webnovel

DEJA VU

Andin baru sampai rumah ketika jam di tangannya menunjukkan pukul delapan malam. Dia pulang dari kampus setelah seharian terkurung di lab. Kalau saja dia tak salah dalam pengamatan tak seharusnya pulang semalam ini.

Lelah dan kelaparan, dia hanya bisa berharap Satya sudah memasak makan malam. Rasanya tak ada tenaga untuk memasak makan malam. Tanpa menaruh tas di kamar dia bergegas berjalan ke dapur menghampiri Satya yang sedang sibuk makan..

Melihat isi mangkuk kakaknya, Andin kecewa. "Lha Bang? Kok makan mi?"

"Nggak ada apa-apa di kulkas."jawab Satya santai.

Andin membuka kulkas. Selain air minum dan jus, tidak ada bahan makanan apapun."Gue lupa belanja."Andin menepuk dahi.

"Yaudah makan mi aja."usul Satya santai. "Masih ada satu tuh."

Andin menggeleng. "Ogah. Baru kemaren makan mi masa makan mi lagi."

Satya mengangkat bahu. "Yaudah pesen aja. Ical juga baru pulang tuh. Tawarin makan kalau emang mau pesen go food."

Andin menarik kursi lalu duduk di samping Satya. "Bang..."

"Apaan?"Satya menaikan alis.

"Abang aja yang tanyain gimana?"bisik Andin.

"Hah?"

Andin memasang wajah memohon. "Tanyain dia mau pesen makan apa enggak."

"Kenapa sih? Timbang nanya doang. Teriak dari sini juga kedengeran Ndin. Katanya dulu temen SMA."tanya Satya heran.

Andin menunduk, memainkan jarinya. "Hm... Itu..."

"Mantan?"tebak Satya asal.

"Eh bukan"Andin mengibas-ngibaskan tangannya panik.

Satya tersenyum miring. "Yaudah anggep aja bukan."

"Ih emang bukan abang."Andin masih bersikeras

"CAL...."

Andin melotot. "Ih abang kenapa dipanggil?"

"Masa lalu itu cuma masa yang udah kelewat Ndin. Nggak usah baperan."ujar Satya menenangkan.

"Ada apa Bang?"Ical muncul dengan kaos dan celana panjang warna hitam. Dari rambut yang masih kelihatan basah terlihat kalau cowok itu baru saja selesai mandi.

"Lu udah makan belum?"tanya Satya.

Ical menggeleng. "Belom Bang. Ini mau beli makanan."

"Nih ajak adek gue makan sekalian. Nggak ada makanan di rumah."Satya mendorong pelan bahu Andin yang duduk disampingnya.

Ical menarik kursi dan duduk di depan Andin."Kamu baru pulang ?"

Andin mengangguk, memaksakan senyum. Menyadari perubahan panggilan 'lu'menjadi kamu membuat jantung Andin berpacu lebih cepat dari biasanya.

Ical menimbang-nimbang."Makan nasi goreng depan gang, mau? Kalau pesen delivery takutnya lama."

Andin sudah terlalu lelah untuk berfikir dan terlalu lapar kalau harus menunggu delivery. Gadis itu mengangguk setuju. Dia sudah siap beranjak, tapi Ical melarangnya.

"Eh, biar aku aja yang beli. Kamu istirahat dulu aja,"Ical sudah berdiri. "Mau nasi goreng apa?"

Andin mengangkat bahu. "Nasi goreng seafood, pedes ya Cal."

"Oke,"ujar Ical sebelum berjalan keluar.

Andin menoleh ke arah Satya yang balik memandangnya penuh curiga. "Apa sih Bang?"tanya gadis itu jengah.

Setya tersenyum miring. "Nggak usah salting gitulah dipanggil kamu."

Andin mendengus keras.

*

Dua piring nasi goreng, dua gelas air, dan sepasang manusia yang duduk berhadapan.

Andin merasa kecanggungan yang tak biasa. Dia biasa makan berdua di meja ini dengan Satya atau dengan Tyo, tetapi ketika dia berdua dengan Ical ada sensasi aneh yang muncul.

Disela menyuap makanan, dia dan Ical sesekali berbincang. Bercerita tentang kantor Ical atau tentang kuliah Andin. Andin belum berani banyak bertanya. Dia lebih banyak menjawab dan mendengarkan cerita pemuda itu.

"Besok kamu pulang malam lagi?".

"Hm.... Mungkin. Soalnya selesainya penelitian nggak bisa diprediksi."

"Ndin..."Panggil Ical pelan.

"Hm?"

Wajah Ical seolah ragu sebelum dia bertanya. "Aku boleh chat kamu lagi?"

Andin tidak langsung menjawab karena harus membangun opini di kepalanya. Dia dan Ical sekarang hanya teman. Dia harus melupakan masa lalu.

Ical masih menatapnya, menunggu.

"Terserah kamu,"jawab Andin lirih.

"Biar besok aku bisa sekalian beli makanan kalau kamu belum maka, gitu."Ical menjelaskan.

Andin agak memiringkan kepalanya. Entah kenapa, situasi ini mengingatkan Andin tentang percakapan mereka di perpustakaan bertahun-tahun yang lalu. Saat pertama kali pemuda itu menanyakan pertanyaan yang sama. Disaat Andin belum tahu bagaimana rasanya sensasi kupu-kupu yang selalu Sarah ceritakan.

*

"Lo ngapain disini sendirian?"

Andin tersentak mendengar suara itu. Dia menoleh dan mendapati Ical sudah duduk di sampingnya, membawa setumpuk kertas soal.

Kelas Andin sedang jam kosong karena guru biologi mereka sibuk lomba nasional di Jakarta. Setiap ada jam kosong, siswa kelasnya langsung berpencar. Ada yang ke kantin, tidur di uks, ke sekre ekskul masing-masing atau tetap dikelas. Karena Sarah sibuk mengurus lomba cheers, Andin pergi ke perpustakaan sendiri. Dia tak mengira akan bertemu Ical disana

"Kaya normalnya orang ke perpus sih, gue lagi baca buku,"Andin mengacungkan buku yang dia baca.

Ical ketawa kecil. "Iya ya ngapain gue nanya,,,"

"Lu sendiri ngapain? Biasanya di kelas terus sama Hanif."tanya Andin balik.

"Lagi pada ngantin. Gue masih ada PR jadi nggak bisa ikutan." Ical menghela nafas berat. "Mau di kelas aja tapi berisik. Lagi pada nonton film horor."Ical mulai membuka kertas yang dia bawa. "Gue jadi nggak bisa mikir."

"PR dari olim ya?"Andin memastikan. Seingatnya tak ada PR dari guru mereka.

"Hm..."

Andin melirik sekilas kertas penuh angka yang sedang dicoret-coret Ical dengan riang. "Lu nggak mabok ketemu angka terus?"

Ical tersenyum miring. "Matematika itu seru kok."

Andin pura-pura bergidik.

"Lo nggak suka matematika ya?"

Gadis itu mengangkat tangannya tanda menyerah. "Gue nggak kuat. Lemah sama angka."

"Sukanya apa?"

"Hm... Baca novel,,,"dia mengangkat novel di tangannya.

Ical mangut-mangut sambil tersenyum sebelum menenggelamkan diri di soal-soal yang dia bawa. Cowok itu mulai sibuk mengerjakan soal.

Andin juga kembali fokus membaca lagi.

Beberapa saat hening, Ical memanggilnya dengan suara pelan."Ndin,"

"Hm?"

Keduanya bertatapan.

"Buku yang lo baca judulnya apa?"

Andin menutup buku yang dia baca, menunjukannya pada Ical."Percy Jackson and ligthing thief."

"Punya perpus atau punya lo?"

"Punya gue."Gadis itu membuka kembali novel tersebut dan bersiap kembali membaca.

"Ndin...?"Ical masih memandangnya. Wajahnya terlihat ragu.

"Ya?"

"Gue boleh chat lu?"

Andin menerjap-nerjapkan bola matanya."Boleh kok."

Ical tersenyum lebar. "Oke, ntar gue chat ya,, Kalau lu udah selesai mau pinjem bukunya."

Andin mengangguk kecil dan kembali menunduk.

Your gift is the motivation for my creation. Give me more motivation!

Violia_nathacreators' thoughts