1 ENTER REIGA

"Hei bangun, hei!" ucap seseorang.

Seorang pemuda terbangun dari tidur. Ia terlelap dalam bus menuju kota tujuannya. Sembari membuka mata, pemuda itu melihat kearah sekeliling. Tidak ada orang dalam bus selain dirinya. Mata yang sayup itu mendadak lebar, ia sadar bahwa semua penumpang bus sudah turun.

"Reiga Zuhud Budiman, ya? Ini barang mu?" ucap seseorang kernet yang tadi membangunkannya.

Pemuda itu mengangguk. Namanya adalah Reiga Zuhud Budiman. Dia adalah anak perantauan yang berasal dari desa pinggiran dan baru kali ini dia pergi ke kota besar untuk berkuliah. Kota ini adalah Great Garden City atau biasa disebut GGC. Kota GGC adalah kota yang mayoritas penduduknya adalah pemuda - pemudi. karena itu inovasi teknologi di GGC sangat maju dibandingkan dengan kota - kota lainnya. GGC berada di atas pulau buatan di tengah laut Jawa yang ada di antara pulau Bawean dan pulau Jawa. GGC juga menjadi tempat wisata yang sering dikunjungi para pendatang dalam negeri maupun luar negeri. Selain kemajuan masyarakatnya yang sangat menonjol, budaya di tempat ini juga tidak kalah dari sisi ke ilmuannya.

Keluar dari terminal, ia segera mencari taksi untuk pergi ke apartemen yang telah ia sewa beberapa minggu sebelumnya. Apartemen yang akan Reiga tinggali berada di sektor 4 GGC dan berada tidak jauh dari kampusnya. Ada suatu hal yang membuat Reiga ingin pindah dari desa adalah karena dia dipanggil "Bocah Beruntung" oleh seluruh warga didesanya. Sebutan ini membuatnya tak nyaman karena dia tidak pernah merasakan keberuntungan yang dikatakan oleh orang - orang. Malah sebaliknya, tiap kali dia tertimpa kesialan, selalu saja ada hal baik yang terjadi di orang sekitarnya. karena itu dia ingin lari dari sebutan konyol tersebut dan menjalani hidup normal.

Ketika pertama kali sampai di apartemen, dia tidak bisa berhenti memikirkan keluarganya di desa tapi, perasaan rindu itu juga tertutupi oleh rasa gembira karena esok dia akan berkuliah dan mendapat pengalaman baru. Reiga berkuliah di Universitas Eden's Well. Universitas yang sangat terkenal akan kemajuan ilmu dan teknologinya. Kota besar seperti GGC tidak hanya mempunyai 1 universitas saja tapi ada beberapa Universitas besar yang sama - sama memiliki reputasi luar biasa dalam memajukan masyarakat. Tetap saja bagi seorang anak muda yang baru sampai di kota dan hidup terpisah dari orang tua, rasa khawatir pasti membayanginya.

"akan jadi seperti apa ya hari esok?" pikirnya.

Terbaring di kasurnya sambil memikirkan hal itu, akhirnya reiga pun tertidur.

Suara perut keroncongan keluar dari dalam perut reiga yang sudah tertidur membuatnya bangun karena lapar. Jam sudah menunjukan pukul 23:00 tapi rasa laparnya tak kunjung hilang. Dia memutuskan untuk pergi ke minimarket terdekat yang berjarak sekitar 200 meter dari apartemennya. Menggunakan jaket tebal, dia pergi ke minimarket dengan berjalan kaki. Reiga jalan kaki bukan karena tidak punya kendaraan, tapi hanya tidak bisa mengeluarkan motornya yang terparkir jauh didalam garasi apartemen. Sesampainya di minimarket dia segera menuju ke tempat snack dan roti - rotian.

Sambil memilih makanan dengan kalori tinggi, disampingnya terdapat orang yang sama sama sedang mencari makanan. Orang itu mengenakan jaket tebal berwarna hitam dan memakai tudung sehingga wajahnya tidak terlihat. Seusai reiga memilih makanan dia segera menuju kasir untuk membayar makanannya. Orang yang mengenakan jaket bertudung hitam itu tiba tiba meminta reiga untuk minggir dan mendahuluinya. Karena minimarket sedang sepi dan pelanggan disanan hanya reiga dan orang itu saja, maka reiga pun membiarkannya untuk membayar ke kasir duluan.

"hmm... ternyata kelaparan juga" pikir reiga melihat orang itu yang terburu - buru keluar minimarket.

PoV REIGA

Sesaat setelah selesai membayar makanan, aku pergi keluar minimarket. Beberapa langkah dari tempat itu aku melihat orang bertudung hitam tadi sedang menuju ke arah ibu dan anak yang kelihatannya tunawisma. Karena sedikit heran, aku memutuskan untuk melihat dari kejauhan. Orang itu lalu mengeluarkan makanan serta minuman yang ia beli dari minimarket dan memberikannya pada ibu dan anaknya yang masih kecil. Ibu itu berterima kasih pada orang yang memberinya rezeki dan segera menyuapi anaknya dengan makanan yang diberikan meskipun sudah sangat larut malam. Tentu diriku juga ikut merasa senang dengan perilaku orang itu. Setelah selesai berpamitan dengan ibu itu, ia pun pergi berjalan kaki. Aku juga sedang berjalan menuju apartemen dan orang itu sepertinya punya jalur tujuan yang sama. Ia hanya berjarak sekitar 2 meter didepanku. Karena masih kagum dengan perilaku orang itu, aku segera memberanikan diri untuk menyapanya dan berharap bisa mengobrol sedikit.

"Hei, jangan terlalu cepet jalannya," sapaku dari belakang.

Orang bertudung itu kelihatan sedikit terkejut lalu melanjutkan jalannya. Sepertinya ia menganggapku orang aneh yang mengajaknya bicara tanpa sebab. Orang itu tidak menjawab dan hanya menganggukan kepalanya lalu segera berjalan lagi. Mungkin dia sedikit malu jadi, aku memberanikan diri dan mulai berkata

" kamu ini orang baik ya, aku tadi melihatmu memberi makanan ke ibu dan anaknya itu kan? Aku melihat semuanya lo".

"...."

"Ahh tapi aku cuma kebetulan lihat saja kok, tidak ada maksud apa - apa." Ucapku lagi karena aku baru sadar ucapanku terdengar seperti seorang stalker.

Sesaat kemudian orang itu tertawa. Suara ringannya perlahan keluar dengan tawanya yang kecil. Aku terdiam sebentar melihat dia seperti itu. Tidak takut, hanya saja suara tawa orang ini terdengar seperti bocah umur 7 tahun. Jadi melihatnya agak mengherankan. Setelah berhenti tertawa, dia berbalik dan membuka tudung jaketnya yang tebal. Tidak semua hal bisa sesuai harapan, dimanapun dan kapanpun itu. Ya, yang aku lihat adalah seorang gadis seumuran, berambut pendek lurus dengan panjang se dagu dan poni tidak rata yang menutupi sedikit alis dan matanya. Di malam yang dingin dan remang – remang, hanya bercahaya lampu jalan dan sinar bulan itu kulit putihnya terlihat sangat mulus, bulu matanya yang panjang terlihat sangan tajam dan menawan. Matanya yang lebar juga memantulkan cahaya berkilauan sehingga terlihat sangat bening.

" terima kasih ya" jawab gadis itu.

Aku hanya bisa terngangah. Tapa berucap apa – apa, aku menjatuhkan barang belanjaan. Dari tadi mulut ini bisa berkata seenaknya sendiri karena kukira ia adalah pria. Pria berusia sedikit lebih tua yang memiliki hati baik layaknya lelaki sejati, itu yang aku pikirkan. Sekarang karena telah terungkap seperti ini, aku jadi malu sendiri untuk menjawab balik obrolan gadis itu. Jangankan membalas obrolan, tubuhku masih terpatung karena kaget. Melihat barang belanjaan yang jatuh dijalan, gadis itu segera mendekatiku dan membantu mengambil barang barang yang jatuh tadi.

"Ah kan jatuh semua, nih" ucapnya.

"E-ehm" balasku singkat.

Aku akhirnya bisa meredahkan shock dan mengambil alih keadaan dengan berlagak sedikit keren. Setelah berjalan beberapa saat akhirnya aku tiba di apartemen dan kita berpamitan karena tempat tinggalnya masih sedikit lebih jauh. Perjalanan tadi terasa sangat lama karena aku tidak bisa berhenti berdebar. Pada akhirnya, berbaring diatas tempat tidur menjadi hal yang paling menenangkan. Sambil menunggu rasa kantuk, mulai terpikirkan siapa nama gadis itu dan dimana tempat tinggalnya.

avataravatar
Next chapter