lembut kepada Shen Yun sambil berkata, "Yun'er, ibu sedang lelah, dan butuh istirahat. Kemudian adikmu juga baru saja melewati situasi yang sulit, jadi dia juga butuh istirahat. Apakah Yun'er bisa membiarkan mereka berdua beristirahat?" Ujar Shen An.

Shen Yun diam beberapa saat sambil menatap wajah Ayahnya, Kakek, Nenek, Paman, serta Tabib bergantian.

Shen Yun menoleh ke arah ranjang ibunya, perasaan penasaran begitu menyelimutinya, namun tentu dirinya tidak tega mengganggu waktu istirahat ibu dan adik kecilnya.

Apalagi, sejak dia memasuki ruangan, hanya suara tangisan adiknya yang terdengar, tidak terdengar satu kata yang terucap dari mulut ibunya sekalipun.

'Mungkin Ibu terlalu lelah, sepertinya memang lebih baik diriku menunggu hari esok walaupun sikap Ayah dan yang lainnya begitu aneh saat ini.' Pikir Shen Yun.

Shen Yun segera mengangguk lalu berkata, "Baiklah, Yun akan tidur, lalu kembali menengok ibu dan adik esok pagi." Shen Yun berjalan keluar ruangan bersama Shen An.

Namun Shen Yun segera menghentikan langkahnya lalu berbalik.

"Yun tidak perlu diantar, Yun bisa ke kamar sendiri, selamat malam Ayah, Paman, Paman Tabib, Kakek, Nenek!" Shen Yun langsung berlari menuju kamarnya yang berada di lantai dua di kediamannya itu.

Shen An dan yang lainnya segera menghela nafas panjang, mereka semua saling berpandangan sebelum sepakat untuk segera mengurusi pemakaman Zhi Shin terlebih dahulu sebelum pagi tiba, kemudian mencari alasan untuk menahan Shen Yun mencari ibunya.

----

Tabib sekaligus Ahli Nujum pergi dengan wajah lesu tanpa meminta imbalan persalinan sama sekali karena merasa tidak enak dengan Shen An.

Dia merasa sangat bersalah tidak bisa menyelamatkan istri Shen An meskipun sudah berulang kali Shen An berkata bahwa itu semua bukan salahnya.

Kondisi tubuh Zhi Shin saat itu entah mengapa sedang begitu lemah, membuat proses persalinan menjadi begitu lama.

Proses persalinan yang lama tentu sangat menguras tenaga Zhi Shin, membuat kondisinya semakin melemah setiap saat.

Shen An dan Tabib sudah berulang kali membujuk Zhi Shin untuk menyerah saja dan menggugurkan kandungannya agar nyawanya bisa terselamatkan.

Namun Zhi Shin, sebagai seorang ibu tentu tidak setuju, dan tetap berusaha mendorong kuat bayi di dalam rahimnya sekuat tenaga.

Zhi Shin berusaha keras untuk bisa melahirkan anak keduanya itu, sampai pada akhirnya bayi di dalam rahim Zhi Shin keluar.

Tabib tersebut masih bisa membayangkan wajah Zhi Shin yang menjadi begitu bahagia melihat anaknya menangis.

Dan beberapa saat setelah memeluk anak keduanya di atas ranjang, Zhi Shin menutup matanya, tersenyum puas lalu menghembuskan nafas terakhirnya.

Dua buah kata terucap dari mulut Zhi Shin sebelum menghembuskan nafas terakhirnya.

Li Wei (Mawar Indah)

Tabib itu tersenyum tipis karena sesuai dengan takdirnya, Shen Li Wei, anak kedua dari pasangan Shen An dan Zhi Shin, ditakdirkan menjadi bunga Mawar yang sangat indah, namun juga berduri.

Keindahannya mengundang duri, duri yang siap melukai orang-orang yang mencintainya.

Tabib tersebut tiba-tiba menghentikan langkahnya begitu melihat beberapa orang yang ia kenali berjalan menujunya sembari melemparkan sesuatu dengan cepat ke arah kepalanya.

Jleb!

----

Arti nama beberapa tokoh:

Shen Li Wei (Dewa/Roh Mawar Indah)

Shen An (Dewa/Roh Damai)

Shen Yun (Dewa/Roh Awan)

Zhi Shin (Penyembuhan Kharisma)

avataravatar
Next chapter